Inseminasi Buatan pada Peternakan Babi

Inseminasi Buatan pada Peternakan Babi

Teknologi reproduksi terus mengalami perkembangan, termasuk inseminasi buatan (IB) yang telah berhasil digunakan pada peternakan babi selama beberapa dekade. IB sangat penting untuk mengatasi tantangan masa depan dalam industri babi dan untuk meningkatkan produktivitas. Kita saat ini akan belajar bersama terkait IB, baik dari sisi sejarah, managemen reproduksi dan teknik aplikasinya.

https://www.researchgate.net/publication/298938043_An_overview_of_swine_artificial_insemination_Retrospective_current_and_prospective_aspects

 

Perkembangan IB di Dunia

Keberhasilan beternak babi dengan inseminasi buatan (IB) dapat dikaitkan dengan peningkatan fertilitas, efisiensi tenaga kerja, genetika, dan produksi. Metode IB pada peternakan babi telah dimulai tahun 1926 – 1940 di Rusia, Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa. Peralihan industri produksi babi dari proses kawin alami ke IB dilaporkan di Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya pada tahun 1960-an dan 50-75% peternakan komersial sudah menggunakan IB pada tahun 1980-an, dimana tahun itu juga telah didirikan pusat IB dengan sejumlah besar babi ditempatkan untuk produksi semen. Pada tahun 1990-an, sebagian besar babi komersial di Eropa telah dihasilkan melalui penggunaan proses IB. Pada tahun 2000, peningkatan penggunaan IB di seluruh dunia telah terjadi dengan beberapa negara membiakkan hampir semua babi dengan IB. Adopsi di banyak negara berkembang juga terjadi meskipun ada keterbatasan infrastruktur yang signifikan.

Perkembangan yang signifikan memang terlihat dari penggunaan IB. Catatan industri yang melibatkan ratusan ribu induk babi menunjukkan bahwa sejak tahun 1990  tingkat reproduksi untuk farrowing mencapai 80-90% dengan jumlah anakan 11-13 ekor. Sedangkan tahun 2014, untuk 1,3 juta induk babi menunjukkan tingkat farrowing 86% dengan jumlah anakan 14 ekor.  Saat ini, IB juga berfungsi sebagai pintu gerbang teknologi reproduksi baru seperti sexed semen, cryopreserved sperm, dan metode baru untuk transfer gen.

Keunggulan IB

Untuk produksi ternak, keunggulan IB telah diketahui pada tahun 1950-an. Teknik IB ini memungkinkan pengumpulan pejantan unggul di satu lokasi untuk memproduksi ratusan dosis semen IB yang dapat disimpan untuk waktu yang lama sebelum dikirim ke peternakan yang berbeda pada jarak yang jauh. Semen dapat disimpan dalam bentuk beku selama berbulan-bulan sampai  bertahun-tahun. Keuntungan menggunakan IB pada peternakan babi yaitu 1) hanya sedikit atau tidak ada pejantan  yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya pakan, kandang, dan medis. 2) dapat menghemat waktu dan tenaga selama musim kawin jika dibarengi dengan sinkronisasi estrus. 3) dengan manajemen yang tepat, biosekuriti yang baik, komitmen waktu, dan keterampilan operator kandang akan mampu meningkatkan kualitas ternak karena proses perbaikan genetik yang terjadi.

Program perbaikan genetik sangat mungkin dilakukan dengan metode IB, karena kita bisa melakukan kawin silang sesuai dengan tujuan peternakan kita. Fondasi dari sistem ini bergantung pada pemeliharaan breed murni dan seleksi di dalamnya untuk perbaikan dan distribusi gen-gen pilihan tersebut di seluruh rantai produksi. Pada tahun 1960-an, sistem piramida genetik dikembangkan di Inggris dan kemudian diadopsi di tempat lain. Baca juga : Ras Babi Dunia

Salah satu tujuan awal IB adalah untuk mengurangi kejadian penularan penyakit kelamin pada breeding dan juga penyakit reproduksi penting yang bisa ditularkan melalui kontak langsung. Jadi point penting yang harus diperhatikan adalah kita sebagai peternak harus tahu reputasi dari sumber semen yang akan kita beli, untuk memastikan kualitasnya. Kita harus memastikan IB yang kita lakukan ini aman dari penularan penyakit yang dapat menyebabkan masalah yang terkait dengan kerusakan sperma, kegagalan kehamilan, aborsi, kehilangan embrio, dan endometritis. Ingat, semen bisa menjadi sumber penularan ya, jadi pastikan kita memiliki sumber yang terpercaya dan reputasi baik.

Efisiensi tenaga kerja dan produksi juga dapat dirasakan jika kita melakukan IB di breeding kita. Tenaga kerja dan efisiensi produksi yang terkait dengan IB telah berubah secara dramatis dari kawin alami yang umumnya membutuhkan 22 menit/induk untuk mendeteksi estrus dan proses kawin menjadi hanya 1-2 menit untuk deteksi estrus dan 4 menit untuk IB/induk. Namun demikian, kita tetap harus memiliki tenaga kandang yang berkualitas agar hasil bisa optimal. Deteksi estrus, pemilihan pejantan dan proses pelaksanana kawin secara IB memerlukan kecakapan dan sebaiknya operator disiapkan dengan baik dengan mengikuti pelatihan-pelatihan.

