Dunia medis Kedokteran Hewan tentunya juga selalu dikaitkan dengan pilihan berbagai macam antibiotik atau obat-obatan untuk menangani suatu gangguan penyakit. Kemampuan obat antimikroba untuk menghentikan pertumbuhan atau membunuh agen penyebab penyakit umumnya tergantung pada mekanisme kerjanya dan konsentrasi obat pada tempat infeksi. Ketika obat dimasukkan ke dalam tubuh, obat tersebut dengan cepat dibawa melalui aliran darah ke hati, ginjal, dan organ lain yang secara kimiawi dapat mengubah atau mengurangi aktivitas antibakterinya dan meningkatkan ekskresinya.
Proses yang terjadi ketika terapi antibiotik atau obat diberikan adalah diawali dengan proses penyerapan/absorpsi dari rute pemberiannya (injeksi, per oral, sub kutan dll). Setelah diserap obat akan di distribusikan ke seluruh tubuh dan kemudian di eliminasi melalui metabolisme biokimia dan ekskresi melalui urin, empedu, atau rute lain merupakan parameter farmakokinetik.
Pemrosesan kimia dan fisiologis oleh tubuh, serta kelarutan lipid dan sifat kimia obat lainnya akan mempengaruhi kemampuan obat untuk menembus jaringan yang terinfeksi dan kontak dengan patogen yang berada di cairan interstisial atau sel inang. Paparan awal patogen terhadap konsentrasi obat yang efektif / sensitif untuk periode waktu yang optimal secara langsung akan mempengaruhi tingkat keberhasilan klinis terapi obat antimikroba.
https://www.ema.europa.eu/en/documents/report/infographic-categorisation-antibiotics-use-animals-prudent-responsible-use_en.pdf
Penggunaan antimikrobia, terutama antibiotik saat ini sudah menjadi issue global terkait dengan AMR (antimicrobial resistance). Di eropa, aturan mengenai pembatasan penggunaan antibiotik sudah diberlakukan untuk mengantisipasi kejadian resistensi ini. AMR terjadi ketika bakteri, virus, jamur dan parasit berubah dari waktu ke waktu dan tidak lagi merespon obat-obatan sehingga membuat infeksi lebih sulit untuk ditangani dan meningkatkan risiko penyebaran penyakit, penyakit menjadi parah dan bisa berakhir dengan kematian. Obat-obatan menjadi tidak efektif dan infeksi tetap ada di dalam tubuh sehingga berpotensi meningkatkan risiko penyebaran.
Antimikroba – termasuk antibiotik, antivirus, antijamur, dan antiparasit adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Mikroorganisme yang mengembangkan resistensinya terhadap antimikroba sering ita kenal dengan istilah “superbug”.
Terkait dengan usaha peternakan yang baik, program pengendalian penyakit umumnya meliputi 3 hal, yaitu biosekuriti, vaksinasi dan medikasi. Kebersihan lokasi kandang adalah landasan untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan hewan di peternakan kita, dan kita juga perlu merawat hewan peliharaan/ternak kita secara bertanggung jawab. Program pencegahan penyakit saat ini lebih ditekankan dengan pelaksanaan vaksinasi, sedangkan jika muncul kejadian penyakit maka medikasi baru bisa dilakukan dengan antibiotik atau support terapi lainnya tergantung dengan hasil diagnosa yang ditegakkan. Baca juga : Animal welfare
Terkait dengan AMR, maka para peternak, dokter hewan, dan semua yang terlibat dalam perawatan kesehatan hewan memiliki kewajiban moral dan hukum untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan hewan di bawah pengawasan mereka. Hal itu sekali lagi termasuk penggunaan antibiotik yang bijaksana. Aspek penting lain dari penggunaan antibiotik yang bijak adalah peran kita dalam memproduksi bahan makanan asal hewan yang aman dan sehat. Tanpa penggunaan antibiotik yang tepat, hewan peliharaan dan ternak akan menanggung rasa sakit dan penderitaan, serta produksi makanan yang aman dapat terancam dan beresiko meningkatkan kejadian AMR. Baca juga : Kontrol Penyakit pada ternak babi
https://www.researchgate.net/figure/Classification-of-antibiotic-classes-according-to-their-method-of-bacterial-eradication_tbl1_324835269
WHO merekomendasikan agar para peternak dan industri makanan berhenti menggunakan antibiotik secara rutin sebagai growth promotor untuk mendorong pertumbuhan dan mencegah penyakit pada hewan yang sehat. Hal ini bertujuan untuk membantu melestarikan efektivitas antibiotik yang penting untuk pengobatan manusia dengan mengurangi penggunaan yang tidak perlu pada hewan. Di beberapa negara, sekitar 80% dari total konsumsi antibiotik yang penting secara medis adalah di sektor hewan. Baca juga : Biosekuriti di era new normal
Yuk perduli AMR, dengan bijak dalam menggunakan terapi antimikrobia, mengoptimalkan program vaksinasi dan perbaikan managemen kandang serta biosekuriti yang baik…
Referensi :
- https://amrls.umn.edu/antibiotics-veterinary-medicine
- https://www.researchgate.net/publication/324835269_Methodology_for_revising_the_dosages_of_older_antibiotics
- https://www.ema.europa.eu/en/documents/report/infographic-categorisation-antibiotics-use-animals-prudent-responsible-use_en.pdf
- https://www.noah.co.uk/focus-areas/antibiotics-for-animals/
- https://www.who.int/news/item/07-11-2017-stop-using-antibiotics-in-healthy-animals-to-prevent-the-spread-of-antibiotic-resistance
- https://ahi.org/animal-antibiotics/
- https://www.who.int/health-topics/antimicrobial-resistance
- https://www.adprc.unair.ac.id/2018/04/19/amr-center-of-excellence/