Performa reproduksi merupakan faktor penting untuk unit babi yang sukses. Pada artikel kali ini, kita akan melanjutkan pembahasan mengenai managemen breeding yang tentunya merupakan kunci dari usaha peternakan babi. Kita akan belajar bersama mengenai body condition score (BCS), waktu kawin/servis, dan inseminasi buatan.
Kembali ke pertanyaan kita, “mengapa performa breeding itu penting?” Untuk menjalankan usaha peternakan yang berkelanjutan, maka breeding harus bisa konsisten menghasilkan anakan dan meminimalkan gangguan yang berpotensi menimbulkan kerugian. Intervensi tidak jarang dilakukan di peternakan modern untuk memastikan pig flow management berjalan dengan baik. Hal ini tentunya berhubungan dengan efektifitas farm yang berkorelasi terhadap biaya produksi. Usaha peternakan yang baik tentunya akan menekan biaya produksi seminimal mungkin agar dapat memaksimalkan keuntungan saat penjualan.
Dengan kita mengetahui bagaimana kinerja breeding farm, maka kita lebih mudah dalam mengidentifikasi apakah program yang sedang dijalankan berjalan dengan baik atau masih perlu ada perbaikan. Berikut hal-hal penting yang harus kita perhatikan agar performa kandang breeding kita lebih optimal :
Body Condition Score (BCS)
Mempertahankan kondisi optimal sepanjang masa hidup induk dengan fluktuasi minimal akan membantu kita dalam mendukung kinerja reproduksi, mempertahankan efisiensi produksi, membantu pertimbangan keputusan culling/replacement, dan memperbaiki angka kematian.
Penting untuk secara akurat mengevaluasi kondisi tubuh induk babi dan memastikan nutrisi yang tepat diberikan kepada setiap induk babi dalam proses pemeliharaan, pertumbuhan, reproduksi dan laktasi agar menghasilkan performa reproduksi terbaik.
Diatas adalah gambaran skore 1-5 yang harus kita perhatikan. Kondisi tubuh dapat dievaluasi dengan menggunakan tekanan jari dan tangan pada berbagai bagian babi dimana lemak umumnya disimpan. Daerah ini termasuk tulang rusuk, tulang belakang dan tulang pinggul. Penting untuk mengevaluasi ketiga area ini saat penilaian kondisi tubuh, karena semua hewan menyimpan lemak secara berbeda. Berkonsultasilah dengan nutrisionis dan dokter hewan untuk menetapkan skor target ternak sesuai dengan formulasi pakan, genetik, dan strategi pengelolaannya.
Kondisi tubuh induk babi akan berfluktuasi mengikuti siklus reproduksinya. Karena itu, penting untuk mendapatkan data BCS selama setiap siklus reproduksi. BCS Caliper adalah alat yang dikembangkan oleh Dr. Mark Knauer dari North Carolina State University. Alat ini meminimalkan aspek subjektif dari penilaian visual karena mampu menghitung sudut kemiringan garis atas babi dan menggunakan derajat sudut untuk menentukan kondisi tubuh babi (sudut sempit = terlalu tipis, sudut lebar = terlalu gemuk).
Induk harus memasuki farrowing dengan skor kondisi tubuh 3–3,5 dan menyelesaikan laktasi empat minggu dengan skor minimum 3–2,5. Induk yang telah kehilangan kondisi tubuh selama menyusui harus ditempatkan pada pola makan yang akan mengembalikannya ke kondisi skor tubuh 3 pada minggu ke lima masa kehamilan.
Dampak negatif jika induk terlalu kurus adalah siklus estrus terganggu, resiko gagal bunting dan pertumbuhan janin yang tidak optimal, serta tingkat konsumsi pakan rendah sehingga proses laktasi juga terganggu. Sedangkan resiko jika induk terlalu gemuk adalah masalah kaki saat melahirkan, menghasilkan anakan sedikit, memiliki asupan pakan yang rendah selama menyusui sehingga berat sapih anak rendah.
Culling Sow
Kebijakan culling atau pemusnahan induk yang sudah tidak produktif harus dilakukan dengan perhitungan yang tepat agar aliran produksi kandang tetap stabil. Induk umumnya akan dikeluarkan dari kawanan karena beberapa alasan, yaitu terencana dan terpaksa. Mengapa ini penting, karena setiap hari kita menanggung biaya produksi yang tidak sedikit.
