Perkembangan African Swine Fever Terkini

Perkembangan African Swine Fever Terkini

Sudah hampir 4 tahun peternakan babi di dunia mengalami cekaman penyakit African Swine Fever (ASF). Di Asia, saat ini situasinya juga masih belum membaik. Thailand dan Malaysia pada akhirnya juga mengalami masalah yang sama setelah mereka mampu bertahan sekian lamanya. Risiko utama penyebaran ASF adalah tindakan biosekuriti yang tidak memadai dan perilaku manusia. Mengingat relatif sulitnya mencapai kondisi ideal dalam pelaksanaan biosekuriti dan terutama kontrol perilaku manusia, maka kebutuhan vaksin yang aman dan efektif tampaknya menjadi tuntutan yang masuk akal untuk pencegahan dan pengendalian ASF.

Virus ASF menyebabkan penyakit hemoragik/perdarahan akut pada babi domestik dengan kematian mendekati 100% dan merupakan ancaman penyakit baru yang paling signifikan pada babi saat ini di dunia. Wabah ASF yang menghancurkan usaha peternakan babi dan epidemi yang berkelanjutan di Kaukasus region dan Rusia (2007 – sampai saat ini) juga menjadikan alasan pentingnya ancaman penyakit ini. Baca juga : Proses Eradikasi ASF di masa lalu

Tidak adanya vaksin ASF yang aman dan efektif sampai saat ini menjadikan proses  depopulasi/stamping out ternak menjadi pilihan terbaik dalam upaya pengendalian penyakit yang efektif sampai saat ini. Sejauh ini, perkembangan dalam penelitian vaksinasi terhadap ASF ini sangat dimungkinkan karena perlindungan terhadap infeksi dengan strain homolog virus ASF telah menunjukkan hasil yang jelas. Namun demikian, pengembangan vaksin ASF ini sedikit terhambat oleh adanya kesenjangan besar dalam pengetahuan tentang proses infeksi virus ASF dan mekanisme kekebalan itu sendiri, serta tingkat variasi strain ASF di alam serta identifikasi protein virus (antigen protektif) yang bertanggung jawab untuk menginduksi respon imun yang mampu menimbulkan kekebalan pada babi.

https://www.fao.org/ag/againfo/programmes/en/empres/ASF/situation_update.html

Melihat peta kasus ASF yang dikeluarkan oleh FAO terupdate (periode laporan 20 januari – 2 Februari 2022), kita bisa melihat bahwa kondisi Thailand saat ini cukup mengkhawatirkan. Philipina, Vietnam dan Malaysia juga masih mengalami masalah yang sama.

Bagaimana dengan Indonesia? Berdasarkan update FAO ini, sejak Kementerian Pertanian melaporkan wabah pertama di Sumatra Utara tahun 2019 sampai Desember 2021 lalu, data resmi kasus ASF terkonfirmasi terjadi di 10 dari 34 provinsi. Ditjen PKH (peternakan dan kesehatan hewan Deptan) terakhir juga mengkonfirmasi kejadian di 6 kabupaten dan 1 kota di Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan info dari media, kita juga mendapatkan informasi bahwa babi itu berasal dari 2 desa di Kecamatan Awang, Kabupaten Barito Timur. Selain itu, Provinsi Kalimantan Tengah dinyatakan positif ASF serta ada dugaan kasus juga di Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur. Media juga melaporkan bahwa bangkai babi hutan dinyatakan positif ASF di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, banyak babi mati di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, ASF telah terdeteksi pada babi di Kepulauan Riau di Kota Batam serta di Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.

Perkembangan vaksin ASF.

Sampai saat artikel ini dibagikan, tidak ada vaksin komersial berlisensi untuk penanggulangan kasus ASF di dunia. Namun demikian, para ahli mengatakan bahwa ada kemajuan yang baik dalam proses development vaksin ini. Paul Sundberg (Swine Health Information Center Executive Director) pernah menyatakan bahwa ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan terkait proses pembuatan vaksin ASF ini.  Estimasi mungkin dalam waktu 3 tahun, para ahli akan mampu untuk mengamankan vaksin ASF yang aman dan efektif. Prototipe vaksin saat ini sedang diuji di lapangan sekarang.

Mengapa Vaksin ASF sangat sulit dikembangkan? Ini adalah pertanyaan yang mungkin sampai saat ini menjadi tanda tanya besar bagi para pelaku usaha peternakan babi di dunia. Dokter hewan Patrick Webb (acting chief veterinarian for the National Pork Board) menjelaskan bahwa, ASF ini ini adalah virus DNA yang besar. Pertama, para ahli harus mencari tahu protein mana yang harus dipilih yang akhirnya mampu memberikan kekebalan yang dibutuhkan. Selain waktu, dana yang besar juga diperlukan dalam penelitian ini.

Di Eropa, proyek pengembangan vaksin saat ini sudah memperoleh beberapa kandidat yang menjanjikan. USDA juga memiliki platform untuk melakukan uji coba lapangan dan ada beberapa kandidat lain yang sedang memasuki tahap penyelesaian pengembangan atau sedang dalam tahap evaluasi. Namun demikian, proses ini masih memerlukan waktu yang relatif panjang untuk memastikan efikasi dan keamanannya. Saat ini, biosekuriti masih menjadi strategi yang terbaik untuk mencegah virus ASF menghancurkan usaha peternakan babi kita. Baca juga : Biosekuriti di Era new Normal.

