Tantangan Peternakan Sapi Potong

Tantangan Peternakan Sapi Potong

Saat kita akan memulai usaha peternakan sapi, pertanyaan yang paling sering muncul adalah “breed mana yang harus saya pilih? Jawaban singkatnya adalah “tergantung”. Keragaman sumber daya dan kemampuan manajemen dari setiap peternak membuat pertanyaan ini sulit untuk dijawab. Semua kembali ke tujuan masing-masing peternak, apakah ingin fokus di pembibitan, penggemukan atau bahkan keduanya. Semua ini memerlukan persiapan dan penguasaan manajemen pemeliharaan yang baik agar bisa memberikan hasil yang optimal.

Sistem pemeliharaan ternak sapi potong (beef cattle) umumnya dapat dibagi menjadi breeding farm dan penggemukan. Siklus peternakan sapi dimulai pada operasional breeding farm untuk menghasilkan anak sapi, baik yang nantinya diperuntukkan sebagai calon indukan, pejantan, atau anak sapi/pedet yang akan dijadikan ternak potong untuk dikonsumsi manusia. Target pemeliharaan breeding ini adalah setiap induk sapi mampu untuk menghasilkan satu anak sapi per tahun (1 calf/cow/year).

https://extension.uga.edu/publications/detail.html?number=C859&title=Selecting%20a%20Beef%20Breed

Setidaknya 250 breed sapi potong diakui di seluruh dunia. Namun demikian, daging sapi yang dihasilkan saat ini secara luas diklasifikasikan dari keturunan awal, yaitu sapi eropa (subspesies Eurasia) dan sapi zebu (subspesies India) yang dikenal memiliki toleransi panas. Breeding farm sapi potong adalah bagian yang relatif kecil dari industri daging sapi namun sangat krusial. Hal ini karena breeding farm ini berfungsi untuk menghasilkan sapi ras murni dan proses perbaikan genetik breed tertentu. Tren peternakan sapi potong saat ini cinderung menginginkan jenis sapi yang tingkat pertumbuhannya lebih cepat. Hal ini tentunya memerlukan sapi dengan bobot lahir yang lebih besar walaupun nantinya ada potensi peningkatan potensi kesulitan saat melahirkan. Selain itu, peternak juga menginginkan indukan sapi yang produksi susunya lebih banyak dengan postur tubuh berukuran besar. Hal ini juga menimbulkan konsekwensi lain, yaitu kebutuhan pakan lebih tinggi untuk performa reproduksinya. Untuk mengakomodasi tantangan industri ini, maka proses persilangan antar breed sapi dilakukan. Crossbred ini untuk memberikan kekuatan genetik baru pada keturunan yang dihasilkan. Dengan persilangan ini diharapkan dapat meningkatkan laju pertumbuhan, efisiensi reproduksi, dan menghasilkan karakteristik karkas/daging yang baik sehingga peternakan bisa lebih efisien.

https://extension.uga.edu/publications/detail.html?number=C859&title=Selecting%20a%20Beef%20Breed

Dari tabel diatas, jika kita hanya mengandalkan breed murni untuk menghasilkan sapi potong dengan kualitas daging yang baik tetapi dengan biaya produksi yang lebih rendah sepertinya relatif sulit. Dengan durasi waktu reproduksi yang relatif lama, maka diperlukan investasi waktu dan juga dana cukup besar. Hal ini harus dilakukan guna menghasilkan keturunan hasil persilangan antar breed untuk mendapatkan perpaduan karakter dan sifat yang diinginkan. Hal inilah mengapa peternakan di level ini terbatas jumlahnya dan lebih banyak peternak yang menggeluti usaha penggemukan saja.

http://www.wifss.ucdavis.edu/

Terlepas dari tantangan yang dihadapi di level perbaikan genetika diatas, pengembangbiakan ternak sapi ini umumnya bisa dilakukan dengan kawin alami ataupun kawin suntik (inseminasi buatan) dengan bibit pejantan unggul. Sapi betina yang telah dikawinkan dan bunting akan melahirkan anak sapi sekitar sembilan bulan kemudian dengan berat lahir sekitar 60–100 lbs atau 27-45 kg. Anak sapi ini akan disapih ketika mencapai umur 6-10 bulan dengan berat 450-700 lbs atau 210-320 kg. Pada fase ini, beberapa peternak sudah bisa melakukan seleksi terhadap anak sapi yang nantinya akan digunakan sebagai calon induk pengganti dan akan tetap tinggal dalam kawanan. Sapi-sapi dara ini kemudian akan dikawinkan sekitar umur 15 bulan dan akan melahirkan anak pertama mereka pada umur 2 tahun. Program pemeliharaan harus dipersiapkan dengan baik sesuai kondisi tantangan di lapangan, terlebih dalam hal pengendalian penyakit. Baca juga : Penyakit Pernafasan pada Sapi.

