Fase Pemeliharaan Ternak Babi

Fase Pemeliharaan Ternak Babi

Saat ini kita akan belajar bersama mengenai siklus produksi atau pemeliharaan di peternakan babi. Mungkin materi ini lebih cocok untuk para pemula yang sedang berencana untuk memulai usaha peternakan babi ya. Namun jika anda sudah berkecimpung di bisnis ini dan ada waktu longgar, ya silahkan saja meneruskan membaca untuk sekedar merefresh kembali apa yang selama ini dilakukan…

Secara garis besar, siklus hidup dimulai dari kelahiran anak babi yang biasanya memiliki berat 1,5-2 kg. Induk umumnya melahirkan 8-12 ekor anak babi, meskipun bisa juga ditemui anak sekelahiran > 20 ekor. Jika jumlah anak yang dilahirkan banyak, kecinderungannya anak babi yang dilahirkan memiliki berat badan yang relatif kecil dan pertumbuhannya juga lebih lambat dibandingkan  dengan induk yang memiliki anak <10 ekor. Hal ini penting untuk diantisipasi agar resiko kematian dapat ditekan.

Fase ikut induk ini umumnya berlangsung sekitar 21-42 hari,  tergantung pada praktek pengelolaan babi di peternakan. Anak babi disapih dengan cara mengeluarkan babi dari kandangnya. Setelah itu, mereka diberi pakan hasil formulasi. Sebelum dipisahkan dari induknya, anak babi harus diperkenalkan dahulu dengan pakan padat yang nantinya akan mereka konsumsi setelah tidak mendapatkan air susu induk.

Periode sapih umumnya berlangsung 1-2 bulan dengan berat sekitar rata-rata 20 kg, baru kemudian dipindahkan lagi ke kandang penggemukan sampai bobot panen sekitar 100 kg. Proses ini umumnya berlangsung selama 150-230 hari sejak lahir hingga rumah potong hewan tergantung kualitas bibit dan pakan yang diberikan. Daging babi yang dihasilkan umumnya 70% dari bobot hidupnya.

Berikut secara rinci adalah periode/siklus pemeliharaan ternak babi yang umumnya dibagi menjadi empat tahap utama :

Breeding/Gestation

Fase ini berfokus pada proses reproduksi, yaitu mengawinkan, menjaga kebuntingan sampai  melahirkan anak. Pada peternakan modern, anak babi akan disapih lebih awal dengan support managemen pemeliharaan dan kualitas nutrisi yang baik. Hal ini tentunya menjadi upaya agar peternakan menjadi lebih efektif dan efisien, karena semakin cepat proses sapih, induk juga akan semakin cepat untuk kawin dan bunting kembali.

Jika kondisinya normal, biasanya induk akan estrus segera setelah menyapih anaknya sekitar 3-7 hari, sedangkan masa kebuntingan berlangsung sekitar 113-116 hari atau kita lebih mudah “menghafal” angka 333 (3 bulan 3 minggu 3 hari). Intervensi dengan menggunakan preparat hormon juga umum dilakukan di peternakan skala besar untuk memudahkan pengaturan batch anakan babi sesuai dengan target produksi yang dicanangkan atau pada saat ada gangguan reproduksi, seperti induk kesulitan dalam proses melahirkan atau kejadian kawin berulang.

Selama masa kebuntingan, induk babi akan ditempatkan pada kandang secara individual untuk mencegah perkelahian dengan induk babi lainnya, membatasi aktivitas dan konsumsi pakannya. Angka kebuntingan yang baik di peternakan idealnya diatas 90% dengan kondisi umumnya 80% terjadi kebuntingan setelah perkawinan pertama (tidak diulang).

Siklus estrus pada induk babi adalah 21 hari. Jika induk babi gagal bunting dalam waktu 28 hari setelah proses sapih, umumnya peternak akan melakukan evaluasi terkait kondisi induk tersebut, apakah masih bisa diperbaiki atau harus di culling. Idealnya, jika induk melewati proses perkawinan 2-3x dan gagal maka akan dikeluarkan dari kawanan untuk digantikan dengan calon induk yang baru.

Setiap proses kawin yang gagal memberikan konsekwensi bagi peternak untuk tetap memberikan pakan selama 21 hari untuk mencapai estrus selanjutnya. Jika ini terjadi, maka induk babi harus menghasilkan 2 ekor anak babi ekstra untuk membayar kompensasi waktu dan biaya pakan yang telah dikonsumsinya.

Untuk melindungi calon anakan yang nantinya dilahirkan, biasanya induk akan mendapatkan beberapa suntikan vaksinasi sebelum proses melahirkan. Jenis vaksin tentunya tergantung dengan tantangan penyakit yang ada dilapangan. Program vaksin yang umumnya dimasukkan adalah PRRS, PCV2, Mycoplasma hyopneumoniae, Glasser’s disease, Porcine Parvo Virus, Foot and Mouth disease, Psudorabies. Hal ini penting untuk memastikan kecukupan maternal antibodi induk yang diturunkan ke anak lewat kolostrum. Baca juga : Mengapa breeding performance ternak babi itu penting?

Farrowing/Lactation 

Fase ini meliputi proses melahirkan, periode menyusui dan merawat anakan sampai waktu sapih dan evaluasi induk pasca sapih. Sekitar seminggu sebelum induk babi dijadwalkan melahirkan akan dipindahkan ke kandang farrowing individu untuk mendapatkan perawatan dan perhatian khusus. Masa sejak lahir sampai penyapihan disebut masa laktasi/menyusui.

Idealnya induk mampu menjalani proses persalinannya sendiri, namun terkadang juga ada yang memerlukan bantuan. Oleh karena itu, tenaga kandang sebaiknya stand by untuk antisipasi jika ada induk yang kesulitan dalam proses melahirkan. Masa laktasi atau sucking piglet adalah masa menyusui induk babi yang dimulai saat ia beranak sampai 3-5 minggu, semakin cepat maka peternakan kita semakin efektif dan efisien karena memiliki tingkat produktivitas yang baik.

