Tantangan Masa Menyusui Ternak Babi

Tantangan Masa Menyusui Ternak Babi

Sering menemukan kasus diare pada anak babi setelah proses kelahiran? Apakah treatment yang anda lakukan selama ini sudah benar? Ini sebenarnya adalah kondisi klasik yang hampir selalu dihadapi oleh para peternak babi. Kebanyakan peternak  menanggapinya dengan biasa karena itu seperti sudah menjadi “agenda” yang harus dihadapi setiap periode menyusui. Nah, melanjutkan artikel kita sebelumnya, kita saat ini akan belajar bersama mengenai masalah yang dihadapi saat fase ikut induk ini.

Sebenarnya relatif sulit untuk menentukan satu penyakit “utama” pada anak babi yang menyusui karena memang ada beberapa kondisi umum dapat menyebabkan masalah yang signifikan yang tidak jarang berujung pada kematian anak babi.

Jika melihat bagan diatas, maka yang mendominasi kasus pada anak babi sebelum sapih antara lain adalah :

Porcine Epidemic Diarrhea (PED).

Penyakit virus yang sangat menular ini dapat menyebabkan diare parah, muntah, dehidrasi, dan kematian pada anak babi yang berusia < 5 hari. Tingkat kematian bisa sangat buruk karena bisa mencapai hampir 100% pada kelompok yang naif (ternak yang belum pernah terpapar).

PED ini dapat diatasi dengan praktek biosekuriti yang baik dan vaksinasi pada induk. Saat kondisi outbreak beberapa tahu lalu dimana vaksin belum tersedia, peternak melakukan penguatan terhadap induk dengan memberikan gerusan usus dari anak babi yang terkena PED. Dengan paparan menggunakan gerusan usus ini, diharapkan induk mendapatkan kekebalan yang nantinya penting untuk diturunkan ke anak babi yang akan dilahirkan pada kebuntingan selanjutnya.

Colibacillosis.

Penyakit bakteri yang disebabkan oleh strain Eschericia coli tertentu ini dapat menyebabkan diare, lesu, dan kematian pada anak babi yang sedang menyusui. Angka kematian tidak sehebat PED, namun demikian cukup moderat untuk mendapatkan perhatian lebih dari peternak. Kondisi ini biasanya bisa diatasi dengan perbaikan management pemeliharaan, sanitasi lingkungan atau vaksinasi di induk.

Ada 2 jenis Collibacilosis yaitu :

  1. Enterotoxigeni E.coli (ETEC) : Jenis ini menyebabkan diare cair yang parah dalam beberapa jam setelah lahir.
  2. Enterophatogenic E.coli (EPEC) : Jenis ini menyebabkan diare ringan beberapa hari setelah lahir.

Swine colibacillosis bertanggung jawab atas berbagai masalah, seperti diare neonatal, post weaning diarrhea (PWD), edema disease (ED), septikemia, poliserositis, mastitis coliform, dan infeksi saluran kemih. Di antara keragaman yang sangat besar, strain E. coli enterotoksigenik (ETEC) mampu menyebabkan penyakit pencernaan yang mengakibatkan diare pada anak babi yang baru lahir, PWD dan ED. Infeksi babi ini merupakan ancaman paling besar bagi industri peternakan babi di seluruh dunia karena kerugian ekonomi yang signifikan terkait dengan morbiditas, mortalitas, penurunan berat badan, meningkatnya biaya perawatan, vaksinasi, dan suplemen pakan.

PWD dan ED dapat terjadi secara terpisah atau bersamaan. Dalam waktu 2-3 minggu setelah disapih, anak babi lebih rentan terhadap infeksi mikroba. Oleh karena itu, periode ini sangat penting dan biasanya berhubungan dengan tantangan bentuk infeksi E. coli  yang paling parah, yang diwujudkan dengan kematian mendadak atau diare berat.

Diatas adalah model infeksi Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC) pada sel epitel usus. (1) anak babi menelan ETEC, sehingga memungkinkan peralihannya ke saluran pencernaan. (2) Fimbriae yang diekspresikan oleh ETEC memungkinkan bakteri menempel pada reseptor spesifik yang ada di sel epitel usus. (3) Kolonisasi terjadi pada mukosa usus kecil, yang menyebabkan produksi racun. (4) Enterotoksin ini menyebabkan hilangnya air dan elektrolit ke dalam lumen usus, sehingga meningkatkan permeabilitas usus. (5) Akibat peningkatan permeabilitas usus dan kehilangan banyak air, diare, penurunan berat badan, dan kematian dapat terjadi.

