Fase Pemeliharaan Ternak Babi

Fase Pemeliharaan Ternak Babi

Saat ini kita akan belajar bersama mengenai siklus produksi atau pemeliharaan di peternakan babi. Mungkin materi ini lebih cocok untuk para pemula yang sedang berencana untuk memulai usaha peternakan babi ya. Namun jika anda sudah berkecimpung di bisnis ini dan ada waktu longgar, ya silahkan saja meneruskan membaca untuk sekedar merefresh kembali apa yang selama ini dilakukan…

Secara garis besar, siklus hidup dimulai dari kelahiran anak babi yang biasanya memiliki berat 1,5-2 kg. Induk umumnya melahirkan 8-12 ekor anak babi, meskipun bisa juga ditemui anak sekelahiran > 20 ekor. Jika jumlah anak yang dilahirkan banyak, kecinderungannya anak babi yang dilahirkan memiliki berat badan yang relatif kecil dan pertumbuhannya juga lebih lambat dibandingkan  dengan induk yang memiliki anak <10 ekor. Hal ini penting untuk diantisipasi agar resiko kematian dapat ditekan.

Fase ikut induk ini umumnya berlangsung sekitar 21-42 hari,  tergantung pada praktek pengelolaan babi di peternakan. Anak babi disapih dengan cara mengeluarkan babi dari kandangnya. Setelah itu, mereka diberi pakan hasil formulasi. Sebelum dipisahkan dari induknya, anak babi harus diperkenalkan dahulu dengan pakan padat yang nantinya akan mereka konsumsi setelah tidak mendapatkan air susu induk.

Periode sapih umumnya berlangsung 1-2 bulan dengan berat sekitar rata-rata 20 kg, baru kemudian dipindahkan lagi ke kandang penggemukan sampai bobot panen sekitar 100 kg. Proses ini umumnya berlangsung selama 150-230 hari sejak lahir hingga rumah potong hewan tergantung kualitas bibit dan pakan yang diberikan. Daging babi yang dihasilkan umumnya 70% dari bobot hidupnya.

Berikut secara rinci adalah periode/siklus pemeliharaan ternak babi yang umumnya dibagi menjadi empat tahap utama :

Breeding/Gestation

Fase ini berfokus pada proses reproduksi, yaitu mengawinkan, menjaga kebuntingan sampai  melahirkan anak. Pada peternakan modern, anak babi akan disapih lebih awal dengan support managemen pemeliharaan dan kualitas nutrisi yang baik. Hal ini tentunya menjadi upaya agar peternakan menjadi lebih efektif dan efisien, karena semakin cepat proses sapih, induk juga akan semakin cepat untuk kawin dan bunting kembali.

Jika kondisinya normal, biasanya induk akan estrus segera setelah menyapih anaknya sekitar 3-7 hari, sedangkan masa kebuntingan berlangsung sekitar 113-116 hari atau kita lebih mudah “menghafal” angka 333 (3 bulan 3 minggu 3 hari). Intervensi dengan menggunakan preparat hormon juga umum dilakukan di peternakan skala besar untuk memudahkan pengaturan batch anakan babi sesuai dengan target produksi yang dicanangkan atau pada saat ada gangguan reproduksi, seperti induk kesulitan dalam proses melahirkan atau kejadian kawin berulang.

Selama masa kebuntingan, induk babi akan ditempatkan pada kandang secara individual untuk mencegah perkelahian dengan induk babi lainnya, membatasi aktivitas dan konsumsi pakannya. Angka kebuntingan yang baik di peternakan idealnya diatas 90% dengan kondisi umumnya 80% terjadi kebuntingan setelah perkawinan pertama (tidak diulang).

Siklus estrus pada induk babi adalah 21 hari. Jika induk babi gagal bunting dalam waktu 28 hari setelah proses sapih, umumnya peternak akan melakukan evaluasi terkait kondisi induk tersebut, apakah masih bisa diperbaiki atau harus di culling. Idealnya, jika induk melewati proses perkawinan 2-3x dan gagal maka akan dikeluarkan dari kawanan untuk digantikan dengan calon induk yang baru.

Setiap proses kawin yang gagal memberikan konsekwensi bagi peternak untuk tetap memberikan pakan selama 21 hari untuk mencapai estrus selanjutnya. Jika ini terjadi, maka induk babi harus menghasilkan 2 ekor anak babi ekstra untuk membayar kompensasi waktu dan biaya pakan yang telah dikonsumsinya.

Untuk melindungi calon anakan yang nantinya dilahirkan, biasanya induk akan mendapatkan beberapa suntikan vaksinasi sebelum proses melahirkan. Jenis vaksin tentunya tergantung dengan tantangan penyakit yang ada dilapangan. Program vaksin yang umumnya dimasukkan adalah PRRS, PCV2, Mycoplasma hyopneumoniae, Glasser’s disease, Porcine Parvo Virus, Foot and Mouth disease, Psudorabies. Hal ini penting untuk memastikan kecukupan maternal antibodi induk yang diturunkan ke anak lewat kolostrum. Baca juga : Mengapa breeding performance ternak babi itu penting?

Farrowing/Lactation 

Fase ini meliputi proses melahirkan, periode menyusui dan merawat anakan sampai waktu sapih dan evaluasi induk pasca sapih. Sekitar seminggu sebelum induk babi dijadwalkan melahirkan akan dipindahkan ke kandang farrowing individu untuk mendapatkan perawatan dan perhatian khusus. Masa sejak lahir sampai penyapihan disebut masa laktasi/menyusui.

Idealnya induk mampu menjalani proses persalinannya sendiri, namun terkadang juga ada yang memerlukan bantuan. Oleh karena itu, tenaga kandang sebaiknya stand by untuk antisipasi jika ada induk yang kesulitan dalam proses melahirkan. Masa laktasi atau sucking piglet adalah masa menyusui induk babi yang dimulai saat ia beranak sampai 3-5 minggu, semakin cepat maka peternakan kita semakin efektif dan efisien karena memiliki tingkat produktivitas yang baik.