Culling terencana artinya dilakukan saat sudah sesuai dengan target jumlah kelahiran / parity yang kita tetapkan. Hal ini berkenaan sdengan kondisi induk babi tua yang memiliki kinerja kurang optimal, seperti distokia/kesulitan dalam proses melahirkan, jumlah anakan sedikit, kemampuan laktasi turun/jumlah air susu sedikit, perilaku induk yang buruk atau induk sudah mengalami penurunan produktivitas dibandingkan dengan rata-rata ternak. Sedangkan culling terpaksa dilakukan ketika kondisi anoestrus berkepanjangan, gagal bunting 2x berturut-turut, abortus, lameness/ketimpangan, dan gangguan penyakit. Baca juga : Gangguan reproduksi pada peternakan Babi
Cara yang baik untuk menghindari culling terpaksa/tidak disengaja adalah memastikan pemilihan gilt atau calon indukan yang optimal. BCS yang baik menjadi hal yang harus diperhatikan, yaitu dengan maksimalkan asupan pakan selama menyusui sehingga membantu mengurangi penurunan berat badan, pemberian pakan secara individual saat bunting dan setelah melahirkan atau pemberian pakan kolektif setelah dilakukan pengelompokan induk untuk mencapai BCS yang diharapkan. Selain itu, pastikan lantai tidak licin untuk menghindari cedera pinggul dan kaki yang juga beresiko terhadap culling terpaksa.
Saat induk sudah selesai sapih, sebelum kita programkan untuk kawin sebaiknya dilakukan pemeriksaan kesehatan secara keseluruhan. Kita sebaiknya memeriksa ada tidaknya luka bahu atau cedera lainnya, BCS di skor 3, konformasi yang baik dari indikasi gaya berjalan dan kaki tidak pincang, cek setidaknya ada 12 puting yang berfungsi baik, bebas penyakit dan temperamen yang baik.
Waktu Kawin
Waktu kawin / time of service sangat penting untuk memastikan proses pembuahan terjadi. Proses inseminasi atau perkawinan harus terjadi beberapa jam sebelum ovulasi, yaitu 2/3 dari perjalanan birahi (36-44 jam setelah permulaan birahi). Waktu yang ‘tepat’ untuk membuahi ini bervariasi sehingga penting untuk menyesuaikan rutinitas inseminasi dengan karakteristik masing-masing peternakan dan indukan.
Peternak harus paham siklus estrus untuk berhasil. Hal yang bisa dilakukan adalah ikut pelatihan khusus dalam pembibitan babi dan inseminasi buatan (IB), sehingga kita terbiasa dengan siklus birahi babi dan memahami apa yang terjadi, kapan, dan apa tanda-tandanya. Kemudian, atur dan catat waktu tindakan sesuai dengan siklus perkembangbiakan babi.
Sebagai pedoman manajemen reproduksi, mengidentifikasi awal estrus secara akurat adalah satu-satunya hal terpenting yang harus dilakukan dengan benar saat menjadwalkan waktu terbaik untuk inseminasi/kawin. Jika proses IB terlambat atau terlalu cepat dapat berakibat jumlah anakan sedikit dan angka kelahiran rendah. Oleh karena itu, lakukan deteksi estrus 2x sehari untuk data yang lebih akurat dan penentuan waktu inseminasi terbaik. Babi estrus dapat menunjukkan berbagai sinyal, namun yang paling penting adalah “standing heat“. Kontak dengan pejantan dapat menjadi alternatif stimulasi yang efektif untuk membantu merangsang dan mengidentifikasi standing heat pada betina. Jangan pernah mengawinkan induk yang tidak menunjukkan birahi kuat.
Setelah kita mendapatkan signal dari betina, maka proses inseminasi idealnya dilakukan setidaknya 2x. Pembuahan biasanya dicapai dengan melakukan inseminasi 24 jam sebelum ovulasi, namun demikian hampir tidak mungkin kita mengetahui secara pasti kapan ovulasi akan terjadi, sehingga periode optimal ini sebaiknya kita lakukan 2-3x IB untuk memaksimalkan keberhasilan.
Variasi waktu estrus induk setelah sapih bisa terjadi, walaupun sebagian besar induk babi yang disapih pada hari yang sama akan tersinkronisasi dengan cukup baik. Induk dengan interval sapih – estrus yang pendek (< 5 hari) dikaitkan dengan periode estrus yang lebih lama (3 hari) dan proses ovulasi yang lebih lambat sehingga kita harus meyesuaikan pengaturan waktu untuk inseminasi. Sedangkan induk dengan interval sapih – estrus estrus yang lama (> 5 hari) dikaitkan dengan periode estrus yang lebih pendek (2 hari) dan proses ovulasi yang lebih awal, sehingga kita juga harus menyesuaikan pengaturan waktu untuk inseminasi.