Berikut adalah perkembangan hasil penelitian terkait vaksin ASF saat ini yang telah dicapai dalam penelitian, yaitu peneliti USDA telah berhasil mengidentifikasi cell line  yang dapat digunakan untuk produksi vaksin ASF di masa depan. Pada penelitian sebelumnya, beberapa babi yang divaksinasi menjadi sensitif/peka dan menunjukkan reaksi alergi ketika mereka bersentuhan dengan virus lapangan, dan kemudian akan mati lebih cepat dibandingkan kelompok yang tidak divaksinasi. Oleh karena itu, saat ini kandidat vaksin ASF lebih  memanfaatkan teknologi pengeditan/manipulasi gen yang berfokus pada protein spesifik untuk dapat memberikan kekebalan. Para ahli berfokus pada mencari tahu dari mana membuat vaksin dari bagian virus DNA yang besar ini. Mereka sedang berusaha untuk mengembangan vaksin ASF yang aman dan efektif, yang mampu mengendalikan virus lapangan.

Pendekatan vaksin ASF yang saat ini dilakukan antara lain adalah live attenuated ASF vaccine (LAV : virus hidup yang dilemahkan), vaksin killed ASF dan vaksin sub unit ASF. Pendekatan menggunakan LAV mungkin memiliki keunggulan dibandingkan jenis vaksin lainnya, terutama vaksin yang sudah dimodifikasi dengan menghapus gen yang terkait virulensi. Vaksin ini kemungkinan akan digunakan dalam keadaan darurat dan bersyarat di area berbahaya/outbreak jika virus ASF tidak terkendali. Namun demikian, jika kita menggunakan kandidat modified LAV ini maka diperlukan evaluasi klinis yang komprehensif sebelum diaplikasikan di lapangan. Poin terpenting adalah cell line yang stabil untuk pembuatan vaksin, dan kemampuan uji untuk membedakan/differensiasi hewan yang terinfeksi dari hewan yang divaksinasi atau infeksi virus lapangan (strategi DIVA), serta perlindungan silang dari genotipe yang berbeda.

Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) mengembangkan kandidat vaksin eksperimental rekombinan, ASFV-G-ΔI177L. Mereka sudah menghapus gen I177L dari genom strain ASFV pandemi yang sangat ganas (Georgia), yang secara efektif melindungi babi dari virus induknya. Di sini, studi awal menunjukkan bahwa ASFV-G-ΔI177L mampu melindungi babi dari isolat virus ASF virulen yang saat ini beredar dan menyebabkan penyakit di Vietnam dengan tingkat proteksi/efikasi yang sama seperti yang dilaporkan terhadap galur Georgia. Studi perbandingan yang dilakukan dengan menggunakan sejumlah besar babi asal Eropa dan Vietnam menunjukkan bahwa dosis perlindungan minimum 102 HAD50 dari ASFV-G-ΔI177L sama-sama melindungi hewan dari kedua breed. Sejalan dengan hasil tersebut, timbulnya kekebalan pada breed hewan ini menunjukkan munculnya perlindungan pada kira-kira sepertiga hewan pada minggu kedua pasca vaksinasi, dengan perlindungan penuh dicapai pada minggu keempat pasca vaksinasi. Oleh karena itu, hasil yang disajikan di sini menunjukkan bahwa ASFV-G-ΔI177L mampu menginduksi perlindungan terhadap strain virus ASF Vietnam yang virulen dan efektif dalam melindungi breed babi lokal secara efisien yang ditunjukkan sebelumnya untuk babi ras Eropa. Ini adalah laporan pertama yang menunjukkan kemanjuran kandidat vaksin berbasis Georgia 2007 pada babi ras Asia atau ditantang dengan strain virus ASF Asia.

Jadi, perlu digaris bawahi lagi bahwasanya sampai saat ini BELUM ADA vaksin ASF yang terbukti aman dan efektif di lapangan. Ada beberapa kemajuan dalam proses penelitian dan uji coba kandidat vaksin ASF, namun semua masih memerlukan penyempurnaan untuk bisa dikomersialkan. Oleh karena itu, pendekatan biosekuriti untuk area yang masih aman dan stamping out/depopulasi untuk area outbreak ASF masih menjadi pilihan yang paling ideal agar penyebaran virus ASF tidak semakin liar. Kandang yang berada di area komplek peternakan babi tentunya memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi dibandingkan lokasi kadang yang soliter, karena pada umumnya masing-masing peternak memiliki pola managemen pemeliharaan dan level biosekuriti yang tidak seragam. Oleh karena itu, tetap waspada dan pastikan kita memperbaiki menajemen pemeliharaan kita serta up grade level biosekuriti di kandang. Jika kita berada dalam area komplek peternakan babi, idealnya dilakukan kesepakatan bersama terkait biosekuriti wilayah sehingga meminimalkan resiko serangan ASF.  Baca juga : Proses repopulasi pasca outbreak ASF

Demikian sekilas update mengenai perkembangan kasus ASF dan juga penelitian vaksin yang sudah dilakukan. Semoga bermanfaat!