Kualitas semen yang dihasilkan pejantan unggul juga tergantung dengan fasilitas dan manajemen pemeliharaan pejantan yang baik. Evaluasi kesuburan babi untuk mengontrol kualitas semen yang dihasilkan umumnya dilakukan dengan melibatkan tes menggunakan spermiogram. Evaluasi mikroskopis untuk motilitas, kelainan ejakulasi dan evaluasi mikroskopis atau fotometrik untuk konsentrasi sperma ini telah berhasil selama bertahun-tahun dan penting untuk dilakukan. Semen babi telah dikoleksi dan dikembangkan dalam bentuk cair (fresh/segar) untuk IB komersial selama >40 tahun. Penggunaan extender berfungsi untuk menjaga kualitas semen, baik itu volume, pH, keseimbangan osmotik, dan stabilitas. Hingga tahun 1990, extender ini mampu mempertahankan kesuburan in vitro selama 3 hari sebelum terjadi penurunan yang signifikan.

Gambar diatas menunjukkan bagaimana proses IB dilakukan. Paling tidak, ada 4 metode yang sudah bisa dilakukan terkait IB di peternakan, yaitu cervical insemination, post-cervical insemination, deep intrauterin insemination dan intraoviductal insemination. Pada prinsipnya aplikasi ini berbeda tempat meletakkan semen di saluran reproduksi betina saja, namun kali ini kita akan fokus dengan cervical insemination mengingat kebanyakan peternak sudah bisa melakukannya. Baca juga : Memulai Usaha Peternakan Babi yang Ideal 

Lalu, hal apa saja yang penting dalam pelaksanaan IB untuk memperbaiki performa reproduksi di peternakan kita? Berikut adalah kunci sukses aplikas IB yang harus kita perhatikan :

Deteksi Estrus

Kunci keberhasilan program IB adalah mendeteksi estrus (standing heat) pada gilt atau induk. Siklus birahi babi umumnya terjadi 21 hari, tetapi siklus ini dapat bervariasi antara 16-25 hari. Tanda-tanda estrus yang wajib kita ketahui adalah pembengkakan vulva berwarna merah, peningkatan vokalisasi, nafsu makan menurun, menjepit telinga, keluar lendir dari vulva, gelisah, menaiki betina lain dan standing heat.

Idealnya, pemeriksaan estrus dilakukan setiap 12 jam dengan menggunakan pejantan dewasa atau sex odor sprayer. Sebaiknya fasilitas kandang memungkinkan untuk pejantan bisa berjalan dan kontak langsung dengan betina atau biarkan pejantan berdiri di luar kandang sehingga betina bisa mencium keberadaannya. Kita harus melihat respon betina yang bereaksi “mendekat” terhadap kehadiran  pejantan, kita coba tekan punggungnya dengan mendorong atau duduk dengan lembut di atasnya untuk mendeteksi estrus. Jika betina ini “mengunci” ke posisinya dengan menjadi tidak bergerak dan menjepit telinganya dengan posisi tegak ke depan, maka inilah yang disebut dengan standing heat. Sebailknya, jika betina yang tidak dalam keadaan berahi akan berusaha melarikan diri saat tekanan diberikan ke punggungnya. Gilt atau calon induk biasanya menunjukkan estrus rata-rata selama 38 jam, sedangkan indukan selama 53 jam. Sebaiknya, lakukan pencatatan siklus estrus pada setiap betina untuk memaksimalkan tingkat keberhasilan kawin/pembuahan.

Sinkronisasi Siklus Estrus

Menyinkronkan betina dalam peternakan babi dapat bermanfaat untuk manajemen waktu dan keuangan selama sehingga kontinuitas produksi bisa dipertahankan. Ada metode alami dan sintetis untuk menyinkronkan induk babi dan gilt. Baca juga : All in All out System

Proses penyapihan anak babi yang menyusu dari induk babi biasanya dilakukan pada umur 3-4 minggu. Pada peternakan yang sudah modern dan menerapkan pig flow management yang baik, proses penyapihan ini dilakukan pada hari yang sama sehingga nantinya induk-induk ini bisa  mengalami estrus relatif bersamaan dalam 4-7 hari setelah sapih. Mendeteksi estrus pada induk ini lebih mudah dibandingkan pada calon induk sehingga intervensi yang biasanya dilakukan adalah penggunaan preparat hormon untuk menyerentakkan birahi pada calon induk. Usia dewasa  saluran reproduksi babi adalah sekitar 160 hari, tetapi calon induk umumnya baru mengalami pubertas sekitar umur 200 hari.

Untuk memancing birahi pada calon induk babi, maka pada saat prapubertas (160-180 hari) bisa dilakukan beberapa alternatif metode, yaitu : metode transport (memindahkan calon induk dari kandang ke kandang atau pencampuran gilt prapubertas yang dapat menyebabkan estrus dalam 5-7 hari, metode boar (mengekspos gilt dengan penglihatan, aroma, suara, dan kehadiran fisik pejantan dewasa yang berumur >12 bulan selama 5-15 menit setiap hari – estrus biasanya akan terjadi dalam 10-14 hari), metoda intervensi preparat hormon gonadotropin (gilts akan menunjukkan tanda-tanda estrus dalam waktu 5-10 hari setelah aplikasi) atau yang terbaru menggunakan altrenogest (bacth farrowing yang memungkinkan pengaturan jadwal kawin dan melahirkan sehingga sistem all in all out lebih optimal).