Recording
Hal penting lainnya yang harus kita lakukan agar performa reproduksi maksimal adalah catatan. Recording ini akan membantu dalam deteksi tanda-tanda estrus secara akurat dan menjadwalkan inseminasi pada waktu yang optimal sehingga alur produksi tetap stabil.
Pastikan kita melakukan pencatatan informasi setiap induk berupa nomor tag (penyapihan – interval birahi), tanggal dan waktu siklus (proestrus, durasi birahi, standing heat pertama, waktu inseminasi), tanggal estimasi kembali estrus dan aktual yang terjadi. Hal detail yang perlu kita cermati juga adalah jumlah hari antara penyapihan dan birahi, variasi jumlah hari antara penyapihan dan estrus dan durasi estrus, kejadian kawin berulang / estrus kembali, hari penyapihan, sapih ke interval kawin kawanan. Kita bisa menyepakati penandaan dengan spidol berwarna sehingga pencatatan lebih jelas dan memudahkan untuk mengetahui apa yang terjadi dengan masing-masing betina dan apa langkah selanjutnya.
Deteksi Estrus
Tidak semua tanda-tanda birahi ditunjukkan pada satu betina dan respons terhadap kontak pejantan juga dapat bervariasi. Oleh karena itu, mengetahui karakter babi di breeding kita akan membantu mengenali tanda-tanda dan mengambil tindakan yang tepat untuk mendeteksi timbulnya birahi secara akurat.
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam proses deteksi estrus ini adalah selalu dekati kawanan dengan tenang dan hindari mengganggu perilaku normal mereka, berikan waktu untuk mengamati perilaku mereka yang sebenarnya, biarkan reaksi terhadap kehadiran kita reda, amati tanggapan terhadap kehadiran pejantan (langsung bereaksi atau delay beberapa menit, berdiri saja), sabar.
Untuk mempersiapkan proses kawin, maka deteksi estrus idealnya dilakukan 2x sehari dengan interval sekitar 7 jam. Sinyal pertama yang harus diperhatikan adalah periode proestrus yang terjadi tepat sebelum estrus dan berlangsung sekitar 1 hari. Jika kita mampu mengidentifikasi proestrus maka prediksi waktu standing heat dan inseminasi akan lebih akurat.
Tanda-tanda induk akan estrus yang harus kita cermati meliputi daerah belakang, aktifitas dan suara. Pemeriksaan pada vulva terlihat bengkak dan merah (lebih menonjol pada gilt daripada indukan), cairan encer dari vulva, klitoris rata berwarna merah muda pucat dan lebih menonjol. Induk cinderung gelisah, memanjat-manjat gerbang/dinding, menaiki betina lain, tertarik dengan kehadiran pejantan. Induk juga akan mengeluarkan suara rengekan bernada tinggi.
Tanda-tanda standing heat adalah induk akan diam saat kita naiki atau tekan punggungnya. kemampuan mendeteksi standing heat pertama adalah krusial karena mempengarungi tingkat keberhasilan IB. Masa birahi ini dapat berlangsung 1–3 hari dengan ovulasi sering terjadi pada akhir hari ke-2 masa subur. Berikut tanda-tanda yang harus kita cermati, yaitu bagian belakang – vulva tampak normal (bengkak dan kemerahan mereda), cairan lengket dari vulva, klitoris merah dan menonjol, ekor tegak sambil berdiri, bergerak ke atas dan ke bawah. Aktivitas – nafsu makan buruk, telinga tegang, berdiri dengan punggung melengkung, mata berkaca-kaca, gemetar, tertarik pada orang sekitar, mencari kontak pejantan, berdiri kaku jika ditunggangi. Suara – vokal dengan geraman berulang atau panjang.
Gambar diatas adalah ilustrasi indikator terbaik estrus, yaitu uji refleks standing heat. Lakukan pemeriksaan 2x sehari jika memungkinkan dengan interval 7 jam. Berikan tekanan pada punggung dan panggul babi betina bersamaan dengan kehadiran pejantan. Betina yang reseptif akan berdiri kaku dan telinga sering menegang sebagai tanda siap untuk kawin.
Stimulasi Pejantan
Feromon yang yang dihasilkan oleh pejantan yang aktif adalah cara paling ampuh dan efektif untuk merangsang refleks berdiri / standing heat pada betina. Pejantan ini digunakan untuk deteksi estrus, tetapi mereka tidak boleh ditempatkan bersama kelompok babi betina yang sudah menunggu proses IB. Saat stimulasi pejantan dilakukan, selalu pastikan ada karyawan kita yang mengawasi. Betina yang berahi biasanya akan bergerak maju dan melakukan refleks berdiri saat pejantan bergerak di depan mereka.