Gambar diatas adalah ilustrasi kandang melahirkan. (A) ada jeruji dimana ada saatnya induk dikekang (tahap R) dan dilepas (tahap F) untuk memungkinkan pergerakan bebas dan interaksi antara babi dan anak babinya. Pemberian tali dan potongan karung goni untuk “mainan” sebelum dan sesudah farrowing masing-masing ditandai dengan warna hijau dan biru. (B) Gambaran induk berinterkasi dengan anak-anaknya dengan bermain tali (CR) dan potongan karung goni (J).

Hal penting dari fase laktasi adalah memastikan setiap anak babi mendapatkan cukup kolostrum dari induk pada 1-2 hari pertama kehidupan. Kolostrum ini mengandung maternal antibodi yang nantinya akan membantu anak babi untuk bertahan hidup dari resiko serangan penyakit.

Ingat, kolostrum ini tidak bertahan lama sehingga anak babi harus diproteksi dengan program vaksinasi sesuai dengan tantangan penyakit yang pernah muncul di kandang agar bisa bertahan sampai panen. Di Indonesia, vaksin yang sudah resmi beredar adalah clasical swine fever/hog cholera, Mycoplasma Hyopneumoniae, PCV2, PRRS, Glasser’s disease dan Aujeszky’s disease. Peternak sebaiknya melakukan test terkait patogen apa saja yang sudah bersirkulasi di kandang, sehingga program vaksin yang dibuat sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

Pemberian zat besi juga penting untuk mengurangi resiko anemia yang juga berbahaya bagi anak babi. Anak babi biasanya disapih pada umur 3-5 minggu sesuai dengan kemampuan dan kapasitas peternakan. Periode ikut induk ini memerlukan perhatian lebih agar angka sapihannya tinggi dan resiko kematian bisa ditekan. Anak babi juga harus mulai dikenalkan dengan pakan padat sebelum disapih agar mereka nantinya siap untuk lepas dari air susu induk.

Segera setelah masa laktasi berakhir, peternak akan mengevaluasi induk babi yang tua dan tidak produktif untuk digantikan calon induk yang baru. Oleh karena itu, peternak harus memikirkan untuk mempersiapkan calon induk pada setiap proses kelahiran yang dihasilkan agar produktivitas breeding tetap tinggi. Calon induk umumnya dipersiapkan sekitar 50-60% populasi breeding dalam setahun, atau  direkomendasikan agar 1 anakan dipilih untuk setiap 3-4 anak babi yang dilahirkan. Peternak juga bisa membeli calon induk dari peternak lain yang terpercaya untuk proses ini.

Calon induk umumnya disiapkan sekitar umur 5-6 bulan, dan mulai dikawinkan umur 8 bulan (estrus ke-2 atau 3). Proses isolasi dan aklimatisasi calon induk penting untuk dilakukan  agar mereka siap untuk digabungkan dengan kawanan yang sudah ada. Mengapa peternak sebaiknya menunggu siklus estrus yang ke-3 untuk calon induk mulai dikawinkan? Hal ini dikarenakan jumlah sel telur yang dihasilkan relatif masih sedikit, sehingga jumlah anak yang dihasilkan cinderung sedikit juga. Namun pada prakteknya, tidak sedikit juga peternak yang mengawinkan calon induknya di estrus ke-2 namun dengan memperhatikan resiko stres yang dapat berpotensi mengganggu pertumbuhannya dan mengakibatkan kesulitan dalam membesarkan anak. Baca juga : Management Calon Induk

Nursery.

Setelah disapih, anak-anak babi dipindahkan ke kandang  pembibitan yangmana mereka umumnya akan ditempatkan bersama dalam kelompok bersama anakan seumuran lainnya.  Nutrisi yang baik sangat dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak babi. Periode ini berlangsung sampai anakan mencapai berat sekitar 35-60 pound (15-27kg). Setelah anak babi disapih, beberapa anak babi betina terbaik akan mulai dipilih dan dimonitor perkembangannya untuk nantinya disiapkan sebagai gilt/calon induk pengganti.

Masa penyapihan merupakan yang paling menegangkan bagi anak babi karena mereka diambil dari induknya, dipindahkan ke kandang yang baru dan beradaptasi dengan pakan padat/kering tanda air susu induk. Peternak harus mampu mengelola stres yang dialami anak babi sehingga pertumbuhannya tidak terganggu terlalu lama.

Kebanyakan peternak mengatur jadwal produksi dengan tetap menempatkan anak babi di kandang farrowing 3-7 hari setelah disapih untuk mengurangi stres lebih lanjut. Jika praktek ini ingin digunakan, maka peternak harus dipertimbangkan dalam tahap perencanaan pengembangan peternakan mereka, karena akan diperlukan lebih banyak kandang dilokasi peternakan. Kerugian dari skema ini adalah adanya biaya tambahan untuk kandang farrowing dan ruang tambahan yang dibutuhkan.

Gambar diatas adalah ilustrasi kondisi kandang weaning to finish. (A) Pen dengan lokasi yang disarankan untuk menggantung “mainan” di area aktif (X biru). (B) tali juga difungsikan sebagai media pengambilan sampel air liur karena anak babi suka mengunyahnya. (C) Pada kandang finisher, jerami bisa disediakan untuk alas dan tempat istirahat babi.

Baca juga : Managemen pemeliharaan anak babi

Grower Finisher.

Ini adalah fase terakhir dalam pemeliharaan ternak babi. Umumnya, babi ditempatkan dalam kelompok yang lebih besar dan diberi pakan yang diformulasikan untuk penambahan berat badan dengan cepat. Mereka tetap di sini sampai mencapai bobot pasar yang biasanya sekitar 250-275 pound (113-125kg   saat umur 5-6 bulan).

Demikian sedikit gambaran mengenai fase pemeliharaan ternak babi ya. Dilapangan mungkin penerapannya bervariasi  tergantung pada ukuran peternakan, model pengelolaan, dan jenis babi yang dipelihara.

Referensi :

  1. https://www.savewater-china.com/info/pig-production-cycle_i0026.html
  2. https://www.researchgate.net/figure/Environmental-enrichment-during-farrowing-and-lactation-period-A-Designed-farrowing_fig1_336168152
  3. https://porkcheckoff.org/pork-branding/facts-statistics/life-cycle-of-a-market-pig/
Mengapa Breeding Performance pada Peternakan Babi itu Penting?