Kondisi peternakan babi saat ini masih berjuang melawan African Swine Fever dan juga Penyakit Mulut dan Kuku, maka perbaikan managemen pasca outbreak sangat penting untuk memastikan proses repopulasi berjalan dengan baik. Metode deteksi estrus diatas bisa dikombinasikan untuk  mengoptimalkan hasilnya. Hal lain yang yang penting terkait calon induk, sebaiknya kita mengawinkannya paling cepat pada estrus yang ke-2 untuk memaksimalkan jumlah ovulasi dan meningkatkan jumlah anak sekelahiran.

Proses Inseminasi Buatan 

Betina hanya boleh dikawinkan saat sedang estrus/birahi, yaitu sebelum terjadinya ovulasi agar terjadi pembuahan dan kebuntingan yang diharapkan. Karena waktu ovulasi ini sulit dideteksi dengan tepat (umumnya terjadi diakhir fase estrus), maka dianjurkan untuk melakukan IB 2x selama masa subur agar tingkat konsepsi yang lebih tinggi dan jumlah anak lebih banyak. Pedoman yang disarankan untuk IB pada gilt adalah 12 jam setelah deteksi estrus pertama dan diulangi 12 jam kemudian. Jika betina kemudian terdeteksi standing heat selama 3 hari, IB ketiga mungkin bermanfaat untuk waktu optimal ovulasi dan keberhasilan pembuahan.

Hal-hal yang yang disiapkan dalam proses IB adalah alat kateter seperti gambar diatas (foam-tipped/busa, spiral, deep uterine), pelumas non-spermisida, semen/air mani, gunting, lap atau tisu basah, pejantan dewasa/sprayer bau pejantan. Untuk alatnya, sebaiknya pilih mana yang paling cocok untuk pengoperasian dan preferensi anda di kandang.

Langkah-langkah melakukan IB (Cervical Insemination) adalah :

  1. Ambil pejantan dan letakkan berdekatan dengan betina yang terdeteksi estrus untuk saling kontak. Amati perilaku betina yang bereaksi terhadap adanya pejantan, lalu lakukan tindakan seperti mendorong bahu, samping tubuh dan punggungnya. Jika saat kita tekan dan dinaiki punggungnya diam, maka betina tersebut terdeteksi standing heat dimana hal ini akan memungkinkan pelepasan hormon oksitosin, kontraksi rahim yang akan membantu membawa semen ke dalam rahim dan saluran telur untuk kemudian terjadi pembuahan jika ovulasi terjadi.
  2. Bersihkan vulva dengan lap atau tisu basah untuk mencegah kotoran masuk ke saluran reproduksi.
  3. Lumasi ujung alat IB dengan pelumas non-spermisida atau beberapa tetes semen.
  4. Masukkan alat IB melalui vulva secara perlahan sampai kedalaman 8-10 inchi, sedikit miring ke atas ke arah punggung betina untuk mencegah masuk ke dalam kandung kemih. Jika menggunakan alat yang berbentuk spiral, putar dengan hati-hati berlawanan arah jarum jam sambil didorong masuk ke dalam vagina dan leher rahim sampai mengunci ke dalam serviks (coba cek dengan memutar berlawanan arah jarum jam dan lepaskan – jika alat kemudian berputar kembali 1/4 putaran searah jarum jam artinya sudah terkunci). Jika menggunakan alat berujung busa, maka tidak perlu memutar berlawanan arah jarum jam. Masukkan ujung busa dengan lembut dengan cara yang sama sampai Anda merasakan “letupan”. Tarik perlahan untuk memastikannya terkunci di serviks.
  5. Setelah yakin alat terkunci, siapkan kemasan semen dengan lembut. Gunting ujungnya dan masukkan ke ujung alat IB, cek apakah semen mengalir leher rahim (kontraksi akan membantu aliran semen ke dalam tanpa perlu dibantu). Proses ini umumnya memakan waktu sekitar 5 menit.
  6. Perlakukan betina dengan lembut dan lakukan pengecekan terhadap kemungkinan semen mengalir kembali keluar. Jika semen yang keluar cukup banyak, hentikan dan posisikan ulang alat IB dan coba lagi.
  7. Setelah semen dalam kemasan sudah habis, lepaskan alat IB secara perlahan (ujung spiral dengan menarik perlahan sambil memutarnya searah jarum jam, sedangkan ujung busa bisa ditarik keluar dengan lembut).
  8. Setelah alat IB dilepas, terus berikan tekanan pada punggung betina dengan pejantan yang masih berada didekatnya untuk memungkinkan kontraksi lanjutan.
  9. Lakukan pencatatan dan periksa standing heat pada 12 dan 24 jam kemudian setelah IB. Jika betina sudah tidak terdeteksi lagi setelah 12 jam, maka kemungkinan waktu optimal telah tercapai dan kita tidak perlu melakukan IB lagi. Tetapi, jika betina masih terdeteksi lagi maka kita sebaiknya lakukan proses IB kembali. Namun, jika setelah 24 jam ternyata masih terdeteksi dan kita sudah tidak mempunyai semen lagi, maka waktu yang optimal kemungkinan besar sudah terlewatkan.