Gambar diatas adalah ilustrasi kandang melahirkan. (A) ada jeruji dimana ada saatnya induk dikekang (tahap R) dan dilepas (tahap F) untuk memungkinkan pergerakan bebas dan interaksi antara babi dan anak babinya. Pemberian tali dan potongan karung goni untuk “mainan” sebelum dan sesudah farrowing masing-masing ditandai dengan warna hijau dan biru. (B) Gambaran induk berinterkasi dengan anak-anaknya dengan bermain tali (CR) dan potongan karung goni (J).

Hal penting dari fase laktasi adalah memastikan setiap anak babi mendapatkan cukup kolostrum dari induk pada 1-2 hari pertama kehidupan. Kolostrum ini mengandung maternal antibodi yang nantinya akan membantu anak babi untuk bertahan hidup dari resiko serangan penyakit.

Ingat, kolostrum ini tidak bertahan lama sehingga anak babi harus diproteksi dengan program vaksinasi sesuai dengan tantangan penyakit yang pernah muncul di kandang agar bisa bertahan sampai panen. Di Indonesia, vaksin yang sudah resmi beredar adalah clasical swine fever/hog cholera, Mycoplasma Hyopneumoniae, PCV2, PRRS, Glasser’s disease dan Aujeszky’s disease. Peternak sebaiknya melakukan test terkait patogen apa saja yang sudah bersirkulasi di kandang, sehingga program vaksin yang dibuat sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

Pemberian zat besi juga penting untuk mengurangi resiko anemia yang juga berbahaya bagi anak babi. Anak babi biasanya disapih pada umur 3-5 minggu sesuai dengan kemampuan dan kapasitas peternakan. Periode ikut induk ini memerlukan perhatian lebih agar angka sapihannya tinggi dan resiko kematian bisa ditekan. Anak babi juga harus mulai dikenalkan dengan pakan padat sebelum disapih agar mereka nantinya siap untuk lepas dari air susu induk.

Segera setelah masa laktasi berakhir, peternak akan mengevaluasi induk babi yang tua dan tidak produktif untuk digantikan calon induk yang baru. Oleh karena itu, peternak harus memikirkan untuk mempersiapkan calon induk pada setiap proses kelahiran yang dihasilkan agar produktivitas breeding tetap tinggi. Calon induk umumnya dipersiapkan sekitar 50-60% populasi breeding dalam setahun, atau  direkomendasikan agar 1 anakan dipilih untuk setiap 3-4 anak babi yang dilahirkan. Peternak juga bisa membeli calon induk dari peternak lain yang terpercaya untuk proses ini.

Calon induk umumnya disiapkan sekitar umur 5-6 bulan, dan mulai dikawinkan umur 8 bulan (estrus ke-2 atau 3). Proses isolasi dan aklimatisasi calon induk penting untuk dilakukan  agar mereka siap untuk digabungkan dengan kawanan yang sudah ada. Mengapa peternak sebaiknya menunggu siklus estrus yang ke-3 untuk calon induk mulai dikawinkan? Hal ini dikarenakan jumlah sel telur yang dihasilkan relatif masih sedikit, sehingga jumlah anak yang dihasilkan cinderung sedikit juga. Namun pada prakteknya, tidak sedikit juga peternak yang mengawinkan calon induknya di estrus ke-2 namun dengan memperhatikan resiko stres yang dapat berpotensi mengganggu pertumbuhannya dan mengakibatkan kesulitan dalam membesarkan anak. Baca juga : Management Calon Induk

Nursery.

Setelah disapih, anak-anak babi dipindahkan ke kandang  pembibitan yangmana mereka umumnya akan ditempatkan bersama dalam kelompok bersama anakan seumuran lainnya.  Nutrisi yang baik sangat dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak babi. Periode ini berlangsung sampai anakan mencapai berat sekitar 35-60 pound (15-27kg). Setelah anak babi disapih, beberapa anak babi betina terbaik akan mulai dipilih dan dimonitor perkembangannya untuk nantinya disiapkan sebagai gilt/calon induk pengganti.

Masa penyapihan merupakan yang paling menegangkan bagi anak babi karena mereka diambil dari induknya, dipindahkan ke kandang yang baru dan beradaptasi dengan pakan padat/kering tanda air susu induk. Peternak harus mampu mengelola stres yang dialami anak babi sehingga pertumbuhannya tidak terganggu terlalu lama.

Kebanyakan peternak mengatur jadwal produksi dengan tetap menempatkan anak babi di kandang farrowing 3-7 hari setelah disapih untuk mengurangi stres lebih lanjut. Jika praktek ini ingin digunakan, maka peternak harus dipertimbangkan dalam tahap perencanaan pengembangan peternakan mereka, karena akan diperlukan lebih banyak kandang dilokasi peternakan. Kerugian dari skema ini adalah adanya biaya tambahan untuk kandang farrowing dan ruang tambahan yang dibutuhkan.

Gambar diatas adalah ilustrasi kondisi kandang weaning to finish. (A) Pen dengan lokasi yang disarankan untuk menggantung “mainan” di area aktif (X biru). (B) tali juga difungsikan sebagai media pengambilan sampel air liur karena anak babi suka mengunyahnya. (C) Pada kandang finisher, jerami bisa disediakan untuk alas dan tempat istirahat babi.

Baca juga : Managemen pemeliharaan anak babi

Grower Finisher.

Ini adalah fase terakhir dalam pemeliharaan ternak babi. Umumnya, babi ditempatkan dalam kelompok yang lebih besar dan diberi pakan yang diformulasikan untuk penambahan berat badan dengan cepat. Mereka tetap di sini sampai mencapai bobot pasar yang biasanya sekitar 250-275 pound (113-125kg   saat umur 5-6 bulan).

Demikian sedikit gambaran mengenai fase pemeliharaan ternak babi ya. Dilapangan mungkin penerapannya bervariasi  tergantung pada ukuran peternakan, model pengelolaan, dan jenis babi yang dipelihara.