Mengapa Breeding Performance pada Peternakan Babi itu Penting?

Performa reproduksi merupakan faktor penting untuk unit babi yang sukses. Pada artikel kali ini, kita akan melanjutkan pembahasan mengenai managemen breeding yang tentunya merupakan kunci dari usaha peternakan babi. Kita akan belajar bersama mengenai body condition score (BCS),  waktu kawin/servis, dan inseminasi buatan.

Kembali ke pertanyaan kita, “mengapa performa breeding itu penting?” Untuk menjalankan usaha peternakan yang berkelanjutan, maka breeding harus bisa konsisten menghasilkan anakan dan meminimalkan gangguan yang berpotensi menimbulkan kerugian. Intervensi tidak jarang dilakukan di peternakan modern untuk memastikan pig flow management berjalan dengan baik. Hal ini tentunya berhubungan dengan efektifitas farm yang berkorelasi terhadap biaya produksi.  Usaha peternakan yang baik tentunya akan menekan biaya produksi seminimal mungkin agar dapat memaksimalkan keuntungan saat penjualan.

Dengan kita mengetahui bagaimana kinerja breeding farm, maka kita lebih mudah dalam  mengidentifikasi apakah program yang sedang dijalankan berjalan dengan baik atau masih perlu ada perbaikan. Berikut hal-hal penting yang harus kita perhatikan agar performa kandang breeding kita lebih optimal :

Body Condition Score (BCS)

Mempertahankan kondisi optimal sepanjang masa hidup induk  dengan fluktuasi minimal akan membantu kita dalam mendukung kinerja reproduksi, mempertahankan efisiensi produksi, membantu pertimbangan keputusan culling/replacement, dan memperbaiki angka kematian.
Penting untuk secara akurat mengevaluasi kondisi tubuh induk babi dan memastikan nutrisi yang tepat diberikan kepada setiap induk babi dalam proses pemeliharaan, pertumbuhan, reproduksi dan laktasi agar menghasilkan performa reproduksi terbaik.

Diatas adalah gambaran skore 1-5 yang harus kita perhatikan. Kondisi tubuh dapat dievaluasi dengan menggunakan tekanan jari dan tangan pada berbagai bagian babi dimana lemak umumnya disimpan. Daerah ini termasuk tulang rusuk, tulang belakang dan tulang pinggul. Penting untuk mengevaluasi ketiga area ini saat penilaian kondisi tubuh, karena semua hewan menyimpan lemak secara berbeda. Berkonsultasilah dengan nutrisionis dan  dokter hewan untuk menetapkan skor target ternak sesuai dengan formulasi pakan, genetik, dan strategi pengelolaannya.

Kondisi tubuh induk babi akan berfluktuasi mengikuti siklus reproduksinya. Karena itu, penting untuk mendapatkan data BCS selama setiap siklus reproduksi. BCS Caliper adalah alat yang dikembangkan oleh Dr. Mark Knauer dari North Carolina State University. Alat ini meminimalkan aspek subjektif dari penilaian visual karena mampu menghitung sudut kemiringan garis atas babi dan menggunakan derajat sudut untuk menentukan kondisi tubuh babi (sudut sempit = terlalu tipis, sudut lebar = terlalu gemuk).

Induk harus memasuki farrowing dengan skor kondisi tubuh 3–3,5 dan menyelesaikan laktasi empat minggu dengan skor minimum 3–2,5. Induk yang telah kehilangan kondisi tubuh selama menyusui harus ditempatkan pada pola makan yang akan mengembalikannya ke kondisi skor tubuh 3 pada minggu ke lima masa kehamilan.

Dampak negatif jika induk terlalu kurus adalah siklus estrus terganggu, resiko gagal bunting dan pertumbuhan janin yang tidak optimal, serta tingkat konsumsi pakan rendah sehingga proses laktasi juga terganggu. Sedangkan resiko jika induk terlalu gemuk adalah masalah kaki saat melahirkan, menghasilkan anakan sedikit, memiliki asupan pakan yang rendah selama menyusui sehingga berat sapih anak rendah.

Culling Sow

Kebijakan culling atau pemusnahan induk yang sudah tidak produktif harus dilakukan dengan perhitungan yang tepat agar aliran produksi kandang tetap stabil. Induk umumnya akan dikeluarkan dari kawanan karena beberapa alasan, yaitu terencana dan terpaksa. Mengapa ini penting, karena setiap hari kita menanggung biaya produksi yang tidak sedikit.

Culling terencana artinya dilakukan saat sudah sesuai dengan target jumlah kelahiran / parity yang kita tetapkan. Hal ini berkenaan sdengan kondisi induk babi tua yang memiliki kinerja kurang optimal, seperti distokia/kesulitan dalam proses melahirkan, jumlah anakan sedikit, kemampuan laktasi turun/jumlah air susu sedikit, perilaku induk yang buruk atau induk sudah mengalami penurunan produktivitas dibandingkan dengan rata-rata ternak. Sedangkan culling terpaksa dilakukan ketika kondisi anoestrus berkepanjangan, gagal bunting 2x berturut-turut, abortus, lameness/ketimpangan, dan gangguan penyakit. Baca juga : Gangguan reproduksi pada peternakan Babi

Cara yang baik untuk menghindari culling terpaksa/tidak disengaja adalah memastikan pemilihan gilt atau calon indukan yang optimal. BCS yang baik menjadi hal yang harus diperhatikan, yaitu dengan maksimalkan asupan pakan selama menyusui sehingga membantu mengurangi penurunan berat badan, pemberian pakan secara individual saat bunting dan setelah melahirkan atau pemberian pakan kolektif setelah dilakukan pengelompokan induk untuk mencapai BCS yang diharapkan. Selain itu, pastikan lantai tidak licin untuk menghindari cedera pinggul dan kaki yang juga beresiko terhadap culling terpaksa.

Saat induk sudah selesai sapih, sebelum kita programkan untuk kawin sebaiknya dilakukan pemeriksaan kesehatan secara keseluruhan. Kita sebaiknya memeriksa ada tidaknya luka bahu atau cedera lainnya, BCS di skor 3, konformasi yang baik dari indikasi gaya berjalan dan kaki tidak pincang, cek setidaknya ada 12 puting yang berfungsi baik, bebas penyakit dan temperamen yang baik.

