Cara Pengendalian Hama Tikus

Cara Pengendalian Hama Tikus

Dalam keseharian kita mungkin mengalami kekesalan akibat dari hama tikus. Keberadaan tikus dapat menyebabkan kerusakan struktural pada rumah dan bangunan. Dalam membangun sarang, tikus akan menggerogoti dan mengunyah apa pun (kertas, kayu, plastik, baju/kain, kabel dll), lalu juga menggali lobang. Jika kita mempunyai gudang tempat barang-barang yang sudah jarang dipakai, disitulah biasanya tikus akan bersarang karena semakin tersembunyi suatu tempat maka semakin menarik untuk tikus tinggal dan berkembang biak. Saat tikus sudah bersarang di rumah kita, maka resiko kerusakan akan meningkat dan mereka juga akan meninggalkan jejak urin dan kotoran yang beresiko menyebarkan penyakit. Pada manusia, penyakit yang bisa disebabkan oleh karena kontaminasi tikus antara lain adalah Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS), Leptospirosis, Lymphocytic Chorio-meningitis (LCM), Plague, Rat-bite fever, dan salmonellosis.

Tikus adalah hewan nocturnal, artinya hewan yang aktif dimalam hari. Oleh karena itu, jika kita melihat tikus pada siang hari, maka bisa dipastikan populasi tikus disekitar anda cukup banyak dan sebaiknya segera lakukan tindakan pengendalian atau memanggil tenaga profesional. Bagaimana kita tahu keberadaan tikus di lingkungan? Tanda-tanda yang bisa kita amati adalah adanya kotoran (ukuran relatif kecil, lonjong berwarna gelap dan lembab di lantai, wastafel tempat sisa makanan, atau tempat-tempat yang tersembunyi), kertas/baju dan barang-barang yang robek karena gigitan, bau busuk karena urin tikus, noda/jejak kaki (coba taburkan tepung/bedak bubuk disekitar lokasi yang kita curigai untuk menganalisa jejak yang terbentuk), dan adanya sarang tikus.

Selain di rumah, tikus juga telah lama menjadi masalah di lokasi peternakan karena adanya pakan ternak yang mengundang selera. Tikus adalah vektor pembawa banyak penyakit pada ternak karena urin dan kotorannya yang mencemari sumber pakan, air ataupun benda-benda yang dipakai dilokasi peternakan. Sebagai gambaran dan perbandingan, secara umum jika kita melihat 1 ekor tikus di lingkungan maka ada sekitar 25 tikus lainnya yang sedang bersembunyi. Banyak bukan?

Lalu apa yang harus kita lakukan jika rumah/lokasi peternakan kita ada infestasi hama tikus? Minimal ada 3 hal yang bisa kita lakukan dalam praktek manajemen dan program pengendalian tikus, yaitu membuat struktur bangunan yang tahan hewan pengerat, sanitasi/kebersihan, pengendalian populasi tikus. Langkah pertama mungkin relatif sulit, mengingat tikus dapat masuk melalui lubang apapun asal kepalanya bisa masuk. Selain itu, tikus juga dapat memanjat melalui pipa, melompat secara vertikal setinggi tiga kaki, secara horizontal sejauh empat kaki, memanjat kabel, tembok, tanaman/pohon untuk memasuki sebuah gedung/bangunan. Pastikan kita sudah melakukan evaluasi terhadap kemungkinan pintu masuk tikus dan jenis hewan pengerat yang ada.

http://nwdistrict.ifas.ufl.edu/phag/files/2016/01/Purdue-rodent-ID.png

Setelah kita mengidentifikasi kondisi lingkungan dan jenis populasi tikus yang mendominasi, maka selanjutnya kita juga harus melakukan tindakan terhadap lingkungan untuk mencari dimana dia bersarang. Kita bisa mulai dari gudang, lokasi tempat penyimpan makanan (baik pakan ternak atau dapur), tumpukan kardus/sak pakan, tempat sampah dan lobang-lobang atau area tersembunyi lainnya. Temukan jejak tikus melalui keberadaan kotorannya, lubang aktif,  jejak lain dari bulu tubuhnya yang mengandung substan seperti lilin dan kondisi menggaris pada pinggir tembok. Lubang aktif dapat kita deteksi dengan menyumbatnya menggunakan kertas koran pada sore hari, kemudian amati pada pagi harinya (jika penyumbat esok harinya berpindah tempat dapat dipastikan didalamnya ada koloni tikus yang tinggal). Setelah itu, kita sebaiknya segera melakukan pembersihan dan pemblokiran jalan masuk tikus agar mereka tidak kembali membuat sarang disitu, dan juga menyusun strategi pengendalian selanjutnya. Untuk gudang penampungan pakan di kandang, sebaiknya segera lakukan pembersihan setelah selesai melakukan aktifitas pencampuran bahan baku dan minimalkan tumpahan pakan agar tidak mengundang tikus. Sampah dan bangkai hewan yang mati juga harus diperhatikan. Baca Juga : Biosekuriti di era New Normal.