Referensi :

  1. https://www.savewater-china.com/info/pig-production-cycle_i0026.html
  2. https://www.researchgate.net/figure/Environmental-enrichment-during-farrowing-and-lactation-period-A-Designed-farrowing_fig1_336168152
  3. https://porkcheckoff.org/pork-branding/facts-statistics/life-cycle-of-a-market-pig/
Memulai Breeding Lovebird Yang Baik

Memulai Breeding Lovebird Yang Baik

Mengambangbiakkan burung lovebird masih menjadi primadona bagi sebagian orang yang militan. Disaat peternak lain mungkin sudah berhenti, masih ada peternak lain yang melihat peluang dan menyusun rencana untuk pembiakan di masa depan. Untuk menghasilkan variasi warna yang memungkinkan seperti Cremino/Silver Cherry dan menghasilkan pengaruh tipe lacewing/fallow sehingga kelas burung menjadi lebih baik, tentunya bukan perkara mudah.

Untuk tahap awal pengembangbiakan lovebird, pengadaan beberapa burung yang berukuran bagus dan berkualitas sebagai permulaan akan memberikan stok yang lebih baik. Jika tidak, Anda hanya akan mendapatkan keturunan rata-rata dalam jumlah besar, terlalu banyak untuk dipelihara dan tidak ada yang berharga. Pencapaian untuk menghasilkan kualitas wahid  bukanlah proyek jangka pendek dan peternak yang memiliki kelas burung yang lebih baik biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mencapainya.

Di mana mendapatkan burung berkualitas bibit?
Datang ke pameran adalah cara terbaik, karena umumnya breeder ternama akan terlibat disitu. Kebanyakan peserta pameran dengan senang hati membantu jika Anda tertarik membeli burung berkualitas. Untuk memulainya, Anda dapat membeli pasangan yang sudah mapan atau lebih baik lagi mendapatkan burung muda yang sudah cukup dewasa ketika musim kawin berikutnya tiba. Peachfaced harus berusia minimal 12 bulan sebelum digunakan untuk berkembang biak dan masked lovebirds tampaknya menjadi induk yang lebih baik ketika mereka berada di tahun kedua.

Jika membeli burung muda disarankan untuk membeli beberapa jenis sehingga kita memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan sepasang. Lovebird seringkali sulit untuk kawin, meskipun jarak yang lebih lebar antara tulang panggul adalah panduan yang masuk akal ketika mencoba mencari burung dewasa. Oleh karena itu, sexing DNA dianjurkan untuk menentukan dengan pasti jenis kelamin burung.

Saat memutuskan berapa banyak burung dan kandang untuk  menampungnya, kita juga harus memperhitungkan kadang/ruang untuk anakan yang akan dihasilkan dan disapih dari induknya. Kepadatan yang berlebihan akan mengakibatkan burung-burung muda mati atau terluka kehilangan jari-jari kakinya.

Selalu satukan burung-burung yang seusia, Jika kita  menambahkan burung baru ke dalam koleksi yang sudah ada, disarankan untuk diisolasi di lokasi terpisah untuk memastikan status kesehatannya selama minimal 45 hari. Burung baru ada resiko membawa patogen virus/bakteri yang berbahaya bagi kawanan yang ada.

Perkandangan
Untuk spesies Peachfaced, 3 pasang burung bisa ditempatkan pada kandang ukuran 1,2m x 1,8m x 1,8m. Sedangkan untuk spesies cincin mata putih, 4-5 pasang di kandang ukuran yang sama. Pastikan kandang kita mencukupi agar tidak padat.

Bahan untuk membangun kandang terbaik adalah komponen baja dan lantai beton. Jenis konstruksi ini memungkinkan perawatan yang mudah, karena lantai dapat disapu untuk menghilangkan debu dan kotoran. Selain itu, pada akhir musim kawin, dinding dan lantai digosok untuk menjaga kebersihan. Berhati-hatilah saat menggunakan kawat galvanis baru karena burung dapat menderita keracunan seng karena kebiasaan mereka mengunyah segala sesuatu di sekitarnya.

Kandang idealnya menghadap utara atau timur. Pembangunan kandang juga harus memperhatikan lokasi air minum dan pakan yang berdekatan/berhadapan sebelum diisi burung untuk dibiakkan. Pasang tempat bertengger sejauh mungkin dan jangan di atas tempat air minum/pakan karena beresiko tercemar kotoran. Jika atap kandang tidak menutupi seluruh permukaan kandang, maka pastikan tempat air minum dan pakan aman dari guyuran air hujan.

Sebelum menyatukan beberapa pasangan dalam kandang burung yang besar, idealnya kita harus menempatkan tiap-tiap pasangan tersebut di kandang kecil yang jauh dari burung lain selama satu-dua bulan sebelum musim kawin. Jika berjodoh, mereka biasanya akan tetap tinggal bersama ketika dilepaskan ke kandang burung yang lebih besar. Selain itu pastikan dalam koloni tidak ada burung yang belum ada pasangannya.

Musim kawin
Kebanyakan lovebird yang sudah berjodoh akan terus berkembang biak jika tidak diberi jeda. Namun sebaiknya kita tetap memperhatikan kondisi indukan agar tantangan cuaca dan waktu pemulihannya ideal, sehingga dalam setahun bisa menghasilkan anakan 3x.

Sebagai breeder, kualitas adalah nomer 1 karena reputasi yang dibangun harus dipertahankan agar kostumer tidak berpaling. targetnya adalah mampu memproduksi stabil/lebih banyak dengan kualitas yang baik.

Jenis kotak yang umumnya dipakai untuk sarang lovebird bervariasi ukurannya, mulai dari kotak kecil-sedang. Sebagian besar burung umumnya tidak terlalu rewel, yang terpenting  memberikan ruang gerak yang lega jikan nanti banyak anak. Ukuran yang baik untuk spesies bermata putih minimal 18cm x 18 cm x 24 cm atau 22 cm x 22 cm x 25 cm akan lebih baik. Sebaiknya, kotak ini ditempatkan setinggi dada orang  untuk memudahkan dalam memeriksa tanpa harus mengeluarkan kotak dari rak.

Untuk bahan sarang biasanya tergantung pada preferensi masing-masing peternak, dan lovebird umumnya tidak mempermasalahkan apa yang didapat. Bahan yang berwarna hijau dan mengandung sedikit kelembapan akan meningkatkan daya tetas telur. Daun palem dan batang rumput yang tebal yang diberikan selama inkubasi akan menambah kelembapan pada sarang.