Waktu Kawin

Waktu kawin / time of service sangat penting untuk memastikan proses pembuahan terjadi. Proses inseminasi atau perkawinan harus terjadi beberapa jam sebelum ovulasi, yaitu 2/3 dari perjalanan  birahi (36-44 jam setelah permulaan birahi). Waktu yang ‘tepat’ untuk membuahi ini bervariasi sehingga penting untuk menyesuaikan rutinitas inseminasi dengan karakteristik masing-masing peternakan dan indukan.

Peternak harus paham siklus estrus untuk berhasil. Hal yang bisa dilakukan adalah ikut pelatihan khusus dalam pembibitan babi dan inseminasi buatan (IB), sehingga kita terbiasa dengan siklus birahi babi dan memahami apa yang terjadi, kapan, dan apa tanda-tandanya. Kemudian, atur dan catat waktu tindakan sesuai dengan siklus perkembangbiakan babi.

Sebagai pedoman manajemen reproduksi, mengidentifikasi awal estrus secara akurat adalah satu-satunya hal terpenting yang harus dilakukan dengan benar saat menjadwalkan waktu terbaik untuk inseminasi/kawin. Jika proses IB terlambat atau terlalu cepat dapat berakibat jumlah anakan sedikit dan angka kelahiran rendah. Oleh karena itu, lakukan deteksi estrus 2x sehari untuk data yang lebih akurat dan penentuan waktu inseminasi terbaik. Babi estrus dapat menunjukkan berbagai sinyal, namun yang paling penting adalah “standing heat“. Kontak dengan pejantan dapat menjadi alternatif stimulasi yang efektif untuk membantu merangsang dan mengidentifikasi standing heat pada betina. Jangan pernah mengawinkan induk yang tidak menunjukkan birahi kuat.

Setelah kita mendapatkan signal dari betina, maka proses inseminasi idealnya dilakukan setidaknya 2x. Pembuahan biasanya dicapai dengan melakukan inseminasi 24 jam sebelum ovulasi, namun demikian hampir tidak mungkin kita mengetahui secara pasti kapan ovulasi akan terjadi, sehingga periode optimal ini sebaiknya kita lakukan 2-3x IB untuk memaksimalkan keberhasilan.

Variasi waktu estrus induk setelah sapih bisa terjadi, walaupun sebagian besar induk babi yang disapih pada hari yang sama akan tersinkronisasi dengan cukup baik. Induk dengan interval sapih – estrus yang pendek (< 5 hari) dikaitkan dengan periode estrus yang lebih lama (3 hari) dan proses ovulasi yang lebih lambat sehingga kita harus meyesuaikan pengaturan waktu untuk inseminasi. Sedangkan induk dengan interval sapih – estrus estrus yang lama (> 5 hari) dikaitkan dengan periode estrus yang lebih pendek (2 hari) dan proses ovulasi yang lebih awal, sehingga kita juga harus menyesuaikan pengaturan waktu untuk inseminasi.

Recording 

Hal penting lainnya yang harus kita lakukan agar performa reproduksi maksimal adalah catatan. Recording ini akan membantu dalam deteksi tanda-tanda estrus secara akurat dan menjadwalkan inseminasi pada waktu yang optimal sehingga alur produksi tetap stabil.

Pastikan kita melakukan pencatatan informasi setiap induk berupa nomor tag (penyapihan –  interval birahi), tanggal dan waktu siklus (proestrus, durasi birahi, standing heat pertama, waktu  inseminasi), tanggal estimasi kembali estrus dan aktual yang terjadi.  Hal detail yang perlu kita cermati juga adalah jumlah hari antara penyapihan dan birahi, variasi jumlah hari antara  penyapihan dan estrus dan durasi estrus, kejadian kawin berulang / estrus kembali, hari  penyapihan, sapih ke interval kawin kawanan. Kita bisa menyepakati penandaan dengan spidol berwarna sehingga pencatatan lebih jelas dan memudahkan untuk mengetahui apa yang terjadi dengan masing-masing betina dan apa langkah selanjutnya.

Deteksi Estrus

Tidak semua tanda-tanda birahi ditunjukkan pada satu betina dan respons terhadap kontak pejantan juga dapat bervariasi. Oleh karena itu, mengetahui karakter babi di breeding kita akan membantu mengenali tanda-tanda dan mengambil tindakan yang tepat untuk mendeteksi timbulnya birahi secara akurat.

Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam proses deteksi estrus ini adalah selalu dekati kawanan dengan tenang dan hindari mengganggu perilaku normal mereka, berikan waktu untuk mengamati perilaku mereka yang sebenarnya, biarkan reaksi terhadap kehadiran kita reda, amati tanggapan terhadap kehadiran pejantan (langsung bereaksi atau delay beberapa menit, berdiri saja), sabar.

Untuk mempersiapkan proses kawin, maka deteksi estrus idealnya dilakukan 2x sehari dengan interval sekitar 7 jam. Sinyal pertama yang harus diperhatikan adalah periode proestrus yang terjadi tepat sebelum estrus dan berlangsung sekitar 1 hari. Jika kita mampu mengidentifikasi proestrus maka prediksi waktu standing heat dan inseminasi akan lebih akurat.

Tanda-tanda induk akan estrus yang harus kita cermati meliputi daerah belakang, aktifitas dan suara. Pemeriksaan pada vulva terlihat bengkak dan merah (lebih menonjol pada gilt daripada indukan), cairan encer dari vulva, klitoris rata berwarna merah muda pucat dan lebih menonjol. Induk cinderung gelisah, memanjat-manjat gerbang/dinding, menaiki betina lain, tertarik dengan kehadiran pejantan. Induk juga akan mengeluarkan suara rengekan bernada tinggi.