Handling Semen 

Dengan perkembangan tehnologi reproduksi saat ini, ada beberapa alternatif semen yang bisa dipilih peternak sesuai kemampuan dan fasilitas di kandang yaitu liquid store semen (with extender), encapsulated spermatozoa, filtered sperm, semen quality assessment, frozen-thawed spermatozoa, sex semen dan sperm mediated gene transfer (SMGT). Kita saat ini akan lebih fokus aplikasi IB dengan menggunakan liquid store semen dahulu ya, yang sudah umum dilakukan di peternakan kita. Jika ingin mempelajari lebih lanjut metode IB dan jenis semennya, silahkan bisa membaca referensi yang saya lampirkan dibawah.

Penanganan dan penyimpanan semen yang tepat sangat penting untuk menjaga kualitas semen agar tingkat pembuahan tetap tinggi. Semen yang kita pakai sebaiknya diperoleh dari pejantan unggul atau penjual semen yang memiliki reputasi baik. Semen pejantan umumnya akan dikoleksi 2x seminggu untuk menjaga dan memastikan semen berkualitas tinggi. Campur semen dengan extender untuk memungkinkan semen bisa bertahan lebih lama (semen segar tanpa extender hanya akan hidup sekitar 30 menit).

Pastikan operator kandang kita menyimpan semen yang dicampur dengan extender dengan benar.  Pertahankan penyimpanan semen pada suhu 60-65 F (idealnya 63 F) dan jangan taruh semen di lemari es atau freezer karena akan menyebabkan semen mengalami cold shock. Fluktuasi suhu yang ekstrim akan mengakibatkan umur semen lebih pendek. Beberapa produsen menggunakan alat pendingin wine atau menempatkan kontainer di ruangan tertentu dengan menyertakan  termometer untuk mengontrol suhu yang tepat.

Tips lain untuk menjaga kualitas semen saat penyimpanan adalah dengan memutar semen 2x/hari secara lembut tanpa dikocok, jangan terkena langsung sinar matahari. Semen dengan extender  biasanya dapat bertahan 7-9 hari, namun demikian sebaiknya tetap lakukan pemeriksaan semen dengan mikroskop sebelum digunakan untuk IB.

Kesimpulan

Inseminasi buatan (IB) menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan pembibitan dengan kawin alami. IB memungkinkan terjadinya perbaikan genetik, kita bisa memilih breed yang sesuai dengan tujuan kita. Selain itu, dengan IB peternak tidak memerlukan investasi yang terlalu banyak untuk pengadaan pejantan. Kunci keberhasilan program IB adalah akurasi deteksi estrus dan recording reproduksi terkait siklus estrus serta penanganan semen yang tepat. Intervensi dengan preparat hormon untuk proses sinkronisasi estrus juga memungkinkan banyak betina dikawinkan pada saat yang bersamaan sehingga pig flow bisa diatur sedemikian rupa.  Prosedur IB sebenarnya relatif sederhana, terutama metode konvensional yang sudah umumnya dijalankan, tetapi aplikasi ini tetap memerlukan pelatihan khusus juga agar operator kandang kita lebih efisien. Selain itu, pastikan bahwa kita juga membeli semen dari penjual yang terpercaya untuk menghindari resiko penularan penyakit. Baca juga : Mengapa breeding performance pada peternakan babi itu penting?

Referensi :

  1. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0093691X15003519 Artificial Insemination in Pigs Today
  2. https://extension.wvu.edu/agriculture/livestock/swine/swine-ai-guidelines-for-beginners
  3. https://www.researchgate.net/publication/298938043_An_overview_of_swine_artificial_insemination_Retrospective_current_and_prospective_aspects
  4. https://livestockconservancy.org/swine-insemination/
  5. https://jasbsci.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40104-019-0313-1 A new device for deep cervical artificial insemination in gilts reduces the number of sperm per dose without impairing final reproductive performance
Mengapa Breeding Performance pada Peternakan Babi itu Penting?

Mengapa Breeding Performance pada Peternakan Babi itu Penting?

Performa reproduksi merupakan faktor penting untuk unit babi yang sukses. Pada artikel kali ini, kita akan melanjutkan pembahasan mengenai managemen breeding yang tentunya merupakan kunci dari usaha peternakan babi. Kita akan belajar bersama mengenai body condition score (BCS),  waktu kawin/servis, dan inseminasi buatan.

Kembali ke pertanyaan kita, “mengapa performa breeding itu penting?” Untuk menjalankan usaha peternakan yang berkelanjutan, maka breeding harus bisa konsisten menghasilkan anakan dan meminimalkan gangguan yang berpotensi menimbulkan kerugian. Intervensi tidak jarang dilakukan di peternakan modern untuk memastikan pig flow management berjalan dengan baik. Hal ini tentunya berhubungan dengan efektifitas farm yang berkorelasi terhadap biaya produksi.  Usaha peternakan yang baik tentunya akan menekan biaya produksi seminimal mungkin agar dapat memaksimalkan keuntungan saat penjualan.