Daun Rumput atau Kubis (Cordyline Australis)  selalu menjadi bahan sarang favorit Peachfaced. Bahan berwarna hijau dan kering ini sangat kuat dan dapat dijadikan sarang yang baik serta tidak mudah rata. Cobalah mengikat beberapa daun panjang dan menggantungnya pada kawat, lovebird akan segera melihat dan memasukkannya ke sarang.

Jika penjodohan berhasil dan proses perkawinan/pembuahan terjadi, biasanya jumlah telur yang dihasilkan adalah 2-7 butir. Umumnya induk betina akan bertelur 2 hari sekali. Inkubasi biasanya memakan waktu sekitar 22 hari dan dimulai dari bertelur ke-2 atau ke-3. Pemeriksaan sarang bisa dilakukan 1 minggu setelah perkiraan telur terakhir, yaitu dengan mengecek telur-telur yang dihasilkan subur atau tidak. Telur yang subur ditandai dengan warna keruh/merah jambu tua ketika didekatkan ke sumber cahaya/diteropong, sedangkan yang steril biasanya jernih/bening saja.

Jika kita punya pasangan yang masih baru pertama kali bereproduksi, maka terkadang resiko telur tidak menetas relatif tinggi karena “pembagian kerja” mereka belum serasi. Pasangan baru memerlukan lebih banyak latihan sebelum dapat bertindak bersama dalam membangun sarang, mengerami dll. Resiko anak mati di dalam cangkang bisa terjadi karena kurangnya kelembapan di dalam kotak sarang sehingga anakan yang sudah terbentuk sempurna gagal melepaskan diri dari cangkangnya ketika saatnya tiba. Solusinya adalah dengan menggantungkan toples/plastik berisi air di dekat kotak untuk meningkatkan kadar air pada bahan sarang atau di spray dengan air secara berkala untuk menjaga kelembapan sarang. Kita mungkin juga bisa melihat induk “mandi” di tempat air minum sebelum kembali ke sarangnya, hal ini adalah naluri mereka untuk memastikan proses pengeraman berhasil.

Pakan 
Campuran pakan yang baik harus mengandung kebutuhan nutrisi yang seimbang untuk menjaga kondisi burung tetap sehat. Millet untuk karbohidrat, kenari polos untuk protein dan sejumlah kecil oat kupas, bunga matahari, dan safflower juga bisa ditambahkan.

Ada beberapa perdebatan mengenai apakah terlalu banyak biji-bijian berminyak seperti bunga matahari merupakan penyebab kondisi bulu yang buruk dan/atau kerontokan bulu. Beberapa peternak lain berpendapat jika hal itu karena kekurangan vitamin dan kurang exercise.

Campuran pakan jika bisa diformulasikan tergantung spesies lovebird yang dipelihara. Lovebird Fischer kebanyakan memakan millet jap dan kenari polos dengan sedikit millet putih dan safflower, tetapi kurang suka bunga matahari atau oat yang dikuliti. Lovebird Masked suka pada sebagian besar biji-bijian dan oat tambahan saat membesarkan anak. Lovebird Peachfaced memiliki preferensi yang sama tetapi tampaknya tidak menyukai oat yang sudah dikupas selama musim panas (di luar musim kawin).

Kita bisa membuat campuran sendiri dengan bahan dasar millet Jepang dan kenari polos dalam jumlah yang sama, lebih banyak safflower daripada bunga matahari dan sejumlah kecil millet putih. Bagi yang memiliki banyak burung dan tidak mau repot mencampur, ada sejumlah campuran komersial yang tersedia di pasaran yang bisa dipilih.

Biji saja sebenarnya tidak menyediakan semua kebutuhan vitamin dan mineral yang diperlukan untuk diet seimbang, sehingga diperlukan makanan tambahan. Kalsium berperan besar dalam kesehatan burung karena memberikan kekuatan pada tulang dan paruh dalam perkembangan burung muda maupun dewasa, dan bermanfaat untuk pembentukan telur saat betina bersarang. Untungnya Lovebird menyukai sotong, sumber kalsium yang baik atau bisa juga dengan grit cangkang yang bisa didapatkan saat berlibur di pantai. Pasir laut bisa diberikan tanpa dicuci karena mengandung mineral, yodium dan garam untuk meningkatkan kesuburan.

Apakah pakan hijauan bisa diberikan? Jawabanya bisa, dan harus diberikan secara teratur, bahkan setiap hari karena di alam liar, burung akan mengunyah segala macam rumput, biji-bijian, buah-buahan dll. Sayuran hijau dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu jenis daun yang sebagian besar tanamannya dikonsumsi seperti bayam, rumput (Rye, Barnyard Grass, Panic Grass, beberapa varietas oat liar), bit perak, endive, seledri, dandelion dan chickweed. Selain daun, ada juga sayuran jenis  biji yang hanya bagian kepala bijinya yang dimakan.

Pemeliharaan Induk & Anak

Setelah telur menetas, ada sejumlah makanan lain yang bisa diberikan. Roti 1/2 potong untuk setiap pasang setiap pagi untuk menambah nutrisi dan lemak yang tidak terkandung dalam biji. Jagung juga bisa diberikan, baik berupa tongkol segar yang telah dikupas dan dipotong. Untuk negara 4 musim, mereka biasanya membeli persediaan jagung untuk stok dan dibekukan, dan kemudian dicairkan dalam microwave bila akan diberikan.

Sayuran hijau dapat diperbanyak setelah minggu pertama dan diberikan 2x sehari (pagi dan malam). Perkembangan anak burung untuk menjadi besar dan sehat bergantung pada pasokan makanan tambahan yang konstan selama mereka berada di sarang hingga mereka disapih dari induknya.

