Inseminasi Buatan pada Peternakan Babi

Inseminasi Buatan pada Peternakan Babi

Teknologi reproduksi terus mengalami perkembangan, termasuk inseminasi buatan (IB) yang telah berhasil digunakan pada peternakan babi selama beberapa dekade. IB sangat penting untuk mengatasi tantangan masa depan dalam industri babi dan untuk meningkatkan produktivitas. Kita saat ini akan belajar bersama terkait IB, baik dari sisi sejarah, managemen reproduksi dan teknik aplikasinya.

https://www.researchgate.net/publication/298938043_An_overview_of_swine_artificial_insemination_Retrospective_current_and_prospective_aspects

 

Perkembangan IB di Dunia

Keberhasilan beternak babi dengan inseminasi buatan (IB) dapat dikaitkan dengan peningkatan fertilitas, efisiensi tenaga kerja, genetika, dan produksi. Metode IB pada peternakan babi telah dimulai tahun 1926 – 1940 di Rusia, Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa. Peralihan industri produksi babi dari proses kawin alami ke IB dilaporkan di Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya pada tahun 1960-an dan 50-75% peternakan komersial sudah menggunakan IB pada tahun 1980-an, dimana tahun itu juga telah didirikan pusat IB dengan sejumlah besar babi ditempatkan untuk produksi semen. Pada tahun 1990-an, sebagian besar babi komersial di Eropa telah dihasilkan melalui penggunaan proses IB. Pada tahun 2000, peningkatan penggunaan IB di seluruh dunia telah terjadi dengan beberapa negara membiakkan hampir semua babi dengan IB. Adopsi di banyak negara berkembang juga terjadi meskipun ada keterbatasan infrastruktur yang signifikan.

Perkembangan yang signifikan memang terlihat dari penggunaan IB. Catatan industri yang melibatkan ratusan ribu induk babi menunjukkan bahwa sejak tahun 1990  tingkat reproduksi untuk farrowing mencapai 80-90% dengan jumlah anakan 11-13 ekor. Sedangkan tahun 2014, untuk 1,3 juta induk babi menunjukkan tingkat farrowing 86% dengan jumlah anakan 14 ekor.  Saat ini, IB juga berfungsi sebagai pintu gerbang teknologi reproduksi baru seperti sexed semen, cryopreserved sperm, dan metode baru untuk transfer gen.

Keunggulan IB

Untuk produksi ternak, keunggulan IB telah diketahui pada tahun 1950-an. Teknik IB ini memungkinkan pengumpulan pejantan unggul di satu lokasi untuk memproduksi ratusan dosis semen IB yang dapat disimpan untuk waktu yang lama sebelum dikirim ke peternakan yang berbeda pada jarak yang jauh. Semen dapat disimpan dalam bentuk beku selama berbulan-bulan sampai  bertahun-tahun. Keuntungan menggunakan IB pada peternakan babi yaitu 1) hanya sedikit atau tidak ada pejantan  yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya pakan, kandang, dan medis. 2) dapat menghemat waktu dan tenaga selama musim kawin jika dibarengi dengan sinkronisasi estrus. 3) dengan manajemen yang tepat, biosekuriti yang baik, komitmen waktu, dan keterampilan operator kandang akan mampu meningkatkan kualitas ternak karena proses perbaikan genetik yang terjadi.

Program perbaikan genetik sangat mungkin dilakukan dengan metode IB, karena kita bisa melakukan kawin silang sesuai dengan tujuan peternakan kita. Fondasi dari sistem ini bergantung pada pemeliharaan breed murni dan seleksi di dalamnya untuk perbaikan dan distribusi gen-gen pilihan tersebut di seluruh rantai produksi. Pada tahun 1960-an, sistem piramida genetik dikembangkan di Inggris dan kemudian diadopsi di tempat lain. Baca juga : Ras Babi Dunia

Salah satu tujuan awal IB adalah untuk mengurangi kejadian penularan penyakit kelamin pada breeding dan juga penyakit reproduksi penting yang bisa ditularkan melalui kontak langsung. Jadi point penting yang harus diperhatikan adalah kita sebagai peternak harus tahu reputasi dari sumber semen yang akan kita beli, untuk memastikan kualitasnya. Kita harus memastikan IB yang kita lakukan ini aman dari penularan penyakit yang dapat menyebabkan masalah yang terkait dengan kerusakan sperma, kegagalan kehamilan, aborsi, kehilangan embrio, dan endometritis. Ingat, semen bisa menjadi sumber penularan ya, jadi pastikan kita memiliki sumber yang terpercaya dan reputasi baik.