Langkah pengendalian populasi tikus bisa kita lakukan dengan berbagai cara, yaitu predator alami, lem, perangkat suara ultrasonik, jebakan tikus dan racun umpan. Perlu digaris bawahi, tikus adalah hewan pengerat dengan wilayah jelajah yang kecil (30-100 kaki dari sarangnya), sehingga seharusnya kombinasi dari semua metode pengendalian bisa berjalan efektif, cepat dan ekonomis jika dilakukan dengan terus-menerus dan konsisten. 1.) Memelihara kucing / anjing bisa menjadi opsi untuk membantu pengendalian jika populasi tikus tidak banyak, seperti di rumah. Jika kita memelihara anjing/kucing di lokasi kandang akan ada resiko membawa patogen penyebab penyakit jika dibebasliarkan, karena bisa saja bangkai tikus dibawa masuk ke lokasi kandang. 2.) Menggunakan papan lem bisa dilakukan, namun terkadang kurang optimal jika ada banyak debu atau materi organik lainnya. Pastikan kita berhati-hati saat membuang bangkai tikus karena kemungkinan membawa agen penyakit. Pakailah sarung tangan dan buang hewan pengerat yang mati dalam kantong plastik tertutup rapat. 3.) Perangkat suara ultrasonik bekerja untuk menakuti tikus. Namun, alat ini tidak terlalu efektif karena tikus relatif cepat beradaptasi dengan suara ini. 4.) Jebakan tikus berupa jepitan atau jebakan kotak umumnya cukup baik untuk membasmi hewan pengerat pada awal penggunaan, akan tetapi dalam jangka panjang alat ini kurang efektif karena tikus juga cepat beradaptasi. 5.) Racun umpan adalah cara yang paling umum dilakukan dalam program pengendalian tikus. Ada dua jenis rodentisida yang bisa kita pilih, yaitu racun akut dan antikoagulan.

Terkait racun umpan tikus, ada banyak jenis rodentisida di pasaran yang umumnya diformulasikan sebagai umpan batangan, pelet, konsentrat, atau bubuk. Umumnya, racun umpan komersial yang siap pakai lebih disukai daripada umpan yang harus mencampur sendiri. Umpan batangan diformulasikan dengan kandungan lilin yang tinggi untuk penggunaan di luar ruangan dan area dengan kelembapan tinggi, sedangkan umpan pellet diformulasikan dengan butiran dan pengikat yang menahan pelet untuk digunakan di dalam ruangan. Untuk umpan konsentrat dan bubuk kadang-kadang digunakan oleh operator pengendalian hama profesional. Rodentisida diklasifikasikan menjadi dua kelompok kimia besar, yaitu antikoagulan/kronis dan non-antikoagulan/akut. Antikoagulan generasi I pertama kali ditemukan pada tahun 1940-an. Warfarin adalah yang pertama dan terkenal di pasaran, namun sekarang mungkin terbatas karena isu resistensi dan adanya antikoagulan generasi baru yang lebih kuat. Sebagian besar antikoagulan generasi pertama adalah umpan dosis ganda, artinya racun akan menyebabkan kematian hanya setelah dimakan tikus beberapa hari berturut-turut, sedangkan antikoagulan generasi II (brodifacoum, bromadiolone, dan difethialone) efektif walaupun hanya satu dosis. Antikoagulan generasi II (dosis tunggal) bisa menjadi alternatif yang umumnya efektif melawan hewan pengerat yang resisten terhadap senyawa antikoagulan generasi I (multi dosis). Secara umum, racun kronis biasanya cukup efektif dalam waktu lama karena tikus akan mati secara perlahan tanpa menyadari penyebabnya sehingga populasi tikus yang lain tidak curiga dengan umpan yang kita pakai dan akan terus memakannya ketika umpan kita pasang kembali.