Untuk identifikasi anak burung hasil breeding, biasanya peternak akan memasang cincin di kaki sebagai tanda.  musim di masa depan, cincin dengan cap tahun diperlukan untuk mengukur usia burung secara sekilas. Cincin ukuran 8 cocok untuk semua jenis lovebird tetapi harus dipasang pada anakan antara 7-12 hari setelah menetas untuk mengurangi stres dan kerusakan pada kaki. Pemeriksaan terhadap anakan harus dilakukan secara teratur untuk memastikan bahwa cincin tidak terlepas. Cincin ini sebenarnya adalah catatan terkait individu dari burung yang memakainya. Hal ini penting untuk tracking agar ciri-ciri genetik yang diwariskan dapat dengan mudah diingat sekaligus branding bagi breeding kita ketika anakan kita jual.

Setelah keberhasilan dalam penetasan dan pemeliharaan anak, tiba saatnya untuk menyapih. Lama anakan dibiarkan bersama induknya itu tergantung kondisi. Anakan sebaiknya diambil dari induknya sekitar 2 minggu setelah anak terakhir meninggalkan sarangnya. Hal ini bergantung pada beberapa faktor, seperti jumlah pasangan lain di dalam kandang dan toleransi mereka terhadap anakan baru jika secara tidak sengaja mencoba masuk  ke kotak sarang yang salah. Untuk kandang koloni, pengamatan rutin pemilik dapat menentukan apakah anak burung perlu direlokasi atau tidak demi kelangsungan hidupnya, serta agar induk kembali siap bereproduksi tanpa gangguan.

Kualitas Lovebird

Lovebird yang berkualitas setidaknya harus mencapai bulu dewasa sebelum dijadikan bibit. Bergabung dengan komunitas lovebird adalah cara terbaik, karena disitu biasanya ada standart yang bisa menjadi acuan dan atau kita ikutkan dalam pemeran untuk mendapatkan penilaian dari team juri.

Pertunjukan/pameran adalah tempat yang sangat baik bagi pendatang baru untuk membuat perbandingan dengan hasil dari peternak lain. Jika produk kita dinilai berkualitas maka biasanya akan ada kejutan menyenangkan, seperti menjadi juara lomba atau burung kita ditawar peternak lain dengan harga selangit.  Baca juga : Jenis-jenis Lovebird

Untuk menjual hasil tangkaran, selain lewat komunitas kita juga bisa melalui toko hewan peliharaan, penjual burung setempat, atau jaman sekarang lewat sosial media. Asalkan kita dapat menyediakan burung berkualitas secara konsisten, maka reputasi breeding kita akan naik dan semakin memudahkan kita dalam memasarkan produk kita. Kebanyakan orang akan membayar harga yang sedikit mahal untuk burung yang sudah jodoh dan menghasilkan keturunan untuk mempersingkat waktu.

Terkait pengobatan, seperti obat cacing dan lainnya bisa dilakukan jika memang diperlukan saja. Apabila ada dugaan serangan penyakit dan terjadi kematian, maka sebaiknya konsultasikan ke dokter hewan sesegera mungkin agar tidak menjadi masalah yang berkelanjutan.

Demikian sharing mengenai bagaimana mempersiapkan breeding lovebird bagi pemula. Semoga bermanfaat…

Referensi:

  1. https://www.albsaustralia.com/beginners-guide/
  2. https://www.psittacology.com/agapornis-fischeri-care/
  3. https://www.psittacology.com/yellow-collared-lovebird-care/
  4. https://www.mspca.org/pet_resources/bird-care-guide-lovebirds/#:~:text=In%20the%20wild%2C%20lovebirds%20feed,daily%20for%20a%20single%20bird.

 

Gangguan Reproduksi pada Sapi

Gangguan Reproduksi pada Sapi

Tantangan terbesar dalam peternakan adalah bagaimana kita bisa menjalankan usaha dengan baik, dengan minimal resiko dan mengoptimalkan keuntungan. Pengendalian penyakit menjadi hal yang krusial, mengingat ternak tidak akan menghasilkan performance terbaik jika terjadi masalah. Jika kita bergerak di usaha pembibitan atau sapi perah, penyakit pada organ reproduksi menjadi hal yang harus ditangani dengan baik.

Gangguan reproduksi pada sapi biasanya berkembang secara kronis sehingga terkadang tidak disadari. Hewan yang terinfeksi biasanya tidak mati, dalam kebanyakan kasus terutama pada pejantan akan nampak tetap sehat. Beberapa hewan tidak pernah menunjukkan gejala penyakit, namun tetap menjadi ancaman utama bagi kawanan lainnya karena mereka membawa organisme penyakit. Jika hal ini tidak terdeteksi sedini mungkin, maka kerugian karena waktu dan biaya pakan sudah pasti cukup besar.

Untuk mencegah penyakit reproduksi, produsen/peternak harus selalu waspada dan idealnya mempraktekkan manajemen yang baik seperti pengadaan ruang isolasi sapi yang baru didatangkan dan melakukan vaksinasi bila diperlukan. Tenaga dokter hewan profesional juga sebaiknya juga ada untuk menjaga status kesehatan ternak yang kita pelihara.

Sebelum kita membahas tentang penyakit reproduksi, ada baiknya kita juga sedikit mengingat kembali apa saja yang harus kita kuasai terkait reproduksi pada sapi. Tingkat fertitas yang buruk dalam suatu farm akan menghasilkan produktivitas yang lebih rendah, peningkatan culling rate, keturunan yang kurang baik dan tentunya pada akhirnya menggerus keuntungan peternak.

Apapun sistem peternakannya, manajemen reproduksi perlu efisien sehingga sapi mempunyai level kesuburan yang baik, dan segera bunting dengan perlakuan layanan kawin/inseminasi buatan yang seminimal mungkin. Manajemen reproduksi tidak hanya melibatkan sapi indukan ataupun sapi perah dewasa saja, tetapi juga sudah dimulai dari ketika sapi dara lahir. Proses mencetak bibit unggul dan pemeliharaan sapi dara yang berkualitas sangat penting untuk mendapatkan sapi yang dewasa kelamin pada umur 13 bulan, bunting umur 15 bulan dan melahirkan pada usia 24 bulan.  Jadi pada setiap tahap kehidupan sapi, kita memerlukan rencana pengelolaan yang efektif untuk memaksimalkan kesuburan yang akhirnya akan mempengaruhi performa reproduksi dan tentunya jumlah air susu jika kita bicara uasaha sapi perah.

https://www.nadis.org.uk/disease-a-z/cattle/fertility-in-dairy-herds/part-1-the-basics-of-reproduction/

Siklus berahi
Sapi adalah poliestrus, yang berarti mereka menjadi memiliki siklus birahi sepanjang tahun secara berkala. Hormon utama dalam reproduksi adalah progesteron dan estrogen. Progesteron adalah hormon kehamilan dan diproduksi di ovarium oleh corpus luteum (CL), sedangkan estrogen adalah hormon utama yang bertanggung jawab untuk munculnya perilaku estrus (3M – abang, abuh, anget) yang  diproduksi di ovarium oleh folikel tempat sel telur berasal.