Efisiensi tenaga kerja dan produksi juga dapat dirasakan jika kita melakukan IB di breeding kita. Tenaga kerja dan efisiensi produksi yang terkait dengan IB telah berubah secara dramatis dari kawin alami yang umumnya membutuhkan 22 menit/induk untuk mendeteksi estrus dan proses kawin menjadi hanya 1-2 menit untuk deteksi estrus dan 4 menit untuk IB/induk. Namun demikian, kita tetap harus memiliki tenaga kandang yang berkualitas agar hasil bisa optimal. Deteksi estrus, pemilihan pejantan dan proses pelaksanana kawin secara IB memerlukan kecakapan dan sebaiknya operator disiapkan dengan baik dengan mengikuti pelatihan-pelatihan.

Kualitas semen yang dihasilkan pejantan unggul juga tergantung dengan fasilitas dan manajemen pemeliharaan pejantan yang baik. Evaluasi kesuburan babi untuk mengontrol kualitas semen yang dihasilkan umumnya dilakukan dengan melibatkan tes menggunakan spermiogram. Evaluasi mikroskopis untuk motilitas, kelainan ejakulasi dan evaluasi mikroskopis atau fotometrik untuk konsentrasi sperma ini telah berhasil selama bertahun-tahun dan penting untuk dilakukan. Semen babi telah dikoleksi dan dikembangkan dalam bentuk cair (fresh/segar) untuk IB komersial selama >40 tahun. Penggunaan extender berfungsi untuk menjaga kualitas semen, baik itu volume, pH, keseimbangan osmotik, dan stabilitas. Hingga tahun 1990, extender ini mampu mempertahankan kesuburan in vitro selama 3 hari sebelum terjadi penurunan yang signifikan.

Gambar diatas menunjukkan bagaimana proses IB dilakukan. Paling tidak, ada 4 metode yang sudah bisa dilakukan terkait IB di peternakan, yaitu cervical insemination, post-cervical insemination, deep intrauterin insemination dan intraoviductal insemination. Pada prinsipnya aplikasi ini berbeda tempat meletakkan semen di saluran reproduksi betina saja, namun kali ini kita akan fokus dengan cervical insemination mengingat kebanyakan peternak sudah bisa melakukannya. Baca juga : Memulai Usaha Peternakan Babi yang Ideal 

Lalu, hal apa saja yang penting dalam pelaksanaan IB untuk memperbaiki performa reproduksi di peternakan kita? Berikut adalah kunci sukses aplikas IB yang harus kita perhatikan :

Deteksi Estrus

Kunci keberhasilan program IB adalah mendeteksi estrus (standing heat) pada gilt atau induk. Siklus birahi babi umumnya terjadi 21 hari, tetapi siklus ini dapat bervariasi antara 16-25 hari. Tanda-tanda estrus yang wajib kita ketahui adalah pembengkakan vulva berwarna merah, peningkatan vokalisasi, nafsu makan menurun, menjepit telinga, keluar lendir dari vulva, gelisah, menaiki betina lain dan standing heat.

Idealnya, pemeriksaan estrus dilakukan setiap 12 jam dengan menggunakan pejantan dewasa atau sex odor sprayer. Sebaiknya fasilitas kandang memungkinkan untuk pejantan bisa berjalan dan kontak langsung dengan betina atau biarkan pejantan berdiri di luar kandang sehingga betina bisa mencium keberadaannya. Kita harus melihat respon betina yang bereaksi “mendekat” terhadap kehadiran  pejantan, kita coba tekan punggungnya dengan mendorong atau duduk dengan lembut di atasnya untuk mendeteksi estrus. Jika betina ini “mengunci” ke posisinya dengan menjadi tidak bergerak dan menjepit telinganya dengan posisi tegak ke depan, maka inilah yang disebut dengan standing heat. Sebailknya, jika betina yang tidak dalam keadaan berahi akan berusaha melarikan diri saat tekanan diberikan ke punggungnya. Gilt atau calon induk biasanya menunjukkan estrus rata-rata selama 38 jam, sedangkan indukan selama 53 jam. Sebaiknya, lakukan pencatatan siklus estrus pada setiap betina untuk memaksimalkan tingkat keberhasilan kawin/pembuahan.

