Penyakit Newcastle (ND) atau tetelo adalah penyakit yang sangat menular dan seringkali ditemukan di seluruh dunia, disebabkan oleh keluarga paramyxovirus. Penyakit ini muncul dalam tiga bentuk, lentogenic/ringan, mesogenic/sedang dan velogenic/sangat virulen. Biasanya muncul gejala klinis berupa penyakit pernapasan, tetapi depresi, manifestasi saraf, atau diare mungkin merupakan bentuk klinis yang dominan. Ditemukan di seluruh dunia, penyakit ini saat ini telah dikendalikan di Kanada, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa Barat. ND masih berlanjut di beberapa bagian Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Namun, karena burung liar terkadang dapat membawa virus tanpa menjadi sakit, wabah dapat terjadi di mana pun unggas dibesarkan.
Penyakit ND paling sering ditularkan melalui kontak langsung dengan unggas yang sakit atau pembawa penyakit/carrier. Unggas yang terinfeksi dapat menyebarkan virus melalui kotorannya dan mencemari lingkungan kemudian penularan terjadi melalui kontak langsung dengan kotoran. Makanan, air, peralatan, dan pakaian manusia yang terkontaminasi juga menjadi faktor resiko penyebaran. Virus dapat bertahan hidup selama beberapa minggu di lingkungan, terutama pada cuaca yang sejuk. Burung liar juga telah terbukti menyebabkan wabah pada unggas peliharaan. Penyakit ini sangat menular, ketika virus masuk ke dalam kandang hampir semua unggas akan tertular dalam 2 -6 hari. Baca juga : Klasifikasi Penyakit Unggas.
Bagaimana resiko terhadap kesehatan manusia? Banyak yang tidak menyadari bahwa ND adalah merupakan zoonosis minor (penyakit hewan yang juga dapat menginfeksi manusia). ND dapat menyebabkan konjungtivitis pada manusia, namun kondisi tersebut umumnya sangat ringan dan dapat sembuh sendiri. Penyakit Newcastle yang ganas bukanlah masalah keamanan pangan. Tidak ada kasus penyakit Newcastle pada manusia yang pernah terjadi karena memakan produk unggas. Produk unggas yang dimasak dengan benar aman untuk dimakan.
Tanda-tanda klinis ND sangat bervariasi dan bergantung pada faktor-faktor seperti jenis virus, spesies burung/unggas yang terinfeksi, umur (muda yang paling rentan), infeksi bersamaan dengan organisme lain, faktor lingkungan dan status kekebalan. Dalam beberapa keadaan, infeksi strain virus yang sangat ganas dapat mengakibatkan banyak unggas ditemukan mati dengan gejala klinis yang relatif sedikit. Penyakit ini timbul dengan cepat dengan gejala yang muncul antara 2 – 12 hari setelah terpapar, dan menyebar dengan cepat melalui kawanan. Beberapa strain virus ND juga menyerang sistem saraf, sistem pernapasan, atau pencernaan. Pada kondisi ini gejala yang muncul biasanya adalah :
- gangguan pernapasan – terengah-engah, batuk, bersin
- gangguan saraf – tremor, sayap dan kaki lumpuh, leher bengkok, berputar-putar, kejang, dan kelumpuhan;
- gangguan pencernaan – diare
- penurunan produksi telur sebagian atau seluruhnya dapat terjadi. Telur mungkin abnormal dalam warna, bentuk, atau permukaan, dan memiliki albumen encer
- mortalitas bervariasi tetapi bisa mencapai 100%.
Penyakit ND dapat memberikan gambaran klinis yang sangat mirip dengan flu burung, sehingga pengujian laboratorium penting untuk memastikan diagnosis. Metode diagnosis yang disukai adalah isolasi virus dan karakterisasi. Tindakan vaksinasi untuk upaya pencegahan/profilaksis umum dilakukan, kemudian didukung dengan surveilans dan menerapkan prosedur biosekuriti menjadi hal yang penting dan efektif untuk mencegah masuknya penyakit ND ini. Biosekuriti yang bisa dilakukan adalah mencuci tangan sebelum dan setelah menangani unggas, memakai alas kaki khusus dan pakaian saat keluar masuk kandang, bersihkan dan disinfeksi alat kandang, perhatikan tanda-tanda penyakit dan laporkan unggas yang sakit segera. Baca juga : Pentingnya Biosekuriti pada Peternakan Babi.
Ketika penyakit ND muncul di suatu wilayah, hal yang bisa dilakukan adalah :
- isolasi ketat atau karantina
- pemusnahan semua burung/unggas yang tertular dan terpapar, serta pembuangan karkas yang benar (OIE Terrestrial Animal Health Code)
- pembersihan dan desinfeksi tempat secara menyeluruh
- pengendalian hama pada ternak
- depopulasi diikuti dengan 21 hari tanpa unggas sebelum restocking
- menghindari kontak dengan burung yang status kesehatannya tidak diketahui
- kontrol akses ke peternakan unggas.
Referensi :