Sapi menjadi estrus ketika progesteron turun dan estrogen naik. Rata-rata siklus estrus sapi adalah setiap 21-22 hari (atau berkisar 18-26 hari). Heifer atau sapi dara cenderung memiliki interval yang lebih pendek, tetapi hanya sekitar satu hari atau lebih. Sapi dengan interval di luar rentang 18-26 hari kemungkinan besar tidak normal dan kita harus melakukan evaluasi detail sebelum memutuskan untuk tahap selanjutnya dalam proses breeding. Jika kondisi tidak membaik, biasanya sapi ini akan dijadikan untuk penggemukan, bukan sebagai bibit.

Masa pubertas
Usia di mana sapi dara mencapai pubertas tergantung pada berat badan mereka. Sapi dara yang lebih ringan mulai siklus lebih lambat daripada hewan yang lebih berat. Jadi, untuk bisa  memaksimalkan kesuburan sapi, kita membutuhkan penambahan berat badan yang baik dan konsisten selama masa pemeliharaan

Untuk membuat sapi dara bunting pada umur 15 bulan dan melahirkan pada umur 2 tahun, mereka harus mulai dewasa kelamin pada umur 12-13 bulan. Kita bisa mulai mengawinkan sapi dara pada siklus estrus mereka yang ke-2 atau 3 kali idealnya untuk memastikan kesiapan organ reproduksinya.

Untuk memastikan bahwa semua sapi dara bisa mengalami dewasa kelamin pada 12-13 bulan, sapi dara harus memiliki berat sekitar 50% dari berat badan dewasa yang diharapkan pada saat berumur 12 bulan dan bertambah sekitar 10% lagi saat 15 bulan. Misalkan sapi Holstein yang berat dewasanya bisa sampai 600 kg, maka idealnya harus memiliki berat minimal 300 kg pada umur 12 bulan dan menambah 60 kg lagi sebelum 15 bulan. Mengukur bobot sapi dara dan menetapkan target bobot hidup merupakan bagian penting dari manajemen kesuburan sapi.

Post Partus
Setelah melahirkan, sistem reproduksi perlu memperbaiki dan memulihkan dirinya sendiri sebelum siklus estrusnya normal kembali. Untuk ternak sapi,  perah pada khususnya, kebanyakan siklus normal akan berlangsung kembali dalam 40 hari setelah melahirkan. Kegagalan untuk melanjutkan siklus normal setelah melahirkan adalah salah satu penyebab utama dari fertilitas yang buruk. Hal ini umumnya bisa nampak dari tertundanya estrus 80-100 hari setelah melahirkan, atau sapi bisa mulai estrus 20 hari setelah melahirkan tetapi kemudian berhenti. Jadi, dampak utama dari kondisi delay estrus ini adalah bahwa sapi tidak bisa dikawinkan dan interval antara saat melahirkan dan estrus kembali menjadi lebih lama sehingga angka kebuntingan menjadi jauh lebih rendah.

Faktor penyakit dan defisiensi nutrisi juga mempengaruhi seberapa cepat kembalinya siklus estrus normal. Untuk pubertas pada sapi dara, salah satu faktor penting yang mempengaruhi kembalinya siklus adalah berat badan. Sapi yang kehilangan berat badan berlebihan pasca melahirkan, umumnya memiliki siklus abnormal dan untuk mencapai kebuntingan selanjutnya juga relatif lebih sulit/lambat. Oleh karena itu, upaya untuk mengembalikan body condition score (BCS) dan meminimalkan kehilangan berat badan induk pasca melahirkan merupakan bagian penting dari pengelolaan fertilitas pada sapi laktasi, terutama induk muda yang baru mengalami masa laktasi awal. Kelompok sapi ini harus menghadapi pemerahan untuk pertama kalinya, mempertahankan pertumbuhan tubuh dan menyesuaikan diri dengan kondisi baru pada saat yang bersamaan sehingga kita sebagai peternak harus memberikan perhatian ekstra.

Kesuburan optimal terlihat pada sapi dengan BCS rata-rata 2,5 saat melahirkan. Dalam kelompok kandang breeding, induk laktasi dengan kondisi BCS > 3 tidak boleh lebih dari 15%, sedangkan BCS < 2 harus dibawah 15% saat melahirkan agar performa reproduksi lebih terjaga. Cara terbaik  adalah dengan mengkondisikan sapi sebelum pengeringan dan kemudian mengelola sapi selama periode kering untuk memenuhi target BCS. Jika masalah utamanya adalah kondisi yang buruk, maka kita harus melakukan evaluasi kandungan nutrisi agar pakan yang kita berikan sesuai dengan kebutuhan induk. Pemberian pakan tambahan pada akhir masa laktasi adalah waktu yang paling ekonomis dan efektif untuk mencapai kondisi BCS yang ideal sebelum dikawinkan kembali.

https://cdn-ext.agnet.tamu.edu/wp-content/uploads/2018/12/EL-5223-reproductive-diseases-in-cattle.pdf

Setelah kita sedikit refresh mengenai siklus reproduksi normal sapi dan kendala teknis yang mungkin muncul, maka saat ini kita juga akan belajar tentang penyakit reproduksi pada sapi. Gangguan reproduksi sapi yang paling umum adalah brucellosis,  leptospirosis, infectiousi bovine rhinotracheitis (IBR) dan bovine viral diarhea (BVD), vibriosis, serta trikomoniasis.