Tanda-tanda standing heat adalah induk akan diam saat kita naiki atau tekan punggungnya. kemampuan mendeteksi standing heat pertama adalah krusial karena mempengarungi tingkat keberhasilan IB. Masa birahi ini dapat berlangsung 1–3 hari dengan ovulasi sering terjadi pada akhir hari ke-2 masa subur. Berikut tanda-tanda yang harus kita cermati, yaitu bagian belakang – vulva tampak normal (bengkak dan kemerahan mereda), cairan lengket dari vulva, klitoris merah dan menonjol, ekor tegak sambil berdiri, bergerak ke atas dan ke bawah. Aktivitas – nafsu makan buruk, telinga tegang, berdiri dengan punggung melengkung, mata berkaca-kaca, gemetar, tertarik pada orang sekitar, mencari kontak pejantan, berdiri kaku jika ditunggangi. Suara – vokal dengan geraman berulang atau panjang.

Gambar diatas adalah ilustrasi indikator terbaik estrus, yaitu uji refleks standing heat. Lakukan pemeriksaan 2x sehari jika memungkinkan dengan interval 7 jam. Berikan tekanan pada punggung dan panggul babi betina bersamaan dengan kehadiran pejantan. Betina yang reseptif akan berdiri kaku dan telinga sering menegang sebagai tanda siap untuk kawin.

Stimulasi Pejantan

Feromon yang yang dihasilkan oleh pejantan  yang aktif adalah cara paling ampuh dan efektif untuk merangsang refleks berdiri / standing heat pada betina. Pejantan ini digunakan untuk deteksi estrus, tetapi mereka tidak boleh ditempatkan bersama kelompok babi betina yang sudah  menunggu proses IB. Saat stimulasi pejantan dilakukan, selalu pastikan ada karyawan kita yang mengawasi. Betina yang berahi biasanya akan bergerak maju dan melakukan refleks berdiri saat pejantan bergerak di depan mereka.

Untuk mengoptimalkan proses deteksi estrus ini, kita bisa menggunakan kandang khusus yang di desain untuk memudahkan pengamatan dan kontak fisik dengan pejantan. Pemeriksaan ini bisa melibatkan kelompok kecil saja (2 betina sekaligus), dimana kita melakukan tekanan di punggung secara bersamaan dengan kontak pejantan. Tandai dan singkirkan betina yang terdeteksi sedang berahi sehingga pejantan dapat berkonsentrasi merangsang birahi betina lainnya.

Hal lain yang perlu kita perhatikan adalah hindari kontak betina ke pejantan untuk waktu yang lama. Selain itu, pastikan kita juga memililki beberapa pejantan untuk dirotasi dalam proses stimulasi estrus ini sehingga betina tidak bosan.

Bagaimana perlakuan terhadap indukan pasca sapih? Untuk kontak pejantan kita bisa lakukan 10–15 menit/hari selama 3 hari pertama setelah penyapihan. Sangat penting untuk menghilangkan kontak pejantan 24 jam sebelum dimulainya birahi, dimana hal ini akan meningkatkan respons babi sejak hari ke-4 setelah sapih. Tandai dan catat induk babi yang terdeteksi berahi untuk membantu atur waktu inseminasi.

Walaupun kita sudah melakukan deteksi estrus dan IB sesuai aturan, masih ada kemungkinan bahwa proses pembuahan tidak berhasil dan babi akan menunjukkan gejala estrus kembali. Kita harus melakukan pemeriksaan dalam 18-24 hari setelah proses IB/kawin untuk mengetahui apakah pembuahan terjadi atau tidak. Proses identifikasi betina yang kembali berahi ini penting untuk melakukan evalusi lebih lanjut tentang masalah yang terjadi sebelum kita lakukan penjadwalan ulang waktu kawin.

Hal-hal yang harus dilakukan setelah proses inseminasi/kawin adalah dengan memperhatikan aktivitas induk (gelisah), ada tidak betina yang menunggangi betina lain, berikan dan amati stimulasi pejantan selama 10–15 menit/hari, lalu tandai dan catat setiap kegagalan pembuahan.

Skip a Heat

Skip-a-heat adalah praktek yang paling banyak digunakan pada induk babi yang baru melahirkan 1x (parity 1/P1), untuk menghindari penurunan kinerja reproduksi pada kebuntingan ke selanjutnya.  Melewatkan fase estrus tentu akan meningkatkan jumlah hari non-produktif, tetapi ada beberapa bukti yang dilaporkan terkait peningkatan kinerja reproduksi dan umur panjang induk.

Skip-a-heat juga dapat digunakan untuk induk babi yang lebih tua yang baru selesai melahirkan dimana kondisi BCS nya buruk (<2.5). Kehilangan banyak massa protein dan lemak selama menyusui ini, idealnya kita memberikan waktu ekstra bagi babi untuk memperbaiki kondisi tubuh sebelum siklus berikutnya.

Bagaimana cara kerja skip-a-heat? Kita membutuhkan rekording yang baik untuk menerapkan hal  ini. Nilai kinerja induk babi P1 dan kinerjanya anakan kedua, apakah ada penurunan tingkat konsepsi dan jumlah kelahiran? Pantau BCS induk P1 yang memasuki fase melahirkan dan selama periode laktasi. Catat skor BCS beberapa hari sebelum penyapihan dan putuskan apakah ada babi betina yang bisa diterapkan skip-a-heat, pastikan akomodasi masa kering tambahan selama 21 hari tersedia. Secara praktis, lebih baik mempertahankan jumlah induk babi yang sama setiap minggu/batch untuk dikawinkan 3 minggu kemudian.

Pada gilt, skip-a-heat telah ditemukan mampu meningkatkan perkembangan folikel, tingkat ovulasi dan kelangsungan hidup embrio (2,3 ekstra embrio dibandingkan dengan tidak melewatkan heat) pada hari ke-30 masa kebuntingan. Penelitian dan data menunjukkan bahwa ada tambahan 1-2 anak babi akan dihasilkan pada kelahiran berikutnya setelah aplikasi strategi ini. Baca Juga : Management calon Induk Babi

Dampak Panas pada Produksi Babi

Ada efek musiman pada produksi. Sepanjang periode laktasi, produksi susu akan meningkat dan panas yang dihasilkan induk babi juga meningkat. Oleh karena itu, kerentanan terhadap tekanan panas paling besar terjadi sebelum penyapihan. Pada suhu yang lebih hangat, induk babi dapat mengurangi asupan pakannya sehingga untuk memenuhi kebutuhan metabolisme laktasinya, induk kemudian akan memobilisasi cadangan tubuhnya sendiri. Hal ini mengakibatkan penurunan kondisi tubuh dan kemungkinan efek buruk pada perkembangan folikel ovarium.