Referensi :

  1. https://www.fao.org/ag/againfo/programmes/en/empres/ASF/situation_update.html
  2. https://idpjournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40249-021-00920-6 Current efforts towards safe and effective live attenuated vaccines against African swine fever: challenges and prospects
  3. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/tbed.14329 African swine fever virus vaccine candidate ASFV-G-ΔI177L efficiently protects European and native pig breeds against circulating Vietnamese field strain
  4. https://pdf.sciencedirectassets.com/271229/1-s2.0-S0378113517X00084/1-s2.0-S0378113516304539/D_L_Rock_African_swine_fever_2016.pdf?X-Amz-Security-Token=IQoJb3JpZ2luX2VjEDEaCXVzLWVhc3QtMSJIMEYCIQC%2Fo%2FyPV7vGJifO6mXfDlymxNqlaLsZb7f5D68t1zUz%2FwIhAPZlRZoDQhdBrMKFP7dOJeO1oQUQI4h0vqwRQwQhVsvSKvoDCHoQBBoMMDU5MDAzNTQ2ODY1IgxiPYSH78XfyXno5F8q1wPn7%2F1DtvIXZ4WUMS62IFjmwKwXqdXBnc6vMwWxJMrWfpe7nrGzUG3W%2BbAEzw3F78redvghvQlBE944E6aFO9HWBWmn%2F6s4ZIE%2BodyNlS2Uz5Tqqc2aITr7OlK3jI0DAxH0dL0ZTzJ%2BquqBzNcMPJW7fclKT47rroeVOeM63AZB7WFsAxf45bEL5LwQpmuJBiw2aS0tAL1HDTr3hx3L3VklRLpZs%2FcunaZHkk9xAm5Pcdhna%2FpAnXdS%2BWSMm99xNfuq0%2FvDG3MwtCxXj2h%2BTkuqcWsJmMq%2FjWBELa4vo5XTFPzD31ED%2FInzYZv%2BTi1AER%2BLSpbGzMLnfEAomdtNR2w3inSce%2Fj%2F5aufVMoQ5cXOYDq8qGT2oSr0HXtc1stAiciXee%2Bk48EcrX1SaHAJHPMrGoSjluqQUTQCJPH7zNnm8f4XECF9ul%2BZbX%2B8r8QmSC5PFBGfPoMObA%2BfwvIqd%2F2OLNqIkdo10DyEO0VxPMvRqAHEy4bt5p%2BsPkMCG1Yphp5yu3E%2Bjz%2BxOBYg61IzgUdXeuVMWrR1CQPVS3pJigr4ZqMjOM%2B9K6mMSRwRjDO2xjm6Ou2VMnI3TuhYehVxFkZtibyUugF9CyE5d8Ks5NdgyJpAlGeHfnEwpeGkkAY6pAEhRHEIHH%2BhfNpvBk0Tn8WQHKLwLr6IfR3bpUtRyX%2FczOsXMZOVbcijgei6byu8AqBlwqPr0uyc3lUhkAVHpRFAKes40rnlrbRoHwm4Upa7JhKzO1jfc2OA7sX0RFDnfSc3yyy0EgVIuIT7Gq4WZqFZ%2BoEKyl%2FeR5MnJ7M78ZDD1CNwsT%2FllatKrQKRKB9WucPqieyP94dWZ1dJxVYgsu39O4gbTQ%3D%3D&X-Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-SHA256&X-Amz-Date=20220213T172918Z&X-Amz-SignedHeaders=host&X-Amz-Expires=300&X-Amz-Credential=ASIAQ3PHCVTY76ISKG4U%2F20220213%2Fus-east-1%2Fs3%2Faws4_request&X-Amz-Signature=ec88ad4981ff707268fd880edcb8d9832ca45c41cf234bce24da9e574867976d&hash=0a0ce68e65fdf25fbf0f2856a4b9c8e03578fcf553ce06dff09504eb8dd68c74&host=68042c943591013ac2b2430a89b270f6af2c76d8dfd086a07176afe7c76c2c61&pii=S0378113516304539&tid=pdf-eec5265b-6e9a-498f-86ed-ee04acff67da&sid=d7b69fc29ede624c946909f0433246f45279gxrqb&type=client
  5. https://www.porkbusiness.com/news/industry/asf-vaccines-waiting-game-almost-over
  6. https://www.pigprogress.net/health-nutrition/asf-vietnam-experimental-vaccine-proves-efficacy/
  7. https://www.foodsafetynews.com/2021/10/vaccine-finally-offers-pork-producers-a-defense-against-african-swine-fever-virus/
  8. https://www.ars.usda.gov/news-events/news/research-news/2021/usdas-vaccine-candidate-successful-in-blocking-spread-of-african-swine-fever-virus/
  9. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8704102/Prevention and Control Strategies of African Swine Fever and Progress on Pig Farm Repopulation in China

1 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!