Sinkronisasi Siklus Estrus

Menyinkronkan betina dalam peternakan babi dapat bermanfaat untuk manajemen waktu dan keuangan selama sehingga kontinuitas produksi bisa dipertahankan. Ada metode alami dan sintetis untuk menyinkronkan induk babi dan gilt. Baca juga : All in All out System

Proses penyapihan anak babi yang menyusu dari induk babi biasanya dilakukan pada umur 3-4 minggu. Pada peternakan yang sudah modern dan menerapkan pig flow management yang baik, proses penyapihan ini dilakukan pada hari yang sama sehingga nantinya induk-induk ini bisa  mengalami estrus relatif bersamaan dalam 4-7 hari setelah sapih. Mendeteksi estrus pada induk ini lebih mudah dibandingkan pada calon induk sehingga intervensi yang biasanya dilakukan adalah penggunaan preparat hormon untuk menyerentakkan birahi pada calon induk. Usia dewasa  saluran reproduksi babi adalah sekitar 160 hari, tetapi calon induk umumnya baru mengalami pubertas sekitar umur 200 hari.

Untuk memancing birahi pada calon induk babi, maka pada saat prapubertas (160-180 hari) bisa dilakukan beberapa alternatif metode, yaitu : metode transport (memindahkan calon induk dari kandang ke kandang atau pencampuran gilt prapubertas yang dapat menyebabkan estrus dalam 5-7 hari, metode boar (mengekspos gilt dengan penglihatan, aroma, suara, dan kehadiran fisik pejantan dewasa yang berumur >12 bulan selama 5-15 menit setiap hari – estrus biasanya akan terjadi dalam 10-14 hari), metoda intervensi preparat hormon gonadotropin (gilts akan menunjukkan tanda-tanda estrus dalam waktu 5-10 hari setelah aplikasi) atau yang terbaru menggunakan altrenogest (bacth farrowing yang memungkinkan pengaturan jadwal kawin dan melahirkan sehingga sistem all in all out lebih optimal).

Kondisi peternakan babi saat ini masih berjuang melawan African Swine Fever dan juga Penyakit Mulut dan Kuku, maka perbaikan managemen pasca outbreak sangat penting untuk memastikan proses repopulasi berjalan dengan baik. Metode deteksi estrus diatas bisa dikombinasikan untuk  mengoptimalkan hasilnya. Hal lain yang yang penting terkait calon induk, sebaiknya kita mengawinkannya paling cepat pada estrus yang ke-2 untuk memaksimalkan jumlah ovulasi dan meningkatkan jumlah anak sekelahiran.

Proses Inseminasi Buatan 

Betina hanya boleh dikawinkan saat sedang estrus/birahi, yaitu sebelum terjadinya ovulasi agar terjadi pembuahan dan kebuntingan yang diharapkan. Karena waktu ovulasi ini sulit dideteksi dengan tepat (umumnya terjadi diakhir fase estrus), maka dianjurkan untuk melakukan IB 2x selama masa subur agar tingkat konsepsi yang lebih tinggi dan jumlah anak lebih banyak. Pedoman yang disarankan untuk IB pada gilt adalah 12 jam setelah deteksi estrus pertama dan diulangi 12 jam kemudian. Jika betina kemudian terdeteksi standing heat selama 3 hari, IB ketiga mungkin bermanfaat untuk waktu optimal ovulasi dan keberhasilan pembuahan.

Hal-hal yang yang disiapkan dalam proses IB adalah alat kateter seperti gambar diatas (foam-tipped/busa, spiral, deep uterine), pelumas non-spermisida, semen/air mani, gunting, lap atau tisu basah, pejantan dewasa/sprayer bau pejantan. Untuk alatnya, sebaiknya pilih mana yang paling cocok untuk pengoperasian dan preferensi anda di kandang.

Langkah-langkah melakukan IB (Cervical Insemination) adalah :