Defisit nutrisi ini dikaitkan dengan penurunan produksi hormon luteinising (LH) yang mengakibatkan siklus estrus tertunda, serta penurunan angka konsepsi dan tingkat kelahiran. Pada kondisi ini, induk babi akan mengarahkan aliran darahnya ke kulit dan jaringan susu, dan menjauh dari ovarium. Oleh karena itu, kualitas telur dan kesiapan rahim mereka untuk proses kebuntingan akan terganggu. Berbeda dengan calon induk/gilt, kondisi suhu yang lebih hangat tidak terlalu berpengaruh. Hal ini mungkin karena mereka tidak memiliki kebutuhan metabolisme laktasi yang meningkat sebelum kawin.

Hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir dampak cuaca panas adalah dengan memantau asupan pakan babi yang padat energi, sediakan kubangan atau alat penyiram, atur ventilasi dan penambahan kipas, sistem pencatatan yang detail untuk memudahkan evaluasi, dan faktor genetik (teknologi freeze-thaw untuk semen) untuk mengimbangi produksi turun di musim panas.

Inseminasi Buatan (IB)

Dalam proses ini, kita harus merencanakan akses, ruang dan pintu keluar dari fasilitas untuk mengurangi stres gilt dan indukan serta memaksimalkan kontak pejantan. Pastikan bahwa ada proses yang terencana dengan baik untuk penyimpanan dan penanganan semen di lokasi peternakan dan lakukan pelatihan staf secara teratur, tinjau cara menghitung waktu kawin secara efektif, identifikasi induk babi dan babi estrus dan teknik AI. Selain itu, efektivitas intervensi dan strategi manajemen juga harus tetap dievaluasi, seperti pemilihan induk/calon induk, sinkronisasi birahi, dan recording yang efektif.

Inseminasi buatan adalah penyisipan dan pengiriman semen ke dalam saluran reproduksi babi betina. Metode IB yang paling umum melibatkan pengiriman semen ke serviks (trans-cervical AI), dimana perusahaan pengembangbiakan telah mengembangkan kateter dan teknik untuk menyimpan semen lebih jauh ke dalam sistem reproduksi.

IB post-cervic memungkinkan pengurangan spermatozoa dalam air mani menjadi 1/3 dari yang diperlukan untuk teknik IB standar, sedangkan IB Deep-intrauterine memungkinkan pengurangan spermatozoa 5-20 x lebih sedikit dari IB standar. Setiap perubahan dalam teknik IB harus dilakukan di bawah arahan dari perusahaan genetika yang memasok dosis semen. Pastikan staf IB di kandang mendapatkan pelatihan yang baik, karena 70% kinerja reproduksi tergantung pada kecakapan operator IB. Selain itu, fasilitas yang diperlukan dalam koleksi semen adalah prosedur operasi standar yang baik, termasuk kebersihan, evaluasi dan pengolahan air mani.

Demikian pembahasan kita terkait pentingnya performa breeding yang baik untuk menunjang usaha peternakan babi kita. Semoga bermanfaat!

Referensi :

  1. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/breeding-performance-in-pigs
  2. https://www.ontario.ca/page/determining-size-finisher-pigs-replacement-gilts-and-sows
  3. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/body-condition-scoring-sows
  4. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/sow-culling
  5. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/timing-of-service-in-sows
  6. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/pig-breeding-and-record-keeping
  7. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/heat-detection-in-pigs
  8. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/using-boars-for-heat-detection-in-sows
  9. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/when-to-skip-a-heat-in-sows-and-gilts
  10. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/weather-seasons-and-pig-breeding
  11. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/artificial-insemination-ai-of-pigs
Manajemen Calon Induk (Gilt)

Manajemen Calon Induk (Gilt)

Faktor keberhasilan dalam beternak babi salah satunya adalah genetik. Jika kita ingin memiliki peternakan babi yang baik, maka seleksi gilt menjadi sangat penting. Faktor genetik juga harus disesuaikan dengan tujuan beternak anda, apakah anda fokus di breeder atau penggemukan. Perbaikan genetik biasanya harus mencakup beberapa hal, seperti laju pertumbuhan, status penyakit, perkembangan organ reproduksi / seksual, riwayat performance reproduksi (interval sapih ke estrus kembali, jumlah anakan, angka sapihan, produksi air susu), struktur tubuh dan program replacement. Terkait dengan program seleksi gilt untuk replacement, kita harus melakukan seleksi yang ketat agar menghasilkan ternak dengan kualitas terbaik. Kita bisa memproduksi sendiri atau membeli dari sumber yang terpercaya. Pastikan struktur / konformasi tubuh ideal dan tidak terdeteksi adanya cacat genital. Gilt yang belum mengalami pubertas biasanya diberi ransum khusus secara ad libitum sampai mencapai berat 113–125 kg / berusia 5–6 bulan. Pada saat ini, kita bisa mulai menyeleksi dan calon induk dipindahkan ke kandang persiapan untuk proses isolasi dan aklimatisasi.

Terkait dengan tujuan beternak babi, ada 2 sistem pemeliharaan yang umumnya dilakukan para peternak untuk menghasilkan performance terbaik. Ada peternakan yang menerapkan penggunaan purebreed dan crossbreed (kawin silang). Heterosis (hybrid vigor) adalah fenomena di mana kinerja keturunan kawin silang melebihi rata-rata hewan induk. Efisiensi produksi menjadi tujuan dalam perkawinan silang ini karena kita menggabungkan sifat induk yang terbaik sehingga menghasilkan keturunan yang optimal. Performa reproduksinya memainkan peran utama dalam profitabilitas sehingga efek heterosis menjadi jalan terbaik untuk dimaksimalkan. Jika kita bertujuan untuk menciptakan babi potong dengan kualitas baik, heterosis ini adalah komponen yang sangat berharga dari setiap sistem produksi daging babi karena dapat meningkatkan kinerja reproduksi, seperti meningkatkan berat sapihan 21 hari sampai 27% dan juga berdampak positif pada pertumbuhan dan efisiensi pakan. Dibawah ini adalah skema pemeliharan untuk menghasilkan babi potong yang baik dengan melakukan perkawinan silang dari purebreed yang ada saat ini.