Baca juga : Diare pada Babi

Selain 2 penyakit diatas, gangguan pada fase laktasi ini bisa juga disebabkan oleh :

  1. Rotavirus
  2. Transmissible gastroenteritis (TGE)
  3. Clostridium sp
  4. Coccidiosis  
  5. Enterococcus sp
  6. Salmonellosis  

Karena diare bisa disebabkan oleh beberapa jenis patogen, maka selalu berkonsultasilah dengan dokter hewan untuk melakukan tahapan diagnosa yang benar sehingga program kontrol dan pengendalian penyakit sesuai dengan tantangan yang ada di lapangan. Biosekuriti dan vaksinasi mungkin bisa menjadi solusi untuk menyempurnakan managemen pemeliharaan yang sudah dijalankan. Baca juga : Biosekuriti Pada Peternakan Babi

Referensi :

  1. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10135039/#:~:text=Porcine%20infection%20caused%20by%20Escherichia,urinary%20tract%20infection%20%5B1%5D. swine colibacillosis
  2. https://vetmed.iastate.edu/vdpam/FSVD/swine/index-diseases/diarrheal-diseases
  3. https://www.mdpi.com/2076-2615/13/3/338 Diagnostic approach to enteric disorders in pigs
Fakta tentang Kolostrum untuk Anak Babi

Fakta tentang Kolostrum untuk Anak Babi

Apakah kematian anak babi ikut induk di peternakan anda cukup tinggi? Mungkin salah satu penyebabnya adalah managemen kolostrum yang kurang tepat sehingga membahayakan kelangsungan hidup dan kesehatan anak babi. Atau jika ada lebih sering membeli sapihan dan bermasalah, kita juga perlu curiga jika anak babi saat di peternakan asal tidak mendapatkan kolostrum yang cukup.

Saat anak babi dilahirkan, mereka memasuki babak baru kehidupan yang berbahaya karena banyak tantangan yang bisa berakibat fatal. Cadangan energi relatif kecil sehingga anak babi harus segera mendapatkan makanan karena tubuh kehilangan panas dengan cepat. Jika anak babi tidak mendapatkan kolostrum, suhu tubuh akan segera turun dan membuat pergerakan menjadi lamban dan tidak mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Pada induk yang jumlah anaknya banyak, setiap induvidu anak babi harus bersaing  untuk mendapatkan ambing induk babi. Kondisi ini juga sangat beresiko jika peternak tidak melakukan intervensi.

Kondisi lain yang juga berbahaya adalah, jika anak babi dilahirkan tanpa adanya kekebalan yang cukup sehingga menjadi rentan terhadap berbagai virus, bakteri, dan parasit. Status kesehatan induk babi disini memegang peran yang sangat penting, sehingga peternak juga harus memperhatikan nutrisi dan program vaksinasi yang tepat. Jadi, cara sederhana dan alami bagi anak babi untuk mengatasi bahaya pada masa neonatal adalah kolostrum, ‘air susu pertama’ yang kaya akan energi dan antibodi dari induk sebagai imunitas pasif.

Apakah anak babi lahir tanpa kekebalan? Jawabanya adalah TIDAK. Kita perlu memahami lebih banyak tentang sistem kekebalan tubuh, yangmana sistem imun dibagi menjadi tiga subsistem, yaitu imunitas bawaan (innate imunity), imunitas non-spesifik, dan imunitas spesifik.

Imunitas bawaan.
Tidak sepenuhnya benar bahwa anak babi dilahirkan tanpa pertahanan sama sekali. Kulit adalah pertahanan yang mampu  menghalangi patogen menyerang jaringan di bawahnya, mukosa menghasilkan lendir yang untuk menangkap bakteri, silia di trakea membersihkan/menyaring saluran udara dari kotoran dan mikroorganisme, dan pH asam di lambung juga berfungsi sebagai penghalang. Secara keseluruhan, seluruh mekanisme perlindungan ini disebut ‘imunitas bawaan’.