  1. Ambil pejantan dan letakkan berdekatan dengan betina yang terdeteksi estrus untuk saling kontak. Amati perilaku betina yang bereaksi terhadap adanya pejantan, lalu lakukan tindakan seperti mendorong bahu, samping tubuh dan punggungnya. Jika saat kita tekan dan dinaiki punggungnya diam, maka betina tersebut terdeteksi standing heat dimana hal ini akan memungkinkan pelepasan hormon oksitosin, kontraksi rahim yang akan membantu membawa semen ke dalam rahim dan saluran telur untuk kemudian terjadi pembuahan jika ovulasi terjadi.
  2. Bersihkan vulva dengan lap atau tisu basah untuk mencegah kotoran masuk ke saluran reproduksi.
  3. Lumasi ujung alat IB dengan pelumas non-spermisida atau beberapa tetes semen.
  4. Masukkan alat IB melalui vulva secara perlahan sampai kedalaman 8-10 inchi, sedikit miring ke atas ke arah punggung betina untuk mencegah masuk ke dalam kandung kemih. Jika menggunakan alat yang berbentuk spiral, putar dengan hati-hati berlawanan arah jarum jam sambil didorong masuk ke dalam vagina dan leher rahim sampai mengunci ke dalam serviks (coba cek dengan memutar berlawanan arah jarum jam dan lepaskan – jika alat kemudian berputar kembali 1/4 putaran searah jarum jam artinya sudah terkunci). Jika menggunakan alat berujung busa, maka tidak perlu memutar berlawanan arah jarum jam. Masukkan ujung busa dengan lembut dengan cara yang sama sampai Anda merasakan “letupan”. Tarik perlahan untuk memastikannya terkunci di serviks.
  5. Setelah yakin alat terkunci, siapkan kemasan semen dengan lembut. Gunting ujungnya dan masukkan ke ujung alat IB, cek apakah semen mengalir leher rahim (kontraksi akan membantu aliran semen ke dalam tanpa perlu dibantu). Proses ini umumnya memakan waktu sekitar 5 menit.
  6. Perlakukan betina dengan lembut dan lakukan pengecekan terhadap kemungkinan semen mengalir kembali keluar. Jika semen yang keluar cukup banyak, hentikan dan posisikan ulang alat IB dan coba lagi.
  7. Setelah semen dalam kemasan sudah habis, lepaskan alat IB secara perlahan (ujung spiral dengan menarik perlahan sambil memutarnya searah jarum jam, sedangkan ujung busa bisa ditarik keluar dengan lembut).
  8. Setelah alat IB dilepas, terus berikan tekanan pada punggung betina dengan pejantan yang masih berada didekatnya untuk memungkinkan kontraksi lanjutan.
  9. Lakukan pencatatan dan periksa standing heat pada 12 dan 24 jam kemudian setelah IB. Jika betina sudah tidak terdeteksi lagi setelah 12 jam, maka kemungkinan waktu optimal telah tercapai dan kita tidak perlu melakukan IB lagi. Tetapi, jika betina masih terdeteksi lagi maka kita sebaiknya lakukan proses IB kembali. Namun, jika setelah 24 jam ternyata masih terdeteksi dan kita sudah tidak mempunyai semen lagi, maka waktu yang optimal kemungkinan besar sudah terlewatkan.

Handling Semen 

Dengan perkembangan tehnologi reproduksi saat ini, ada beberapa alternatif semen yang bisa dipilih peternak sesuai kemampuan dan fasilitas di kandang yaitu liquid store semen (with extender), encapsulated spermatozoa, filtered sperm, semen quality assessment, frozen-thawed spermatozoa, sex semen dan sperm mediated gene transfer (SMGT). Kita saat ini akan lebih fokus aplikasi IB dengan menggunakan liquid store semen dahulu ya, yang sudah umum dilakukan di peternakan kita. Jika ingin mempelajari lebih lanjut metode IB dan jenis semennya, silahkan bisa membaca referensi yang saya lampirkan dibawah.

Penanganan dan penyimpanan semen yang tepat sangat penting untuk menjaga kualitas semen agar tingkat pembuahan tetap tinggi. Semen yang kita pakai sebaiknya diperoleh dari pejantan unggul atau penjual semen yang memiliki reputasi baik. Semen pejantan umumnya akan dikoleksi 2x seminggu untuk menjaga dan memastikan semen berkualitas tinggi. Campur semen dengan extender untuk memungkinkan semen bisa bertahan lebih lama (semen segar tanpa extender hanya akan hidup sekitar 30 menit).

Pastikan operator kandang kita menyimpan semen yang dicampur dengan extender dengan benar.  Pertahankan penyimpanan semen pada suhu 60-65 F (idealnya 63 F) dan jangan taruh semen di lemari es atau freezer karena akan menyebabkan semen mengalami cold shock. Fluktuasi suhu yang ekstrim akan mengakibatkan umur semen lebih pendek. Beberapa produsen menggunakan alat pendingin wine atau menempatkan kontainer di ruangan tertentu dengan menyertakan  termometer untuk mengontrol suhu yang tepat.