Brucellosis
Brucellosis masih menyebabkan aborsi dan infertilitas yang mengganggu di kalangan pengusaha pembibitan sapi atau sapi perah. Penting untuk dipahami bahwa tidak semua sapi yang terinfeksi brucellosis akan mengalami aborsi, menghasilkan anak sapi yang lemah, mempertahankan plasenta atau mengalami kesulitan untuk berkembang biak kembali. Karena bisa terjadi seekor sapi yang terpapar brucellosis tampak normal. Lalu apa yang harus kita alamti?

Setiap kali induk melahirkan atau mengeluarkan cairan kelamin, jutaan organisme brucella mungkin ada di permukaan plasenta, anak sapi, atau kotorannya. Kotoran yang dihasilkan tersebut kemudian mencemari padang rumput, peralatan kadang dan lingkungan tempat mereka berada, termasuk mungkin bahan pakan lainnya, seperti jerami. Hal inilah yang menjadi biang malapetakan di suatu peternakan yang tentunya mengancam ternak lainnya. Jika hewan dalam kawanan ada yang dalam kondisi lemah/rentan dan terpapar bakteri ini, kemungkinan besar mereka akan terinfeksi juga.

Meskipun infeksi biasanya terjadi melalui saluran pencernaan, hewan yang rentan juga dapat terpapar bakteri melalui kulit atau mata. Pakan, tempat tidur, air atau tempat yang terkontaminasi dapat tetap infektif selama beberapa hari hingga beberapa minggu, tergantung pada kondisi lingkungan. Infeksi menyebar terutama ketika ternak yang terinfeksi dimasukkan ke dalam kawanan, baik melalui pembelian individu/kelompok baru atau ketika mereka berada di padang rumput dengan ternak dengan gangguan subklinis.

Untuk menjaga kawanan dari brucellosis, maka hal yang perlu dilakukan adalah memelihara  kawanan secara eksklusif dengan memproduksi sendiri sapi dara untuk menggantikan sapi-sapi tua yang akan diafkir. Jika hal ini belum bisa dilakukan hal ini, maka sangat disarankan untuk kita membeli dari sumber yang dapat dipercaya sehingga mengurangi resiko kita memasukkan patogen penyakit dari lokasi lain. Jika harus membeli sapi dara pengganti, anda harus mengetahui reputasi peternakan/penjualnya. Pastikan bahwa semua ternak yang Anda beli berasal dari kawanan yang bersih, manajemen yang baik dan program vaksinnya jelas.

Apa lagi yang harus kita lakukan? Isolasi bibit pembibitan selama 30-60 hari setelah tiba di lokasi peternakan kita, dimonitor status kesehatannya dan uji ulang pada akhir periode isolasi sebelum dimasukkan ke dalam kawanan. Repot ya? Ya memang, tetapi jika melihat ini sebagai proses membangun kawanan yang baik, maka ini adalah investasi/upaya awal yang akan mempengaruhi tingkat keberhasilan usaha pembibitan anda. Kelangsungan usaha peternakan dalam jangka panjang dipertaruhkan dari upaya kita membangun kawanan yang berkualitas. Pada saat fase isolasi ini, kita juga harus melakukan uji guna melihat status kesehatan ternak baru untuk potensi penyakit lainnya. Jadi peran dokter hewan sangat penting disini. Pada umumnya, peternak melakukan program vaksinasi sesuai tantangan yang sudah ada di kandang. Semua sapi dara berusia 4-12 bulan harus sudah mendapatkan program yang lengkap. Jika kita berbicara dalam skala industri, sapi harus diidentifikasi dengan benar. Ear tag sistem dengan label telinga resmi dan tato di telinga kanan akan lebih memudahkan peternak untuk melihat silsilah dari sapi yang dibeli.

Lalu bagaimana dengan pejantan? Pastikan sapi jantan bebas dari brucellosis dan semua penyakit reproduksi. Meskipun brucellosis jarang menyebar melalui pembiakan, tetapi jika peternak melakukan model pemeliharaan yang diumbar dan kawin alami, maka pejantan yang kita miliki berpotensi terinfeksi dari induk yang bermasalah saat mereka berada di padang umbaran. Jika hal ini terjadi, maka pejantan ini akan berpotensi menularkan ke induk yang lainnya. Gejala yang bisa kita lihat adalah ukuran testis atau skrotum yang membengkak. Jika produsen sudah menggunakan teknik inseminasi buatan (IB), maka sebaiknya juga harus menghindari semen dari pejantan yang terinfeksi brucellosis, karena air mani mereka dapat menjadi sumber penularan.

Leptospirosis
Leptospirosis umumnya bisa menjadi masalah, terutama pada ternak yang tidak divaksinasi di daerah yang endemis. Penyakit ini menyebabkan kasus yang selalu berulang, karena bisa terjadi infeksi rahim, aborsi, mastitis dan kadang-kadang infeksi sistemik. Strain bakteri yang dominan pada sapi adalah Leptospira pomona, Leptospira hardjo dan Leptospira grippotyphosa.

Sama dengan brucellosis, leptospirosis dapat terjadi dalam suatu kawanan tanpa kita sadari karena minimnya gejala klinis yang muncul. Sapi yang dipelihara secara intensif tetapi dengan sanitasi yang buruk mungkin lebih beresiko karena tetesan urin dari sapi yang terinfeksi dapat menginfeksi sapi normal setelah kontak dengan mata atau selaput lendir hidung atau mulut. Penyakit ini mampu menginfeksi lebih banyak ternak setiap hari dan menggangu performa reproduksi breeding kita.

Untuk mencegah leptospirosis, sebaiknya lakukan vaksinasi dengan bakterin yang mengandung 3-5 serotipe setiap 6 bulan, perbaiki sanitasi/kebersihan kadang dan hindari/perbaiki area yang berpotensi air menggenang dan yang tidak kalah penting adalah kontrol vektor. Pengendalian populasi hewan pengerat terutama tikus dari gudang pakan dan lingkungan kandang menjadi faktor penting dalam upaya pengendalian kasus leptospirosis.