Untuk mengoptimalkan proses deteksi estrus ini, kita bisa menggunakan kandang khusus yang di desain untuk memudahkan pengamatan dan kontak fisik dengan pejantan. Pemeriksaan ini bisa melibatkan kelompok kecil saja (2 betina sekaligus), dimana kita melakukan tekanan di punggung secara bersamaan dengan kontak pejantan. Tandai dan singkirkan betina yang terdeteksi sedang berahi sehingga pejantan dapat berkonsentrasi merangsang birahi betina lainnya.
Hal lain yang perlu kita perhatikan adalah hindari kontak betina ke pejantan untuk waktu yang lama. Selain itu, pastikan kita juga memililki beberapa pejantan untuk dirotasi dalam proses stimulasi estrus ini sehingga betina tidak bosan.
Bagaimana perlakuan terhadap indukan pasca sapih? Untuk kontak pejantan kita bisa lakukan 10–15 menit/hari selama 3 hari pertama setelah penyapihan. Sangat penting untuk menghilangkan kontak pejantan 24 jam sebelum dimulainya birahi, dimana hal ini akan meningkatkan respons babi sejak hari ke-4 setelah sapih. Tandai dan catat induk babi yang terdeteksi berahi untuk membantu atur waktu inseminasi.
Walaupun kita sudah melakukan deteksi estrus dan IB sesuai aturan, masih ada kemungkinan bahwa proses pembuahan tidak berhasil dan babi akan menunjukkan gejala estrus kembali. Kita harus melakukan pemeriksaan dalam 18-24 hari setelah proses IB/kawin untuk mengetahui apakah pembuahan terjadi atau tidak. Proses identifikasi betina yang kembali berahi ini penting untuk melakukan evalusi lebih lanjut tentang masalah yang terjadi sebelum kita lakukan penjadwalan ulang waktu kawin.
Hal-hal yang harus dilakukan setelah proses inseminasi/kawin adalah dengan memperhatikan aktivitas induk (gelisah), ada tidak betina yang menunggangi betina lain, berikan dan amati stimulasi pejantan selama 10–15 menit/hari, lalu tandai dan catat setiap kegagalan pembuahan.
Skip a Heat
Skip-a-heat adalah praktek yang paling banyak digunakan pada induk babi yang baru melahirkan 1x (parity 1/P1), untuk menghindari penurunan kinerja reproduksi pada kebuntingan ke selanjutnya. Melewatkan fase estrus tentu akan meningkatkan jumlah hari non-produktif, tetapi ada beberapa bukti yang dilaporkan terkait peningkatan kinerja reproduksi dan umur panjang induk.
Skip-a-heat juga dapat digunakan untuk induk babi yang lebih tua yang baru selesai melahirkan dimana kondisi BCS nya buruk (<2.5). Kehilangan banyak massa protein dan lemak selama menyusui ini, idealnya kita memberikan waktu ekstra bagi babi untuk memperbaiki kondisi tubuh sebelum siklus berikutnya.
Bagaimana cara kerja skip-a-heat? Kita membutuhkan rekording yang baik untuk menerapkan hal ini. Nilai kinerja induk babi P1 dan kinerjanya anakan kedua, apakah ada penurunan tingkat konsepsi dan jumlah kelahiran? Pantau BCS induk P1 yang memasuki fase melahirkan dan selama periode laktasi. Catat skor BCS beberapa hari sebelum penyapihan dan putuskan apakah ada babi betina yang bisa diterapkan skip-a-heat, pastikan akomodasi masa kering tambahan selama 21 hari tersedia. Secara praktis, lebih baik mempertahankan jumlah induk babi yang sama setiap minggu/batch untuk dikawinkan 3 minggu kemudian.
Pada gilt, skip-a-heat telah ditemukan mampu meningkatkan perkembangan folikel, tingkat ovulasi dan kelangsungan hidup embrio (2,3 ekstra embrio dibandingkan dengan tidak melewatkan heat) pada hari ke-30 masa kebuntingan. Penelitian dan data menunjukkan bahwa ada tambahan 1-2 anak babi akan dihasilkan pada kelahiran berikutnya setelah aplikasi strategi ini. Baca Juga : Management calon Induk Babi
Dampak Panas pada Produksi Babi
Ada efek musiman pada produksi. Sepanjang periode laktasi, produksi susu akan meningkat dan panas yang dihasilkan induk babi juga meningkat. Oleh karena itu, kerentanan terhadap tekanan panas paling besar terjadi sebelum penyapihan. Pada suhu yang lebih hangat, induk babi dapat mengurangi asupan pakannya sehingga untuk memenuhi kebutuhan metabolisme laktasinya, induk kemudian akan memobilisasi cadangan tubuhnya sendiri. Hal ini mengakibatkan penurunan kondisi tubuh dan kemungkinan efek buruk pada perkembangan folikel ovarium.