Tips lain untuk menjaga kualitas semen saat penyimpanan adalah dengan memutar semen 2x/hari secara lembut tanpa dikocok, jangan terkena langsung sinar matahari. Semen dengan extender  biasanya dapat bertahan 7-9 hari, namun demikian sebaiknya tetap lakukan pemeriksaan semen dengan mikroskop sebelum digunakan untuk IB.

Kesimpulan

Inseminasi buatan (IB) menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan pembibitan dengan kawin alami. IB memungkinkan terjadinya perbaikan genetik, kita bisa memilih breed yang sesuai dengan tujuan kita. Selain itu, dengan IB peternak tidak memerlukan investasi yang terlalu banyak untuk pengadaan pejantan. Kunci keberhasilan program IB adalah akurasi deteksi estrus dan recording reproduksi terkait siklus estrus serta penanganan semen yang tepat. Intervensi dengan preparat hormon untuk proses sinkronisasi estrus juga memungkinkan banyak betina dikawinkan pada saat yang bersamaan sehingga pig flow bisa diatur sedemikian rupa.  Prosedur IB sebenarnya relatif sederhana, terutama metode konvensional yang sudah umumnya dijalankan, tetapi aplikasi ini tetap memerlukan pelatihan khusus juga agar operator kandang kita lebih efisien. Selain itu, pastikan bahwa kita juga membeli semen dari penjual yang terpercaya untuk menghindari resiko penularan penyakit. Baca juga : Mengapa breeding performance pada peternakan babi itu penting?

Referensi :

  1. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0093691X15003519 Artificial Insemination in Pigs Today
  2. https://extension.wvu.edu/agriculture/livestock/swine/swine-ai-guidelines-for-beginners
  3. https://www.researchgate.net/publication/298938043_An_overview_of_swine_artificial_insemination_Retrospective_current_and_prospective_aspects
  4. https://livestockconservancy.org/swine-insemination/
  5. https://jasbsci.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40104-019-0313-1 A new device for deep cervical artificial insemination in gilts reduces the number of sperm per dose without impairing final reproductive performance
Coronavirus pada Ayam (Infectious Bronchitis)

Coronavirus pada Ayam (Infectious Bronchitis)

Coronaviruses (CoV) adalah virus RNA yang tersebar di seluruh dunia yang mempengaruhi beberapa spesies, termasuk manusia dan menyebabkan spektrum penyakit yang luas. Secara historis, ancaman serius bagi kesehatan masyarakat baru disadari saat kejadian kasus pneumonia manusia terkait CoV yang berasal dari inang hewan muncul pada 2002 dan 2012. Kekhawatiran terkait infeksi CoV meningkat secara dramatis setelah wabah global COVID-19, yang kemungkinan besar juga terjadi dari hewan liar. Mengingat risiko zoonosis CoV ini, dan kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan spesies baru dan menyebar secara dramatis, tampaknya penting untuk memahami patofisiologi dan mekanisme kerusakan jaringan CoV yang diketahui dalam konsep “one health”. Menyelidiki lesi dan distribusi CoV dapat menjadi penting untuk memahami/memantau evolusi virus ini serta patogen lain, untuk lebih memperdalam patogenesis dan penularan penyakit ini, membantu tindakan pencegahan dan terapi kesehatan masyarakat.

Infeksi virus korona bisa ditemukan pada babi, sapi, kuda, kucing, anjing, tikus, burung, kelelawar, kelinci, musang, cerpelai, dan berbagai spesies satwa liar, meskipun banyak infeksi virus corona bersifat subklinis atau asimtomatik. Famili Coronaviridae termasuk dalam famili Arteriviridae dan Roniviridae dalam ordo Nidovirales dimana virus di ketiga keluarga ini memiliki strategi replikasi yang berbeda. Genus Coronavirus mengandung sejumlah besar patogen mamalia dan burung yang secara individual menyebabkan berbagai macam penyakit, termasuk pneumonia, penyakit reproduksi, enteritis, polyserositis, sialodacryoadenitis, hepatitis, encephalomyelitis, nephritis, dan berbagai gangguan lainnya.