Dengan kita mengetahui bagaimana kinerja breeding farm, maka kita lebih mudah dalam  mengidentifikasi apakah program yang sedang dijalankan berjalan dengan baik atau masih perlu ada perbaikan. Berikut hal-hal penting yang harus kita perhatikan agar performa kandang breeding kita lebih optimal :

Body Condition Score (BCS)

Mempertahankan kondisi optimal sepanjang masa hidup induk  dengan fluktuasi minimal akan membantu kita dalam mendukung kinerja reproduksi, mempertahankan efisiensi produksi, membantu pertimbangan keputusan culling/replacement, dan memperbaiki angka kematian.
Penting untuk secara akurat mengevaluasi kondisi tubuh induk babi dan memastikan nutrisi yang tepat diberikan kepada setiap induk babi dalam proses pemeliharaan, pertumbuhan, reproduksi dan laktasi agar menghasilkan performa reproduksi terbaik.

Diatas adalah gambaran skore 1-5 yang harus kita perhatikan. Kondisi tubuh dapat dievaluasi dengan menggunakan tekanan jari dan tangan pada berbagai bagian babi dimana lemak umumnya disimpan. Daerah ini termasuk tulang rusuk, tulang belakang dan tulang pinggul. Penting untuk mengevaluasi ketiga area ini saat penilaian kondisi tubuh, karena semua hewan menyimpan lemak secara berbeda. Berkonsultasilah dengan nutrisionis dan  dokter hewan untuk menetapkan skor target ternak sesuai dengan formulasi pakan, genetik, dan strategi pengelolaannya.

Kondisi tubuh induk babi akan berfluktuasi mengikuti siklus reproduksinya. Karena itu, penting untuk mendapatkan data BCS selama setiap siklus reproduksi. BCS Caliper adalah alat yang dikembangkan oleh Dr. Mark Knauer dari North Carolina State University. Alat ini meminimalkan aspek subjektif dari penilaian visual karena mampu menghitung sudut kemiringan garis atas babi dan menggunakan derajat sudut untuk menentukan kondisi tubuh babi (sudut sempit = terlalu tipis, sudut lebar = terlalu gemuk).

Induk harus memasuki farrowing dengan skor kondisi tubuh 3–3,5 dan menyelesaikan laktasi empat minggu dengan skor minimum 3–2,5. Induk yang telah kehilangan kondisi tubuh selama menyusui harus ditempatkan pada pola makan yang akan mengembalikannya ke kondisi skor tubuh 3 pada minggu ke lima masa kehamilan.

Dampak negatif jika induk terlalu kurus adalah siklus estrus terganggu, resiko gagal bunting dan pertumbuhan janin yang tidak optimal, serta tingkat konsumsi pakan rendah sehingga proses laktasi juga terganggu. Sedangkan resiko jika induk terlalu gemuk adalah masalah kaki saat melahirkan, menghasilkan anakan sedikit, memiliki asupan pakan yang rendah selama menyusui sehingga berat sapih anak rendah.

Culling Sow

Kebijakan culling atau pemusnahan induk yang sudah tidak produktif harus dilakukan dengan perhitungan yang tepat agar aliran produksi kandang tetap stabil. Induk umumnya akan dikeluarkan dari kawanan karena beberapa alasan, yaitu terencana dan terpaksa. Mengapa ini penting, karena setiap hari kita menanggung biaya produksi yang tidak sedikit.

Culling terencana artinya dilakukan saat sudah sesuai dengan target jumlah kelahiran / parity yang kita tetapkan. Hal ini berkenaan sdengan kondisi induk babi tua yang memiliki kinerja kurang optimal, seperti distokia/kesulitan dalam proses melahirkan, jumlah anakan sedikit, kemampuan laktasi turun/jumlah air susu sedikit, perilaku induk yang buruk atau induk sudah mengalami penurunan produktivitas dibandingkan dengan rata-rata ternak. Sedangkan culling terpaksa dilakukan ketika kondisi anoestrus berkepanjangan, gagal bunting 2x berturut-turut, abortus, lameness/ketimpangan, dan gangguan penyakit. Baca juga : Gangguan reproduksi pada peternakan Babi

Cara yang baik untuk menghindari culling terpaksa/tidak disengaja adalah memastikan pemilihan gilt atau calon indukan yang optimal. BCS yang baik menjadi hal yang harus diperhatikan, yaitu dengan maksimalkan asupan pakan selama menyusui sehingga membantu mengurangi penurunan berat badan, pemberian pakan secara individual saat bunting dan setelah melahirkan atau pemberian pakan kolektif setelah dilakukan pengelompokan induk untuk mencapai BCS yang diharapkan. Selain itu, pastikan lantai tidak licin untuk menghindari cedera pinggul dan kaki yang juga beresiko terhadap culling terpaksa.

Saat induk sudah selesai sapih, sebelum kita programkan untuk kawin sebaiknya dilakukan pemeriksaan kesehatan secara keseluruhan. Kita sebaiknya memeriksa ada tidaknya luka bahu atau cedera lainnya, BCS di skor 3, konformasi yang baik dari indikasi gaya berjalan dan kaki tidak pincang, cek setidaknya ada 12 puting yang berfungsi baik, bebas penyakit dan temperamen yang baik.

Waktu Kawin

Waktu kawin / time of service sangat penting untuk memastikan proses pembuahan terjadi. Proses inseminasi atau perkawinan harus terjadi beberapa jam sebelum ovulasi, yaitu 2/3 dari perjalanan  birahi (36-44 jam setelah permulaan birahi). Waktu yang ‘tepat’ untuk membuahi ini bervariasi sehingga penting untuk menyesuaikan rutinitas inseminasi dengan karakteristik masing-masing peternakan dan indukan.