Lalu bagimana dengan anak-anak sapi yang lainnya? Anak sapi yang tidak terseleksi sebagai calon induk pengganti maka akan dimasukkan dalam kandang lainnya untuk dibesarkan sebagai sapi potong. Untuk anak sapi yang lebih muda/berat badannya tidak standar biasanya akan dikategorikan sebagai ‘stockers‘ untuk dibesarkan sampai umur 12-16 bulan. Pada fase ini, ternak akan digembalakan dengan sumber pakan berupa rumput/hijauan lainnya. Diperlukan lokasi padang gembalaan atau minimal kita sudah mempersiapkan lahan hijauan agar biaya pakan bisa lebih ekonomis. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan massa otot dan membentuk frame tubuhnya sebelum memasuki selanjutnya. Fase terakhir dalam produksi sapi potong adalah feedlot di mana ternak akan digemukkan dengan target pemeliharaan sekitar 3-6 bulan sebelum akhirnya dikirim ke rumah potong hewan. Pada umumnya pemeliharaan sapi di fase feedlot ini dilakukan secara intensif menggunakan formulasi pakan khusus dengan kandungan energi yang tinggi. Pemberian biji-bijian seperti jagung, gandum serta tambahan premik bisa digunakan untuk mengejar bobot panen sapi potong yang berkisar antara 1200-1400 lbs atau 550-650kg pada umur 18-22 bulan.

Bagaimana dengan kondisi peternakan sapi potong di Indonesia? Peternakan sapi di Indonesia saat ini memang lebih didominasi dengan backyard farm dimana peternakan sapi di level ini biasanya hanya sebagai tabungan saja karenamanajemen pemeliharaannya tidak intensif dengan kualitas pakan yang seadanya sehingga produktifitasnya juga relatif kurang baik. Oleh karena itu, program pemerintah di tingkat peternak ini selalu ditujukan untuk meningkatkan populasi sapi domestik sehingga secara tidak langsung juga akan meningkatkan kondisi ekonomi para peternak kecil. Namun sayangnya upaya ini masih belum mampu untuk mencapai target swasembada yang dicanangkan. Kesenjangan antara pasokan dan permintaan daging sapi yang semakin meningkat menjadikan impor sapi hidup dan daging beku sebagai jalan pintas dalam jangka pendek-menengah.

Dengan lebih dari 270 juta penduduk, konsumsi rata-rata daging Indonesia diproyeksikan mencapai 3,36 kg/kapita/tahun pada tahun 2024. Meningkatnya permintaan untuk daging ini ternyata belum diimbangi dengan produksi daging sapi dalam negeri, dimana pasokannya baru terpenuhi 71,9% dari kebutuhan nasional di tahun 2020 dan sisanya harus import. Selama satu dekade terakhir, populasi atau produksi sapi potong di Indonesia bergerak fluktuatif dan cenderung stagnan pada periode 2011-2020. Di sisi lain, permintaan atau kebutuhan daging sapi pada periode yang sama cenderung mengalami peningkatan (khususnya 2016-2020) dan jumlah kebutuhannya jauh lebih besar dari produksinya. Inilah tantangan yang kita hadapi saat ini. Baca juga : Peternakan sapi Perah di Indonesia.


Jadi, kita bisa melihat bahwasanya masih ada peluang bagi kita untuk masuk ke bisnis peternakan sapi potong ini. Namun demikian, saat kita akan memulai usaha peternakan sapi kita harus mengawalinya dengan tujuan yang benar, apakah kita akan fokus pada pembibitan atau penggemukan. Dari sini kita kemudian bisa memilih breed yang sesuai dengan tujuan beternak kita, menyiapkan sumber daya manusia dan lahan hijauannya untuk memperoleh hasil yang optimal. Selain itu, faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha peternakan sapi antara lain adalah persentase panen anak sapi, bobot sapih, harga pasar dan biaya sapi tahunan (tanah, pakan, kesehatan kawanan, dan modal pembelian sapi). Semua ini harus menjadi pertimbangan dalam kita memulai sebuah usaha peternakan sapi potong. Terkait pengembangan peternakan sapi potong di Indonesia, idealnya dilakukan kolaborasi produktif antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, serta komunitas sehingga arah pembangunannya jelas dan terarah. Selain itu pola pengembangan peternakan juga harus disesuaikan dengan kondisi Indonesia.

Referensi :

  1. http://www.wifss.ucdavis.edu/wp-content/uploads/2015/FDA/fdacoursefinal1/Beef_Food_Animal_Production.pdf
  2. https://www.thecattlesite.com/breeds/beef/
  3. https://extension.uga.edu/publications/detail.html?number=C859&title=Selecting%20a%20Beef%20Breed
  4. https://fapet.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1211/2018/03/AJAS-18-0233_Proof-file_2.Widi_.confirmed.pdf
  5. http://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public-file/buletin-apbn-public-125.pdf
  6. https://fapet.ugm.ac.id/id/dinamika-industri-sapi-potong-di-masa-pandemi-covid-19-2/
  7. Gambar oleh Liam Ortiz dari Pixabay

error: Content is protected !!