Genus Coronavirus dibagi setidaknya tiga kelompok cluster berdasarkan sifat genetik dan serologis. Kelompok 1a meliputi virus gastroenteritis babi yang dapat menular, virus korona pernapasan babi, virus corona anjing, virus korona enterik kucing, virus korona musang dan cerpelai, dan virus corona hyena tutul. Kelompok 1b meliputi virus korona manusia tertentu, virus diare epidemik babi, dan virus korona kelelawar. Kelompok 2a meliputi virus hepatitis tikus, virus corona sapi, virus sialodacryoadenitis tikus, virus babi hemagglutinating encephalomyelitis, virus corona pernapasan anjing, dan virus corona manusia lainnya. Kelompok 2b termasuk virus korona SARS manusia dan musang kucing, anjing rakun, dan virus corona kelelawar. Kelompok 3 mencakup virus bronkitis menular burung/unggas, virus corona kalkun, dan beberapa spesies baru yang potensial tetapi sebagian besar masih belum dicirikan dari bebek, angsa, dan merpati.

Bagaimana dengan virus korona pada ayam? Spesies burung/unggas yang terinfeksi virus korona pada umumnya digolongkan dalam coronavirus kelompok 3. Virus ini juga menyerang unggas domestik (Gallus gallus), kalkun (Meleagris gallopavo) dan burung pegar (Phasianus colchicus). Virus korona pada unggas domestik mengakibatkan penyakit infectious bronchitis (IB). Penyakit ini sangat menular dan menyebar dengan cepat melalui aerosol. Kotoran, litter dan bahan yang terkontaminasi menyebarkan virus ini dan menjadikan IB sebagai agen penyebab gangguan pernafasan yang paling menular pada unggas. Gejala klinis yang teramati adalah bersin dan mata berair diikuti oleh depresi, batuk, dan ingus. Kualitas cangkang telur yang buruk, albumen encer, bulu kusut, dan kotoran basah terlihat pada unggas petelor. Gangguan produksi telur, penurunan berat badan, gangguan pernafasan dan diare dengan asam urat juga dapat diamati.

Jika kita melakukan bedah bangkai, maka perubahan yang teramati antara lain adalah eksudat di trakea, kantung udara menebal atau berbusa dan pneumonia dapat terlihat. Pada unggas muda cacat sel telur dan saluran telur serta adanya kuning telur di rongga perut juga bisa menjadi indikasi IB, selain juga ginjal yang membengkak dengan akumulasi asam urat.

Diagnosa dengan uji Netralisasi virus, tes HI atau ELISA untuk mengukur antibodi sangat membantu. Isolasi virus dalam embrio atau kultur sel ginjal ayam dan / atau PCR diperlukan untuk diagnosis yang pasti. Pengeritingan, pengerdilan dan kematian embrio dapat dilihat pada telur berembrio yang diinokulasi. Tanda dan lesi pernapasan dengan lesi ginjal juga bisa membantu tentatif diagnosa di lapangan sehingga minimal ada perlakuan awal yang dilakukan. Namun demikian, diagnosa laboratorium sebaiknya dilakukan mengingat gejala klinis yang nampak di lapangan terkadang mirip dengan kasus Newcastle Disease (ND), Mikoplasmosis, Avian Influenza (AI), Infectious Laringotracheitis (ILT), atau reaksi post vaksinal saja,

Pencegahan dengan vaksinasi dirasa masih cukup baik manfaatnya, hanya saja diperlukan surveilans terhadap serotipe yang ada dilapangan agar bisa memberikan proteksi terbaik dengan melakukan pemilihan strain vaksin yang sesuai. Vaksinasi dengan H120 atau clone dan varian penggunaannya harus benar-benar berdasarkan kondisi tantangan di kandang. Maternal antibodi induk (MAb) secara teori bisa bertahan dan memberikan perlindungan ke anak ayam sampai usia 2-3 minggu, sedangkan kekebalan humoral yang terbentuk dari vaksinasi biasanya muncul 10-14 hari setelah dilakukan vaksinasi. Kombinasi dengan penggunaan vaksin IB kill juga lazim dilakukan para peternak (ND + IB kill, ND EDS IB) untuk mendapatkan kekebalan seluler yang durasi proteksinya relatif lebih lama daripada vaksin hidup. Jika terjadi kasus IB akut di lapangan, pemberian sodium salicylate 1gm / liter bisa dilakukan untuk mengurangi keparahan dan antibiotik diindikasikan untuk mengontrol infeksi sekunder. Baca juga : Program vaksin di peternakan Ayam.

Referensi :

  1. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33322366/
  2. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16537157/
  3. https://www.sciencedirect.com/topics/veterinary-science-and-veterinary-medicine/coronavirus
  4. https://www.poultryworld.net/Health/health_tool/Infectious-bronchitis/
  5. https://www.thepoultrysite.com/disease-guide/infectious-bronchitis-ib
error: Content is protected !!