Jika tujuan anda beternak adalah menciptakan babi potong yang dijual ke pasar untuk memenuhi kebiutuhan daging babi, maka program terminal diatas bisa digunakan. Babi betina yang umum dipakai adalah Yorkshire dan Landrace, sedangkan pejantan menggunakan Duroc atau Hampshire. Babi betina, baik betina F1 atau betina persilangan tiga breed, dikembangbiakkan dengan breed pejantan pilihan. Semua keturunan yang dihasilkan dari skema ini akan menjadi babi potong yang dikirim ke pasar, sehingga peternak dengan sistem ini harus mempersiapkan calon induk / gilt pengganti dengan program terpisah atau membeli dari sumber yang terpercaya.

Keuntungan dari menggunakan sistem ini adalah kita dapat mempertahankan 100% heterosis pada induk babi dan babi potong yang kita hasilkan, memberikan kesempatan untuk sepenuhnya memanfaatkan kekuatan setiap ras murni, menghasilkan keseragaman hewan yang berkembang biak dan babi potong yang baik karena setiap hewan memiliki susunan genetik yang sama, serta sistem relatif mudah dikelola karena kita tidak dipusingkan dengan alokasi tempat untuk memproduksi calon induk / gilt pengganti dan hanya fokus untuk memproduksi babi potong.

Jika kita mempunyai dana dan lokasi untuk menjadi peternak yang fokus juga dalam memproduksi bibit unggul dengan membuat calon induk / gilt pengganti sendiri, maka skema Rota Terminal diatas menjadi pilihan. Dalam sistem rotaterminal, dua atau lebih breed digunakan dalam persilangan untuk menghasilkan babi betina unggul. Sekali lagi, Yorkshire dan Landrace umumnya yang dipakai para peternak pembibitan karena kombinasi ini akan menghasilkan indukan dengan sifat gabungan yang baik, yaitu sifat keibuan dan jumlah anak yang banyak. Jika jalur betina menggunakan 3 breed maka sifat heterosis induk betina adalah 86%, tetapi jika hanya menggunakan 2 breed maka heterosisnya 67%. Babi pejantan yang dihasilkan dari galur betina yang kuat ini akan digunakan untuk produksi calon induk / gilt pengganti, sedangkan babi betinanya akan dikawinkan dengan pejantan babi ras terminal untuk menghasilkan babi potong seperti skema pertama diatas. Kira-kira 15% dari peternakan harus berkomitmen untuk produksi betina dengan sisanya (85%) digunakan untuk memproduksi babi potong.

Keuntungan menggunakan Rotaterminal ini adalah kita juga tetap bisa mempertahankan 100% heterosis untuk menghasilkan babi potong yang baik sekaligus memberikan kesempatan untuk menghasilkan betina pengganti sendiri atau dijual ke peternak lain, gilt pengganti diproduksi dari jalur babi betina terbaik, memastikan kinerja induk yang terbaik, serta menghasilkan babi potong yang seragam karena dikawinkan dengan babi pejantan unggulan. Duroc dan Hampshire dipilih salah satunya karena memiliki tubuh yang besar dengan tekstur otot yang baik sehingga daging yang dihasilkan lebih baik. Beberapa breeder lokal di Indonesia telah mampu memproduksi pejantan unggul juga setelah mereka melakukan proses perbaikan genetik yang relatif lama, mulai dengan import semen beku dari luar negeri, proses perkawinan dan seleksi ketat juga untuk memastikan kualitas yang dihasilkan adalah yang terbaik.

Selain masalah genetik dan manajemen pemeliharaan, program pengendalian kesehatan (disease control) juga harus diperhatikan agar usaha kita tidak mengalami kerugian karena adanya serangan penyakit. Porcine Reproductive and Respiratory Syndrome (PRRS), Porcine Parvovirus (PPV), Porcine Circovirus type 2, Porcine Epidemic Diarrhea (PEDv), Pseudorabies (Aujeszky disease), Japanese Encephalitis (JE), Swine Influenza (SIV), Brucellosis, Chlamydiosis, Leptospirosis dan penyakit menular lainnya dapat secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kinerja reproduksi pada kandang kita. Tantangan penyakit bisa muncul tergantung pada umur ternak saat infeksi dengan manifestasi di berbagai variasi umur kebuntingan. Idealnya, populasi babi di kadang breeding baik itu gilt, induk dan pejantan harus di program vaksin sesuai dengan tantangan yang terdeteksi di lapangan agar produksi tidak terganggu. Proses isolasi dan aklimatisasi untuk gilt sebaiknya dilakukan dalam 60 – 90 hari. Tujuannya adalah mendapatkan calon induk pilihan yang berkualitas baik, menghindari masuknya patogen baru akibat membeli calon induk dari luar dan mempersiapkan status imun calon induk untuk bisa beradaptasi dengan tantangan patogen yang sudah ada di farm kita. Hal yang harus dilakukan antara lain adalah pengamatan visual dan uji laboratorium untuk memastikan status kesehatan calon induk (Elisa dan PCR test).

Proses aklimatisasi umumnya dilakukan dengan program vaksinasi. Selain itu, “pengenalan” patogen yang sudah bersirkulasi di kandang bisa dilakukan dengan paparan langsung calon induk dengan babi betina afkir dan feses / kotoran (feedback). Paparan alami terhadap patogen yang sudah endemik ini juga bisa memberikan perlindungan penting terhadap penyakit seperti PRRS, parvovirus, dan influenza, tetapi pastikan anda memiliki tenaga lapangan yang ahli dalam hal ini sehingga proses ini bisa berjalan dengan baik. Jika anda ragu dengan proses paparan alami, program vaksinasi mungkin menjadi opsi yang relatif aman. Baca juga : Proses Aklimatisasi Pada Peternakan Babi bagian 1 dan Proses Aklimatisasi Pada Peternakan Babi bagian 2.