Peternak harus paham siklus estrus untuk berhasil. Hal yang bisa dilakukan adalah ikut pelatihan khusus dalam pembibitan babi dan inseminasi buatan (IB), sehingga kita terbiasa dengan siklus birahi babi dan memahami apa yang terjadi, kapan, dan apa tanda-tandanya. Kemudian, atur dan catat waktu tindakan sesuai dengan siklus perkembangbiakan babi.

Sebagai pedoman manajemen reproduksi, mengidentifikasi awal estrus secara akurat adalah satu-satunya hal terpenting yang harus dilakukan dengan benar saat menjadwalkan waktu terbaik untuk inseminasi/kawin. Jika proses IB terlambat atau terlalu cepat dapat berakibat jumlah anakan sedikit dan angka kelahiran rendah. Oleh karena itu, lakukan deteksi estrus 2x sehari untuk data yang lebih akurat dan penentuan waktu inseminasi terbaik. Babi estrus dapat menunjukkan berbagai sinyal, namun yang paling penting adalah “standing heat“. Kontak dengan pejantan dapat menjadi alternatif stimulasi yang efektif untuk membantu merangsang dan mengidentifikasi standing heat pada betina. Jangan pernah mengawinkan induk yang tidak menunjukkan birahi kuat.

Setelah kita mendapatkan signal dari betina, maka proses inseminasi idealnya dilakukan setidaknya 2x. Pembuahan biasanya dicapai dengan melakukan inseminasi 24 jam sebelum ovulasi, namun demikian hampir tidak mungkin kita mengetahui secara pasti kapan ovulasi akan terjadi, sehingga periode optimal ini sebaiknya kita lakukan 2-3x IB untuk memaksimalkan keberhasilan.

Variasi waktu estrus induk setelah sapih bisa terjadi, walaupun sebagian besar induk babi yang disapih pada hari yang sama akan tersinkronisasi dengan cukup baik. Induk dengan interval sapih – estrus yang pendek (< 5 hari) dikaitkan dengan periode estrus yang lebih lama (3 hari) dan proses ovulasi yang lebih lambat sehingga kita harus meyesuaikan pengaturan waktu untuk inseminasi. Sedangkan induk dengan interval sapih – estrus estrus yang lama (> 5 hari) dikaitkan dengan periode estrus yang lebih pendek (2 hari) dan proses ovulasi yang lebih awal, sehingga kita juga harus menyesuaikan pengaturan waktu untuk inseminasi.

Recording 

Hal penting lainnya yang harus kita lakukan agar performa reproduksi maksimal adalah catatan. Recording ini akan membantu dalam deteksi tanda-tanda estrus secara akurat dan menjadwalkan inseminasi pada waktu yang optimal sehingga alur produksi tetap stabil.

Pastikan kita melakukan pencatatan informasi setiap induk berupa nomor tag (penyapihan –  interval birahi), tanggal dan waktu siklus (proestrus, durasi birahi, standing heat pertama, waktu  inseminasi), tanggal estimasi kembali estrus dan aktual yang terjadi.  Hal detail yang perlu kita cermati juga adalah jumlah hari antara penyapihan dan birahi, variasi jumlah hari antara  penyapihan dan estrus dan durasi estrus, kejadian kawin berulang / estrus kembali, hari  penyapihan, sapih ke interval kawin kawanan. Kita bisa menyepakati penandaan dengan spidol berwarna sehingga pencatatan lebih jelas dan memudahkan untuk mengetahui apa yang terjadi dengan masing-masing betina dan apa langkah selanjutnya.

Deteksi Estrus

Tidak semua tanda-tanda birahi ditunjukkan pada satu betina dan respons terhadap kontak pejantan juga dapat bervariasi. Oleh karena itu, mengetahui karakter babi di breeding kita akan membantu mengenali tanda-tanda dan mengambil tindakan yang tepat untuk mendeteksi timbulnya birahi secara akurat.

Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam proses deteksi estrus ini adalah selalu dekati kawanan dengan tenang dan hindari mengganggu perilaku normal mereka, berikan waktu untuk mengamati perilaku mereka yang sebenarnya, biarkan reaksi terhadap kehadiran kita reda, amati tanggapan terhadap kehadiran pejantan (langsung bereaksi atau delay beberapa menit, berdiri saja), sabar.

Untuk mempersiapkan proses kawin, maka deteksi estrus idealnya dilakukan 2x sehari dengan interval sekitar 7 jam. Sinyal pertama yang harus diperhatikan adalah periode proestrus yang terjadi tepat sebelum estrus dan berlangsung sekitar 1 hari. Jika kita mampu mengidentifikasi proestrus maka prediksi waktu standing heat dan inseminasi akan lebih akurat.

Tanda-tanda induk akan estrus yang harus kita cermati meliputi daerah belakang, aktifitas dan suara. Pemeriksaan pada vulva terlihat bengkak dan merah (lebih menonjol pada gilt daripada indukan), cairan encer dari vulva, klitoris rata berwarna merah muda pucat dan lebih menonjol. Induk cinderung gelisah, memanjat-manjat gerbang/dinding, menaiki betina lain, tertarik dengan kehadiran pejantan. Induk juga akan mengeluarkan suara rengekan bernada tinggi.