Kekebalan non spesifik
Sistem kekebalan tubuh yang tepat memiliki jaringan yang dapat melawan dan menonaktifkan mekanisme keganasan patogen yang menyerang. Makrofag dapat melahap partikel yang dianggap asing dan mencurigakan. Terdapat imunoglobulin (IgG dan IgA) yang menempel pada patogen yang masuk ke tubuh, kemudian ia akan memberi sinyal pada makrofag bahwa ada benda asing menyerang. Proses ini disebut aglutinasi, dimana imunoglobulin ini menggumpal di sekitar patogen dan menonaktifkannya.

Imunitas spesifik
Ternak pada umumnya  telah mengembangkan mekanisme pertahanan yang sangat rumit untuk mengenali dan menghancurkan patogen yang menyerang. Limfosit adalah sel yang dapat mengenali patogen berbahaya dan menyebabkan patogen tersebut menghancurkan dirinya sendiri. Limfosit lain memanfaatkan kekuatan sistem kekebalan tubuh dan mengarahkannya sel T untuk dihancurkanm, sedangkan sel B akan menghasilkan antibodi yang nantinya akan mengenali protein spesifik (antigen) di dinding sel patogen. Terbentuknya sel memori ini akan membantu sistem kekebalan dalam bereaksi ketika patogen yang sama datang menyerang lagi.

Jadi, imunitas spesifik bisa bekerja setelah terjadi paparan patogen tertentu atau pemberian vaksinansi sehingga tubuh akhirnya mengenalinya sehingga ketika suatu saat patogen itu datang lagi tubuh bisa langsung dengan cepat bereaksi untuk melawan karena sudah terbentuk antibodi yang siap melawan.

Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa anak babi di masa laktasi ikut induk masih rawan kematian jika sudah ada kekebalan di dalam tubuhnya? Anak babi yang dilahirkan dari induk yang sehat, setelah mendapatkan kolostrum akan memiliki yang namanya pasif imunity untuk bertahan dari serangan patogen penyebab penyakit. Jika status kesehatan breeding anda tidak baik, maka imunitas dari induk mungkin tidak terbentuk dengan baik sehingga ketika tantangan datang, anak babi tidak cukup kuat untuk melawan dan akhirnya mati.

Nah, disinilah peran kolostrum. ‘Air susu pertama’ dari induk babi ini mengandung antibodi IgG dan IgM yang memungkinkan anak babi menangkis sebagian besar serangan sampai mereka mampu mengembangkan respon kekebalannya sendiri. Kolostrum mengandung antibodi yang dimiliki induk babi yang umumnya sudah “berpengalaman” melawan patogen baik secara alami ataupun intervensi dengan program vaksinasi  sehingga antibodi ini spesifik terhadap patogen yang beredar di peternakan tersebut.

Jadi, mulai sekarang lakukan evaluasi terhadap status kesehatan farm anda, apa saja patogen yang bersirkulasi, untuk kemudian lakukan tindakan pencegahan dengan program vaksinasi dan biosekuriti yang baik, sesuai dengan kondisi di lapangan. Walaupun anak babi memiliki sistem kekebalan yang matang di dalam rahim, meraka tidak akan mampu menghasilkan antibodi terhadap patogen yang akan mereka hadapi di dunia luar diawal kehidupan mereka. Oleh karena itu, dengan mendapatkan antibodi spesifik dari induk, anak babi ini diberi kesempatan untuk bertahan hidup karena adanya kolostrum tidak hanya mengandung antibodi, tetapi juga sel kekebalan dan faktor lain yang penting untuk mekanisme pertahanan anak babi yang baru lahir.

Perlu diingat, plasenta babi desainnya berbeda. Pada primata dan hewan pengerat terdapat kontak signifikan antara jaringan induk dan janin sehingga terdapat lebih banyak transfer kekebalan pasif dari dalam rahim. Namun pada sapi, kuda, dan babi, plasentanya sangat efisien dan praktis sehingga tidak ada transfer kekebalan pasif sama sekali saat masih didalam rahim. Inilah alasan mengapa asupan kolostrum adalah persoalan hidup dan mati yang harus diperhatikan. Anak babi yang baru lahir yang tidak minum cukup kolostrum dengan alasan apapun, maka  tidak akan mendapat manfaat dari antibodi induknya karena proses pasif imunity gagal. Baca juga : Kunci pemeliharaan anak babi 

Berikut adalah beberapa hal penting yang perlu kita ketahui terkait managemen kolostrum antara lain adalah :

Nutrisi dan Kesehatan Induk

Perawatan Pra-farrowing.