Racun umpan non-antikoagulan/akut yang paling umum adalah brometalin dan Cholecalciferol atau vitamin D³. Bromethalin membunuh hewan pengerat dengan dosis tunggal dalam 1-3 hari. Jika anda memilih menggunakan racut akut ini, maka harus mewaspadai adanya ancaman kecil terjadinya keracunan sekunder, karena saat tikus akan mati sebagian besar dari racun yang dimakan akan dikeluarkan kembali sehingga ada kemungkinan di makan oleh hewan peliharaan kita. Selain itu, racun jenis ini umumnya efisien beberapa kali pemakaian saja karena racun yang dimuntahkan tikus yang akan mati tadi juga sebagai alarm bahaya bagi populasi tikus yang lain untuk tidak memakan umpan yang sama. Jadi tikus itu hewan yang cerdas dan memorinya bertahan cukup lama, sehingga perlu waktu bagi kita untuk menggunakan kembali racun ini dan kembali efektif (penggantian idealnya dijeda setiap 6 bulan). Cholecalciferol adalah racun umpan yang bekerja melepaskan kalsium yang berlebih ke dalam darah sehingga mengganggu fungsi tubuh. Cholecalciferol membunuh hewan pengerat yang tahan terhadap racun antikoagulan, namun tidak ada isu mengenai masalah keracunan sekunder pada hewan peliharaan atau satwa liar yang kebetulan memakan hewan pengerat yang diracuni. Cholecalciferol akan bertindak sebagai racun dosis tunggal jika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup oleh hewan pengerat dalam sekali makan, tetapi akan bertindak sebagai racun dosis ganda jika dikonsumsi dalam jumlah yang lebih sedikit selama beberapa hari. Zinc Phosphide adalah racun umpan dosis tunggal yang telah digunakan selama bertahun-tahun namun penggunaannya terbatas dilakukan oleh profesional, karena reaksinya yang super cepat dan adanya resiko keracunan sekunder sehingga tidak aman diaplikasikan pada lingkungan yang banyak anak-anak, hewan peliharaan, atau ternak.

Jadi, kita sekarang tahu bahwa hama tikus cukup merugikan baik di lingkungan rumah tangga ataupun peternakan. Oleh karena itu, program pengendalian bisa kita terapkan agar populasi tikus bisa dikendalikan. Evaluasi dan monitoring dengan menggunakan teknik aplikasi racun umpan umumnya memang menjadi pilihan terbaik, namun demikian semua itu harus juga diimbangi dengan upaya sanitasi/kebersihan lingkungan agar lebih optimal. Jika kita mengaplikasikan umpan diluar lubang aktif, sebaiknya menggunakan kotak (bait stations) agar umpan tidak cepat rusak, lalu letakkan pada jalur lalu lintas tikus yang sudah kita deteksi sebelumnya. Pastikan kita juga mewaspadai situasi seperti pasca afkir ternak atau sawah lepas panen, karena biasanya akan terjadi migrasi tikus besar-besaran. Terakhir, untuk program pengendalian yang terus-menerus dan konsisten mungkin sebaiknya dipilih racun tikus yang bekerja secara kronis untuk menghindari tikus yang lain jera, karena tikus termasuk hewan malam yang pandai. Namun jika kondisi infestasi tikus cukup parah, kita bisa lakukan kombinasi antara racun akut dan kronis atau menggunakan jasa dari profesional. Jika anda membutuhkan konsultasi lebih lanjut mengenai pengendalian hama tikus ini, silahkan bisa menghubungi kami di contact yang tersedia atau klik DISINI.

Terima kasih. Semoga bermanfaat.

Referensi :

  1. https://www.researchgate.net/publication/293183761_Principles_and_practices_of_rodent_pest_management
  2. https://www.pests.org/rodent-control-10-most-effective-yet-simple-methods-that-work/
  3. https://ag.umass.edu/sites/ag.umass.edu/files/fact-sheets/pdf/RodentControl08-44.pdf
  4. https://nwdistrict.ifas.ufl.edu/phag/2016/01/29/controlling-rats-and-mice-around-the-farm/
error: Content is protected !!