Tanda-tanda standing heat adalah induk akan diam saat kita naiki atau tekan punggungnya. kemampuan mendeteksi standing heat pertama adalah krusial karena mempengarungi tingkat keberhasilan IB. Masa birahi ini dapat berlangsung 1–3 hari dengan ovulasi sering terjadi pada akhir hari ke-2 masa subur. Berikut tanda-tanda yang harus kita cermati, yaitu bagian belakang – vulva tampak normal (bengkak dan kemerahan mereda), cairan lengket dari vulva, klitoris merah dan menonjol, ekor tegak sambil berdiri, bergerak ke atas dan ke bawah. Aktivitas – nafsu makan buruk, telinga tegang, berdiri dengan punggung melengkung, mata berkaca-kaca, gemetar, tertarik pada orang sekitar, mencari kontak pejantan, berdiri kaku jika ditunggangi. Suara – vokal dengan geraman berulang atau panjang.

Gambar diatas adalah ilustrasi indikator terbaik estrus, yaitu uji refleks standing heat. Lakukan pemeriksaan 2x sehari jika memungkinkan dengan interval 7 jam. Berikan tekanan pada punggung dan panggul babi betina bersamaan dengan kehadiran pejantan. Betina yang reseptif akan berdiri kaku dan telinga sering menegang sebagai tanda siap untuk kawin.

Stimulasi Pejantan

Feromon yang yang dihasilkan oleh pejantan  yang aktif adalah cara paling ampuh dan efektif untuk merangsang refleks berdiri / standing heat pada betina. Pejantan ini digunakan untuk deteksi estrus, tetapi mereka tidak boleh ditempatkan bersama kelompok babi betina yang sudah  menunggu proses IB. Saat stimulasi pejantan dilakukan, selalu pastikan ada karyawan kita yang mengawasi. Betina yang berahi biasanya akan bergerak maju dan melakukan refleks berdiri saat pejantan bergerak di depan mereka.

Untuk mengoptimalkan proses deteksi estrus ini, kita bisa menggunakan kandang khusus yang di desain untuk memudahkan pengamatan dan kontak fisik dengan pejantan. Pemeriksaan ini bisa melibatkan kelompok kecil saja (2 betina sekaligus), dimana kita melakukan tekanan di punggung secara bersamaan dengan kontak pejantan. Tandai dan singkirkan betina yang terdeteksi sedang berahi sehingga pejantan dapat berkonsentrasi merangsang birahi betina lainnya.

Hal lain yang perlu kita perhatikan adalah hindari kontak betina ke pejantan untuk waktu yang lama. Selain itu, pastikan kita juga memililki beberapa pejantan untuk dirotasi dalam proses stimulasi estrus ini sehingga betina tidak bosan.

Bagaimana perlakuan terhadap indukan pasca sapih? Untuk kontak pejantan kita bisa lakukan 10–15 menit/hari selama 3 hari pertama setelah penyapihan. Sangat penting untuk menghilangkan kontak pejantan 24 jam sebelum dimulainya birahi, dimana hal ini akan meningkatkan respons babi sejak hari ke-4 setelah sapih. Tandai dan catat induk babi yang terdeteksi berahi untuk membantu atur waktu inseminasi.

Walaupun kita sudah melakukan deteksi estrus dan IB sesuai aturan, masih ada kemungkinan bahwa proses pembuahan tidak berhasil dan babi akan menunjukkan gejala estrus kembali. Kita harus melakukan pemeriksaan dalam 18-24 hari setelah proses IB/kawin untuk mengetahui apakah pembuahan terjadi atau tidak. Proses identifikasi betina yang kembali berahi ini penting untuk melakukan evalusi lebih lanjut tentang masalah yang terjadi sebelum kita lakukan penjadwalan ulang waktu kawin.

Hal-hal yang harus dilakukan setelah proses inseminasi/kawin adalah dengan memperhatikan aktivitas induk (gelisah), ada tidak betina yang menunggangi betina lain, berikan dan amati stimulasi pejantan selama 10–15 menit/hari, lalu tandai dan catat setiap kegagalan pembuahan.

Skip a Heat

Skip-a-heat adalah praktek yang paling banyak digunakan pada induk babi yang baru melahirkan 1x (parity 1/P1), untuk menghindari penurunan kinerja reproduksi pada kebuntingan ke selanjutnya.  Melewatkan fase estrus tentu akan meningkatkan jumlah hari non-produktif, tetapi ada beberapa bukti yang dilaporkan terkait peningkatan kinerja reproduksi dan umur panjang induk.

Skip-a-heat juga dapat digunakan untuk induk babi yang lebih tua yang baru selesai melahirkan dimana kondisi BCS nya buruk (<2.5). Kehilangan banyak massa protein dan lemak selama menyusui ini, idealnya kita memberikan waktu ekstra bagi babi untuk memperbaiki kondisi tubuh sebelum siklus berikutnya.