Pastikan induk babi menerima nutrisi dan air minum yang cukup pada minggu-minggu menjelang farrowing. Hal ini akan membantu mereka menghasilkan kolostrum berkualitas baik dalam jumlah yang cukup.

Program Vaksinasi

Vaksinasi induk babi dilakukan sesuai dengan rekomendasi dokter hewan. Hal ini memperkuat sistem kekebalan tubuh mereka dan mentransfer antibodi ke anak babi melalui kolostrum.

Koleksi Kolostrum 

Seleksi

Kumpulkan kolostrum dari induk babi sehat pada parity akhir (sudah melahirkan 3-5x) dengan ambing yang berkembang dengan baik daripada gilt/dara.

Waktu

Kumpulkan kolostrum 1-3 jam setelah masa farrowing dimulai, setelah anak babi menerima menyusu awal. Idealnya anak babi harus mendapatkan kolostrum dari induk aslinya, sehingga hal ini penting dilakukan jika jumlah anakan yang dilahirkan banyak atau puting susu tidak cukup.

Stimulasi

Pemberian oksitosin (di bawah bimbingan dokter hewan) mungkin perlu dilakukan untuk merangsang keluarnya air susu sehingga mudah dikoleksi.

Kebersihan

Jaga kebersihan selama pengumpulan untuk mencegah kontaminasi. Pastikan lingkungan kandang sudah disanitasi dan desinfeksi unutk meminimalkan kontaminasi.

Pemberian Kolostrum

Waktu

Anak babi perlu mengonsumsi kolostrum dalam 6 jam pertama setelah lahir, atau lebih idealnya dalam 2 jam pertama lebih baik karena semakin lama jeda waktunya, maka kualitas kolostrum mungkin berbeda signifikan atau hanya seperti air susu biasa saja.

Jumlah

Usahakan agar anak babi mengonsumsi setidaknya 150 ml kolostrum per kg berat badannya dalam waktu 16 jam setelah lahir. Pastikan semua anak babi mendapatkan jatah kolostrum yang memadai agar pasif imunity dari induk optimal melindungi anak babi dari penyakit.

Anak Babi Lemah

Untuk anak babi yang lemah atau kecil, langsung berikan kolostrum menggunakan wadah atau botol. Peternak harus memperhatikan lebih khusus agar anak babi yang kecil juga mendapatkan kolostrum yang cukup. Jangan biarkan mereka berkompetisi sendiri, karena sudah pasti akan kalah. Ini adalah salah satu alasan mengapa kematian anak babi selama ini cinderung terjadi pada anak babi yang berat badannya kecil, karena mereka kalah bersaing dengan teman-temannya dalam mendapatkan kolostrum induk.

Praktis di Lapangan.

Cross fostering

Jika anak babi yang dilahirkan cukup banyak, pertimbangkan untuk memindahkan beberapa anak babi ke induk babi lain yang memiliki anak lebih sedikit setelah mereka mendapatkan kolostrum dari induk aslinya. Pengasuhan silang ini umum dilakukan para peternak untuk memastikan anak babi mendapatkan kolostrum tambahan dan air susu yang cukup untuk proses pertumbuhannya.

Menyusui terpisah

Jika terdapat ukuran anak babi yang tidak rata, maka untuk anak babi berukuran besar bisa disisihkan terlebih dahulu dan mengutamakan anak babi yang kecil/lemah untuk menyusu induk pertama sehingga tidak kalah dalam berkompetisi dengan anak babi yang besar/kuat.

Bank Kolostrum

Di peternakan babi modern yang lebih besar, menyimpan kolostrum berkualitas tinggi dari induk babi yang sehat dapat menjadi cadangan bagi anak babi yang mengalami gangguan. Penyimpanan dan penanganan yang tepat sangat penting agar kualitas tetap baik.