Defisit nutrisi ini dikaitkan dengan penurunan produksi hormon luteinising (LH) yang mengakibatkan siklus estrus tertunda, serta penurunan angka konsepsi dan tingkat kelahiran. Pada kondisi ini, induk babi akan mengarahkan aliran darahnya ke kulit dan jaringan susu, dan menjauh dari ovarium. Oleh karena itu, kualitas telur dan kesiapan rahim mereka untuk proses kebuntingan akan terganggu. Berbeda dengan calon induk/gilt, kondisi suhu yang lebih hangat tidak terlalu berpengaruh. Hal ini mungkin karena mereka tidak memiliki kebutuhan metabolisme laktasi yang meningkat sebelum kawin.
Hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir dampak cuaca panas adalah dengan memantau asupan pakan babi yang padat energi, sediakan kubangan atau alat penyiram, atur ventilasi dan penambahan kipas, sistem pencatatan yang detail untuk memudahkan evaluasi, dan faktor genetik (teknologi freeze-thaw untuk semen) untuk mengimbangi produksi turun di musim panas.
Inseminasi Buatan (IB)
Dalam proses ini, kita harus merencanakan akses, ruang dan pintu keluar dari fasilitas untuk mengurangi stres gilt dan indukan serta memaksimalkan kontak pejantan. Pastikan bahwa ada proses yang terencana dengan baik untuk penyimpanan dan penanganan semen di lokasi peternakan dan lakukan pelatihan staf secara teratur, tinjau cara menghitung waktu kawin secara efektif, identifikasi induk babi dan babi estrus dan teknik AI. Selain itu, efektivitas intervensi dan strategi manajemen juga harus tetap dievaluasi, seperti pemilihan induk/calon induk, sinkronisasi birahi, dan recording yang efektif.
Inseminasi buatan adalah penyisipan dan pengiriman semen ke dalam saluran reproduksi babi betina. Metode IB yang paling umum melibatkan pengiriman semen ke serviks (trans-cervical AI), dimana perusahaan pengembangbiakan telah mengembangkan kateter dan teknik untuk menyimpan semen lebih jauh ke dalam sistem reproduksi.
IB post-cervic memungkinkan pengurangan spermatozoa dalam air mani menjadi 1/3 dari yang diperlukan untuk teknik IB standar, sedangkan IB Deep-intrauterine memungkinkan pengurangan spermatozoa 5-20 x lebih sedikit dari IB standar. Setiap perubahan dalam teknik IB harus dilakukan di bawah arahan dari perusahaan genetika yang memasok dosis semen. Pastikan staf IB di kandang mendapatkan pelatihan yang baik, karena 70% kinerja reproduksi tergantung pada kecakapan operator IB. Selain itu, fasilitas yang diperlukan dalam koleksi semen adalah prosedur operasi standar yang baik, termasuk kebersihan, evaluasi dan pengolahan air mani.
Demikian pembahasan kita terkait pentingnya performa breeding yang baik untuk menunjang usaha peternakan babi kita. Semoga bermanfaat!
Referensi :
- https://ahdb.org.uk/knowledge-library/breeding-performance-in-pigs
- https://www.ontario.ca/page/determining-size-finisher-pigs-replacement-gilts-and-sows
- https://ahdb.org.uk/knowledge-library/body-condition-scoring-sows
- https://ahdb.org.uk/knowledge-library/sow-culling
- https://ahdb.org.uk/knowledge-library/timing-of-service-in-sows
- https://ahdb.org.uk/knowledge-library/pig-breeding-and-record-keeping
- https://ahdb.org.uk/knowledge-library/heat-detection-in-pigs
- https://ahdb.org.uk/knowledge-library/using-boars-for-heat-detection-in-sows
- https://ahdb.org.uk/knowledge-library/when-to-skip-a-heat-in-sows-and-gilts
- https://ahdb.org.uk/knowledge-library/weather-seasons-and-pig-breeding
- https://ahdb.org.uk/knowledge-library/artificial-insemination-ai-of-pigs
1 Comments