Bagaimana cara kerja skip-a-heat? Kita membutuhkan rekording yang baik untuk menerapkan hal  ini. Nilai kinerja induk babi P1 dan kinerjanya anakan kedua, apakah ada penurunan tingkat konsepsi dan jumlah kelahiran? Pantau BCS induk P1 yang memasuki fase melahirkan dan selama periode laktasi. Catat skor BCS beberapa hari sebelum penyapihan dan putuskan apakah ada babi betina yang bisa diterapkan skip-a-heat, pastikan akomodasi masa kering tambahan selama 21 hari tersedia. Secara praktis, lebih baik mempertahankan jumlah induk babi yang sama setiap minggu/batch untuk dikawinkan 3 minggu kemudian.

Pada gilt, skip-a-heat telah ditemukan mampu meningkatkan perkembangan folikel, tingkat ovulasi dan kelangsungan hidup embrio (2,3 ekstra embrio dibandingkan dengan tidak melewatkan heat) pada hari ke-30 masa kebuntingan. Penelitian dan data menunjukkan bahwa ada tambahan 1-2 anak babi akan dihasilkan pada kelahiran berikutnya setelah aplikasi strategi ini. Baca Juga : Management calon Induk Babi

Dampak Panas pada Produksi Babi

Ada efek musiman pada produksi. Sepanjang periode laktasi, produksi susu akan meningkat dan panas yang dihasilkan induk babi juga meningkat. Oleh karena itu, kerentanan terhadap tekanan panas paling besar terjadi sebelum penyapihan. Pada suhu yang lebih hangat, induk babi dapat mengurangi asupan pakannya sehingga untuk memenuhi kebutuhan metabolisme laktasinya, induk kemudian akan memobilisasi cadangan tubuhnya sendiri. Hal ini mengakibatkan penurunan kondisi tubuh dan kemungkinan efek buruk pada perkembangan folikel ovarium.

Defisit nutrisi ini dikaitkan dengan penurunan produksi hormon luteinising (LH) yang mengakibatkan siklus estrus tertunda, serta penurunan angka konsepsi dan tingkat kelahiran. Pada kondisi ini, induk babi akan mengarahkan aliran darahnya ke kulit dan jaringan susu, dan menjauh dari ovarium. Oleh karena itu, kualitas telur dan kesiapan rahim mereka untuk proses kebuntingan akan terganggu. Berbeda dengan calon induk/gilt, kondisi suhu yang lebih hangat tidak terlalu berpengaruh. Hal ini mungkin karena mereka tidak memiliki kebutuhan metabolisme laktasi yang meningkat sebelum kawin.

Hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir dampak cuaca panas adalah dengan memantau asupan pakan babi yang padat energi, sediakan kubangan atau alat penyiram, atur ventilasi dan penambahan kipas, sistem pencatatan yang detail untuk memudahkan evaluasi, dan faktor genetik (teknologi freeze-thaw untuk semen) untuk mengimbangi produksi turun di musim panas.

Inseminasi Buatan (IB)

Dalam proses ini, kita harus merencanakan akses, ruang dan pintu keluar dari fasilitas untuk mengurangi stres gilt dan indukan serta memaksimalkan kontak pejantan. Pastikan bahwa ada proses yang terencana dengan baik untuk penyimpanan dan penanganan semen di lokasi peternakan dan lakukan pelatihan staf secara teratur, tinjau cara menghitung waktu kawin secara efektif, identifikasi induk babi dan babi estrus dan teknik AI. Selain itu, efektivitas intervensi dan strategi manajemen juga harus tetap dievaluasi, seperti pemilihan induk/calon induk, sinkronisasi birahi, dan recording yang efektif.

Inseminasi buatan adalah penyisipan dan pengiriman semen ke dalam saluran reproduksi babi betina. Metode IB yang paling umum melibatkan pengiriman semen ke serviks (trans-cervical AI), dimana perusahaan pengembangbiakan telah mengembangkan kateter dan teknik untuk menyimpan semen lebih jauh ke dalam sistem reproduksi.

IB post-cervic memungkinkan pengurangan spermatozoa dalam air mani menjadi 1/3 dari yang diperlukan untuk teknik IB standar, sedangkan IB Deep-intrauterine memungkinkan pengurangan spermatozoa 5-20 x lebih sedikit dari IB standar. Setiap perubahan dalam teknik IB harus dilakukan di bawah arahan dari perusahaan genetika yang memasok dosis semen. Pastikan staf IB di kandang mendapatkan pelatihan yang baik, karena 70% kinerja reproduksi tergantung pada kecakapan operator IB. Selain itu, fasilitas yang diperlukan dalam koleksi semen adalah prosedur operasi standar yang baik, termasuk kebersihan, evaluasi dan pengolahan air mani.

Demikian pembahasan kita terkait pentingnya performa breeding yang baik untuk menunjang usaha peternakan babi kita. Semoga bermanfaat!

Referensi :

  1. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/breeding-performance-in-pigs
  2. https://www.ontario.ca/page/determining-size-finisher-pigs-replacement-gilts-and-sows
  3. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/body-condition-scoring-sows
  4. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/sow-culling
  5. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/timing-of-service-in-sows
  6. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/pig-breeding-and-record-keeping
  7. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/heat-detection-in-pigs
  8. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/using-boars-for-heat-detection-in-sows
  9. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/when-to-skip-a-heat-in-sows-and-gilts
  10. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/weather-seasons-and-pig-breeding
  11. https://ahdb.org.uk/knowledge-library/artificial-insemination-ai-of-pigs
error: Content is protected !!