Referensi :

  1. https://ahdb.org.uk/pork
  2. https://swinehealth.ceva.com/blog/how-to-manage-colostrum-for-optimal-piglet-performance
Kunci Pemeliharaan Anak Babi

Kunci Pemeliharaan Anak Babi

Mulai bulan ini, kita akan mencoba mengulik tentang basic management pemeliharaan babi untuk merefresh kembali hal-hal penting yang mungkin kita lupakan. Kita akan mengawali dari management pemeliharaan piglet / anak babi terlebih dahulu ya…

Managemen pemeliharaan anak babi penting untuk dipahami karena kita dituntut untuk fokus pada status kesehatan dan kesejahteraan anak babi sejak dari lahir – disapih (6-8 minggu). Saat ini kita akan belajar bersama tentang apa saja yang menjadi point utama dalam tahap ini. Target yang idealnya dicapai pada tahap ini adalah angka kematian yang rendah, angka sapihan tinggi dan pertumbuhan berat badan yang ideal.

Berikut adalah point-point penting yang harus kita kuasai agar target kita tercapai, yaitu :

Pra-kelahiran.

  1. Hyperprolific. Induk babi mempunyai kecinderungan untuk memiliki anak yang banyak dengan lama waktu bunting sekitar 3 bulan 3 minggu 3 hari.
  2. Nutrisi. Formulasi pakan induk yang tepat selama periode kebuntingan  sangat penting untuk memastikan induk memiliki cadangan yang cukup untuk proses melahirkan anak babi yang sehat dan menghasilkan air susu yang cukup. Terlampir adalah strategi nutrisi dan konsep manajemen pemberian pakan untuk bisa menghasilkan produksi kolostrum yang maksimal.

Farrowing (saat kelahiran).

  1. Kehangatan. Anak babi umumnya dilahirkan dengan sedikit kandungan lemak dan tidak dapat mengatur suhu tubuhnya dengan baik. Oleh karena itu, kita harus menyediakan lampu/pemanas untuk menjaga suhu ideal  34°C dan mencegah hipotermia.
  2. Kebersihan. Lingkungan kandang kelahiran yang bersih dan kering akan mengurangi tingkat resiko penyebaran penyakit. Alas tidur harus kering dan sering diganti untuk menghindari penumpukan kotoran.
  3. Perawatan tali pusar. Desinfeksi tali pusar segera setelah lahir untuk mencegah infeksi.

Pasca kelahiran.

  1. Kolostrum. Air susu pertama yang dihasilkan oleh induk babi yang kaya akan antibodi untuk membantu anak babi melawan penyakit. Kita harus memastikan setiap anak babi menerima kolostrum yang cukup dalam 2-6 jam pertama, atau maksimal 24 jam pertama untuk kelangsungan hidup mereka. Jika jumlah anak terlalu banyak dibandingkan puting susu aktif, maka perlu tindakan intervensi dengan teknik menyusu secara terpisah. Kita bisa mengeluarkan beberapa anak babi untuk sementara waktu untuk “antri” mendapatkan asupan kolostrum induk. Anakan yang ukurannya lebih besar mungkin kita sisihkan terlebih dahulu agar anak babi yang lebih kecil memiliki angka kelangsungan hidup lebih baik.
  2. Pemberian zat Besi. Anak babi rentan terkena anemia, terutama yang dipelihara secara intensif. Suntikan zat besi idealnya diberikan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan anak babi. Untuk anak babi yang dipelihara dengan alas tanah atau diumbar, mereka bisa mencari sendiri secara alami di tanah. Zat besi ini umumnya diberikan pada umur 2-5 hari awal kehidupan dan terkadang perlu diulang tergantung kondisi di lapangan.
  3. Potong gigi dan ekor. Gigi taring anak babi relatif tajan dan beresiko melukai puting susu induk dan anak babi lainnya jika terjadi perkelahian. Proses potong gigi umumnya dilakukan bersamaan dengan potong ekor. Ingat, pastikan proses ini dilakukan se-aseptik mungkin agar meminimalkan terjadinya infeksi dan juga minimal stres. Oleh karena itu, umumnya di peternakan proses ini dilakukan bersamaan dengan suntik zat besi sehingga anak babi tidak stres karena terlalu sering dipegang.