Jika kita berfokus pada babi potong, maka kita bisa langsung membeli calon induk dari sumber pembibitan yang terpercaya.dan masuk ke tahapan isolasi dan aklimatisasi sebelum masuk ke kandang indukan untuk dikawinkan. Tetapi, jika anda sudah mampu untuk memproduksi calon induk sendiri, maka proses ini harus mulai dilakukan dari saat kelahiran. Selain itu, jika kapasitas gilt yang dihasilkan ternyata berlebih maka kita juga mempunyai peluang untuk menjual ke peternak kecil yang belum mampu memproduksi sendiri calon induk di lokasi peternakannnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam gilt development yang dimulai dari fase kelahiran antara lain adalah :

• Berat lahir < 1,3 kg dapat menurunkan potensi reproduksi sebagai akibat dari negatif efek pada perkembangan saluran reproduksi.
• Asupan kolostrum yang tidak mencukupi dapat merusak ovarium dan uterus calon indukan yang mengakibatkan penundaan usia pubertas, berkurangnya masa kinerja reproduksi, dan bahkan kinerja laktasi yang buruk.
• Gilt yang dihasilkan dari genetik pejantan yang kuat lebih cenderung memiliki keberhasilan kawin yang lebih rendah, jumlah anak sedikit dan jumlah puting susu yang lebih sedikit dibandingkan dengan gilt yang dihasilkan dari genetik betina yang kuat (lihat skema rotaterminal)
• Jika rata-rata pertambahan berat badan sebelum sapih adalah > 125 gram / hari maka cinderung akan meningkatkan angka perkawinan dan farrowing pada calon induk yang dihasilkan
• Hanya gilt dengan usia penyapihan > 25 hari yang dianggap berpotensi digunakan sebagai calon induk pengganti

Masa pubertas dianggap sebagai indikator kemampuan reproduksi ternak yang baik. Jika proses berjalan cepat maka akan menurunkan biaya produksi. Masa pubertas ini tergantung pada berbagai faktor, termasuk genotipe, berat badan, status gizi, musim, dan manajemen. Paparan terhadap pejantan dewasa (boar effect) adalah yang paling berpengaruh dari semua faktor manajemen. Efek pejantan dewasa ini paling kuat ketika calon induk / babi betina terpapar melalui penglihatan, suara, sentuhan, dan bau. Paparan pejantan dewasa secara langsung terhadap calon induk yang berumur 5 – 6 bulan selama 10 – 20 menit / hari mampu memberikan stimulus yang memadai. Pada fase ini, pencatatan sangat penting. Jika calon induk tidak mengalami estrus pertama pada saat berat badan mencapai 136 kg dan berumur 210 hari (30 minggu) maka harus dikeluarkan. Kontak langsung dengan pejantan ini mungkin dibeberapa individu hanya menimbulkan gejala estrus awal yang lemah, sehingga program deteksi estrus ini harus didukung dengan tenaga lapangan / personel yang berpengalaman. Calon induk yang sudah dikawinkan 2-3x tetapi belum juga bunting, sebaiknya juga diganti / culling untuk meminimakan kerugian.

Seleksi final calon induk tidak boleh dilakukan sebelum 20 minggu. Hal – hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam program “gilt development” selanjutnya antara lain adalah :
• Gilt harus memiliki berat badan ideal yang memungkinkan untuk mencapai berat kawin 135-150 kg pada umur 30-34 minggu.
• Gilt harus memiliki kedalaman lemak (backfat) P2 minimal 12 mm.
• Seleksi ketat terhadap struktur tubuh / konformasi dan bentuk kaki – induk yang menderita pincang biasanya memiliki jumlah kelahiran babi yang lebih rendah (kemungkinan karena peradangan kronis).
• Mulai umur 25-28 minggu, gilt harus dipaparkan dengan pejantan dewasa (umur > 10 bulan) setidaknya 1x sehari selama 20 menit – eksposur idealnya dilakukan dalam kelompok kecil, yaitu <12 gilt / pejantan dengan kontak (penggunaan pejantan vasektomi juga umum dilakukan) – stimulasi pubertas idealnya menghasilkan 85-90% gilt yang estrus pada usia 30 minggu – setelah diseleksi, 10 -15 % populasi yang lain sebaiknya di culling karena kemungkinan populasi tersebut tidak subur – gilt yang sudah terseleksi harus diberi formulasi pakan dengan diet khusus dengan pemberian secara ad libitum sampai masa akan dikawinkan

Jika anda masih baru akan memulai usaha peternakan babi dan masih bingung dalam menganalisa kebutuhan gilt, Gilt Replacement Simulator ini bisa menjadi acuan untuk memulai usaha peternakan babi atau pengembangan lokasi ternak selanjutnya.

Kesimpulan. Menetapkan tujuan dalam beternak babi adalah langkah awal dalam memulai usaha. Kebanyakan peternak berfokus pada memproduksi babi potong yang siap dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan bading babi. Pemilihan calon induk dalam usaha peternakan babi sangat krusial. Jika salah dalam berinvestasi maka performance yang diharapkan mungkin tidak tercapai. Jika kita masih belum mampu untuk memproduksi sendiri calon induk yang baik, maka sebaiknya kita membeli dari breeder / peternak yang mempunyai reputasi baik dan sumber yang terpercaya. Proses isolasi dan aklimatisasi calon induk juga merupakan hal penting lainnya, mengingat status kesehatan calon induk harus dipersiapkan untuk menghadapi tantangan yang ada di kandang breeding. Program biosekuriti, medikasi dan vaksinasi yang tepat akan menunjang kesiapan calon induk untuk berproduksi secara optimal. Pastikan anda berkonsultasi dengan dokter hewan atau tenaga profesinal lainnya untuk mendapatkan solusi yang tepat dalam menjalankan usaha peternakan babi anda. Baca juga : Biosekuriti di era New Normal.

Referensi :

  1. (PDF) Gilt Management for Fertility and Longevity (researchgate.net)
  2. Gilt Management | The Pig Site
  3. Managing Immunity in Replacement Gilts (nationalhogfarmer.com)
  4. 2019-09-Best-Practice-Gilt-Management-for-Fertility-and-Longevity.pdf (australianpork.com.au)
  5. Sow and Gilt Management – Management and Nutrition – Veterinary Manual (msdvetmanual.com)
  6. Crossbred Breeding Systems — Swine Home Study Course — Penn State Extension (psu.edu)
  7. GSEI – Heterosis and its Use in Swine Breeding Systems (globalswine.com)
error: Content is protected !!