Infectious Bursal Disease pada Peternakan Ayam

Infectious Bursal Disease pada Peternakan Ayam

Virus IBD adalah salah satu anggota Birnaviridae, genus Avibirnavirus. IBD juga dikenal dengan nama penyakit Gumboro, karena ditemukan pertama kali di Gumboro, Delaware, AS. IBD menyebabkan imunosupresif melalui infeksi limfosit B di bursa fabricius ayam dan menyebabkan infeksi sekunder dari patogen oportunistik yang memperburuk penyakit. Selain itu, kondisi imunosupresif ini juga bisa mengakibatkan respon kekebalan akibat pemberian vaksin menjadi tidak optimal sehingga meningkatkan resiko terjadinya kasus penyakit. Kerugian ekonomi juga signifikan karena angka morbiditas, mortalitas, efisiensi pakan yang buruk, pertumbuhan yang lebih lambat, bobot unggas yang tidak merata, waktu yang lebih lama untuk dipasarkan dan peningkatan resiko infeksi sekunder yang tinggi.

IBD biasanya terlihat pada unggas berumur 4-6 minggu. Rute infeksi biasanya oral, tetapi bisa melalui konjungtiva atau saluran pernapasan dengan masa inkubasi 2-3 hari dan sangat menular. Virus ini sangat resisten, bertahan lama dalam kandang dan feses. Infeksi subklinis pada anak ayam menyebabkan respons imun yang kurang terhadap penyakit Newcastle Disease, penyakit Marek dan IB. Selain itu kerentanan terhadap Inclusion Body Hepatitis (IBH), dermatitis dan kasus CRD juga biasanya meningkat. Baca juga : Klasifikasi Penyakit Unggas.

Gejala klinis IBD yang umumnya terlihat adalah depresi, nafsu makan turun, gemetar, bergerombol dan diare dengan diikuti asam urat berwarna putih. Jika kita lakukan bedah bangkai, lesi yang bisa diamati adalah edema bursa fabricius yang terkadang diikuti perdarahan perdarahan dan melanjut atrofi, perdarahan otot dada dan paha, dehidrasi dan ginjal membengkak dengan akumulasi asam urat. Jika unggas terkena IBD, penggunaan suplemen multivitamin, air gula dan parasetamol biasanya membantu. Pengobatan antibiotik dapat diindikasikan jika terjadi infeksi bakteri sekunder.

Untuk pencegahan, vaksinasi sudah umum dilakukan dengan keberhasilan tergantung tingkat keganasan virus dan posisioning program vaksin saat awal pemeliharaan. Vaksinasi adalah metode utama untuk mengendalikan penyakit IBD pada ayam pedaging komersial di seluruh dunia. Hambatan utama dalam proses vaksinasi adalah antibodi yang diturunkan dari induk (Maternal Antibodi/MAb). Baca juga : Program vaksin di Peternakan Ayam.

Vaksin IBD konvensional/generasi I adalah vaksin hidup dilemahkan mengandung strain virus klasik/varian dan vaksin mati tersedia secara komersial dan paling umum digunakan di seluruh dunia. Vaksin konvensional ini diklasifikasikan dalam bentuk IBD mild, intermediet (plus) dan hot strain dimana vaksin mild dan intermediet lebih aman daripada strain intermediet plus dan hot karena hanya menyebabkan kerusakan bursa fabricius yang ringan. Namun demikian, strain mild dan intermediet ini mudah dinetralkan oleh MAb yang tinggi. Sedangkan penggunaan strain intermediet plus dan hot mungkin masih bisa menembus level MAb yang tinggi namun juga disertai dengan kerusakan bursa fabricius yang parah. Hal ini beresiko mengingat bursa fabricius adalah organ pertahanan bagi anak ayam, jika ada patogen lain yang menyerang kemungkinan akan terjadi masalah. Dilematis bukan ?

Dengan kemajuan teknologi telah dikembangkan vaksin generasi selanjutnya dengan keunggulan mengatasi MAb. Munculnya strain varian baru IBD juga menjadi alasan lain para ahli mengembangkan strategi vaksinasi baru terhadap IBD ini, agar keberhasilan vaksinasi lebih terjamin. Vaksin Immune-complex merupakan kombinasi strain intermediet plus yang dilemahkan dengan antibodi spesifik terhadap IBD. Bila dibandingkan dengan vaksin generasi I, vaksin ini mempunyai beberapa keuntungan dimana level dan variasi titer MAB IBD anak ayam tidak lagi menjadi tantangan dalam penentuan waktu vaksinasi yang tepat, peternak tidak perlu melakukan pemeriksaan titer MAb IBD sebelum vaksinasi dilaksanakan. Karena vaksin IBD immune complex menggunakan virus vaksin live intermediate plus, replikasi virus vaksin IBD di bursa fabrisius masih meninggalkan resiko kerusakan yang mengarah pada kondisi immunosupresi juga tidak maksimalnya respon imun pada vaksin yang lain.

Vaksin IBD generasi terbaru adalah vektor vaksin IBD dengan menggunakan turkey herpes virus (HVT) sebagai vektor untuk protein virus IBD (VP2 gen). Gen VP2 dari virus IBD adalah gen yang bersifat immunogenik atau gen yang merangsang timbulnya respon imun. Metode ini menciptakan vaksin yang baru yaitu vaksin Marek disease yang telah disisipi oleh gen virus IBD. Keunggulan vektor vaksin ini adalah VP2 tidak akan dikenali MAb karena hanya struktur proteinnya saja yang digunakan sehingga bisa segera bekerja untuk membentuk respon kekebalan tanpa merusak bursa fabricius.

Vaksin imun komplex dan vektor vaksin biasanya diaplikasikan di hatchery sehingga juga meringankan beban peternak di kandang. Jika kita membandingkan kinerja jenis vaksin yang ada dan faktor interferensi MAb maka vektor vaksin adalah pilihan yang paling baik, diikuti vaksin imun komplex dan konvensional (atau kombinasi dengan vaksin kill). Parameter yang bisa diamati adalah angka kematian, konversi pakan/FCR, indeks bursa dan limpa, skor lesi bursa dan hasil uji serologis.

Jadi, anda sudah menggunakan vaksin IBD yang mana?

Referensi :

  1. https://www.sciencedirect.com/topics/immunology-and-microbiology/infectious-bursal-disease-virus
  2. https://www.thepoultrysite.com/disease-guide/infectious-bursal-disease-ibd-gumboro
  3. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22707044/
  4. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6466201/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!