Performa anak babi di kandang pembibitan dapat bervariasi tergantung pada berat badan, usia saat disapih, pengelolaan, dan tantangan patogen di fasilitas peternakan babi. Pemeliharaan di awal kehidupan ini sangatlah penting dan mungkin memiliki konsekuensi jangka panjang, karena pertumbuhan yang lambat menimbulkan kerugian yang signifikan dan peternakan menjadi tidak efisien.

Penelitian penting telah membuktikan bahwa ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan babi saat penyapihan. Serangkaian manajemen awal dan strategi nutrisi pakan yang kompleks perlu dilakukan pada induk dan anak babi yang masih menyusui untuk mencapai pertumbuhan anak babi yang optimal dan efisien setelah disapih.

Dari bagan diatas, terdapat korelasi pengaruh kelahiran dan berat penyapihan sampai panen.  Bobot badan pada tahapan produksi yang berbeda juga akan menentukan jumlah hari untuk mencapai bobot badan pasar 105 kg.

Setelah kita tahu secara garis besar proses persiapan kelahiran diatas, berikut ada beberapa tips yang mungkin berguna di lapangan terkait kondisi-kondisi yang memerlukan intervensi manusia.

Praktek manajemen praktis.

  1. Cross-fostering. Pengasuhan silang dilakukan jika induk  babi memiliki jumlah anak yang banyak dan beresiko tidak mendapatkan cukup asupan air susu untuk pertumbuhannya. Teknis ini dilakukan dengan cara  memindahkan beberapa anak babi ke induk babi lain yang memiliki jumlah anak lebih sedikit. Ingat, proses ini bisa  dilakukan setelah anak babi mendapatkan cukup kolostrum dari induk aslinya, sehingga maternal antibodi terpenuhi dahulu sebelum “dititipkan ke induk lainnya.
  2. Transisi Penyapihan. Sekitar 6-8 minggu, anak babi disapih dari induknya. Bahkan di peternakan modern, sapihan dilakukan sekitar 3 minggu untuk mengejar performa breeding. Anak babi idealnya diperkenalkan dengan pakan padat terlebih dahulu sebelum mereka berhenti menyusui sepenuhnya. Hal ini tentunya untuk membantu mereka menyesuaikan diri dengan pola pakan yang baru pasca penyapihan.
  3. Vaksinasi. Anak babi idealnya divaksinasi sesuai dengan tantangan penyakit yang terdeteksi di lapangan. Jadwal vaksinasi bisa dikomunikasikan dengan dokter hewan agar perlindungan terhadap anak ini bisa dioptimalkan dan  mereka lebih aman dari serangan penyakit. Program vaksin yang umumnya dilakukan adalah Classical swine fever, PCV2, PRRS, Mycoplasma hyopneumoniae, Glasser’s Disease dan vaksin lainnya yang dirasa diperlukan dan sesuai dengan tantangan yang ada. Oleh karena itu, penting bagi setiap peternak untuk memiliki catatan yang jelas terkait penyakit yang sering muncul di kandang untuk kemudian dilakukan antisipasi dengan vaksinasi.
  4. Minimalkan stres. Kondisi stres yang mungkin terjadi dilapangan dapat berdampak negatif pada kesehatan anak babi. Oleh karena itu, pastikan kita menyediakan ruang yang cukup, tangani dengan hati-hati, dan hindari perubahan yang tiba-tiba.
  5. Monitoring/Pemantauan. Periksa tanda-tanda penyakit pada anak babi secara teratur, seperti lesu, kehilangan nafsu makan, atau batuk. Deteksi dan pengobatan dini sangat penting untuk segera melakukan tindakan agar resiko penyakit bisa diminimalkan.

Dengan mengikuti point penting praktek-praktek dan tips diatas, maka diharapkan peternak bisa memenuhi target pemeliharaan di awal kelahiran – sapih ini dengan menekan angka kematian anak babi, jumlah sapihan lebih banyak dan pertumbuhan yang baik.

Referensi :

  1. https://gb.pic.com/resources/piglet-management-around-weaning/
  2. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/small-piglet-management
  3. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7911825/ Management and Feeding Strategies in Early Life to Increase Piglet Performance and Welfare around Weaning: A Review
error: Content is protected !!