IBR dan BVD
Kasus komplek yang melibatkan IBR dan BVD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang bertanggung jawab atas banyak aborsi dan kemungkinan infeksi pernapasan, lesi “mata merah” dan lesi kaki. Infertilitas sementara dapat terjadi mengikuti kejadian IBR karena vaginitis dan/atau infeksi uterus ringan. Baca juga : Penyakit Pernafasan pada Sapi

Karena penyakit ini sangat kompleks, sebaiknya kita melakukan evaluasi secara detail sebelum melakukan intervensi. Penggunaan vaksin menjadi hal yang penting dalam upaya pengendalian penyakit ini dalam jangka panjang. Aplikasi vaksin diharapkan dilakukan dengan hati-hati, mengingat pada beberapa kejadian, pelaksanaan vaksin disaat yang tidak tepat juga berpotensi  menyebabkan aborsi. Pastikan status kesehatan kawanan dalam kondisi baik. Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk melakukan vaksinasi  konsultasikan dengan dokter hewan untuk mendapatkan saran tentang prosedur vaksinasi dalam suatu untuk kawanan. Baca juga : Diare pada Sapi

Vibriosis
Vibriosis adalah penyakit kelamin yang menyebabkan kemandulan dan terkadang juga aborsi. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Campylobacter yang hidup di celah-celah kulit pejantan (kulup). Sumber utamanya adalah pejantan yang berumur diatas 4 tahun karena disitulah celah-celah kulit mulai terbentuk dan menjadi tempat persembunyian bakteri ini.

Vibriosis menyebar dari sapi jantan yang terinfeksi ke induk selama proses perkawinan, dan hal itu terus bergulir saling menularkan jika kita tidak menyadarinya. Penyakit ini juga berpotensi ditularkan melalui inseminasi buatan jika tindakan pemeriksaan terhadap semen dan perlakuan untuk pencegahan ini tidak dilakukan. Pejantan yang positif terhadap vibrosis jika yang tidak diobati dapat tetap menjadi pembawa untuk waktu yang lama dan menjadi sumber penularan dalam kawanan.

Vibriosis yang terjadi pada induk dapat menyebabkan endometritis dan mengakibatkan kegagalan proses kebuntingan atau kematian embrio. Induk terkadang masih bisa mengalami kebuntingan dan tidak menunjukkan gejala berahi 21 hari kemudian, namun embrio yang baru terbentuk kemudian mati dan diserap kembali oleh induk. Jika hal ini terjadi, maka induk sapi akan menunjukkan gejala estrus 27-53 hari setelah proses perkawinan, artinya ada keterlambatan dalam siklus estrus normalnya. Aborsi dapat juga terjadi pada akhir masa kebuntingan, tetapi sangat jarang.

Diagnosis untuk penyakit ini relatif sulit. Kita idealnya melakukan identifikasi biakan organisme dari alat kelamin sapi yang terinfeksi, atau dari abomasum janin yang aborsi. Setelah kita mendapatkan konfirmasi bakteri yang menyerang, maka kita bisa melakukan tindakan pencegahan dengan program vaksinasi untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit vibrosis. Selain itu, kita juga harus melakukan pemeliharaan yang baik terhadap pejantan yang semennya kita koleksi untuk proses  inseminasi buatan (IB), mengobati sampai sembuh sebelum semennya kita gunakan kembali yang terinfeksi, dan melakukan pengecekan secara berkala terhadap kualitas semen yang dihasilkan agar performa reproduksi yang dihasilkan baik.

Trikomoniasis
Tenyakit ini disebabkan oleh protozoa, yaitu Trichomonas yang menyebabkan gangguan penyakit kelamin. Gejala yang ditimbulkan meliputi aborsi sesekali dan pyometra (adanya nanah dalam rahim) yang berpotensi mengganggu efisiensi proses perkawinan. Pyometra ini akan berkembang setelah embrio sapi yang berada dalam rahim induk terinfeksi dan mati.

Untuk pengobatan di induk, kita harus melakukan treatment terhadap infeksi rahim sampai bersih dan untuk sementara tidak dikawinkan dahulu sampai benar-benar sehat. Umumnya kan diperlukan sekitar 90 hari istirahat seksual untuk menghilangkan protozoa ini dari rahim. Kita mungkin perlu berhitung jika hal ini terjadi di indukan tua, apakah kita akan mempertahankan atau kita ganti dengan sapi dara.

Vaksinasi juga merupakan pilihan jika memang tersedia dipasaran. Upaya pencegahan yang bisa kita lakukan selain vaksin adalah rutin melakukan uji status kesehatan dari pejantan dan indukan di breeding farm kita. Metode kultur setidaknya 3x dalam interval mingguan. Pemilihan calon induk, pejantan atau semen yang berkualitas juga menjadi screening pertama yang wajib kita lakukan untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi. Air mani beku yang mengandung organisme ini dapat menyebabkan infeksi jika kita gunakan dalam proses IB.

Kesimpulan

Manajemen reproduksi membutuhkan fokus pada semua tahap kehidupan sejak sapi dilahirkan.
Siklus estrus pada sapi adalah keseimbangan antara progesteron dan estrogen, dimana itu akan berulang setiap 21-22 hari sampai akhirnya mereka bunting. Sapi dara diharapkan mulai dewasa kelamin siklus saat umur 12 bulan, kawin umur 15 bulan dan melahirkan saat berumur 24 bulan. Menetapkan dan memenuhi target BCS sangat penting untuk mengoptimalkan performa reproduksi  pada sapi, terutama sapi dara sehingga induk bisa segera kembali estrus dan memiliki tingkat kesuburan yang baik. Managemen pengendalian penyakit reproduksi juga menjadi faktor penentu keberhasilan dalam usaha breeding ataupun sapi perah. Pastikan kita mempunyai strategi yang tepat agar peternakan kita bisa memberikan hasil terbaik.

Referensi :

  1. https://agrilifeextension.tamu.edu/library/ranching/reproductive-diseases-in-cattle/
  2. https://www.nadis.org.uk/disease-a-z/cattle/fertility-in-dairy-herds/part-1-the-basics-of-reproduction/
error: Content is protected !!