Lovebird Personata

Lovebird Personata

Setelah bulan lalu kita belajar bersama tentang lovebird fischeri, saat ini kita akan kembali mengulik jenis lovebird eye ring lainnya, yaitu lovebird kerah kuning (Agapornis personatus). Yuk simak bareng-bareng ya…

Agapornis personatus termasuk dalam kelompok “eye ring” atau cincin mata, sama dengan Agapornis fischeris juga, dimana akan dengan mudah dikenali dari lingkaran putih di sekitar matanya. Untuk membedakan lovebird kerah kuning dengan Fischer di alam liar, bisa dilihat dari kepalanya yang berwarna coklat tua (hitam), dada dan leher kuning, sayap hijau tua dan perut, punggung dan ekor berwarna hijau muda dan paruhnya berwarna merah. Orang awan biasa melihatnya seperti burung menggunakan helm dikepalanya he he he…

Lovebird berkerah kuning tipe liar, dapat ditemukan berwarna biru (leher abu-abu dan paruh krem), biru-hijau, ungu (sayap condong ke arah ungu), lutino (putih) dan masih banyak lagi.

Habitat  
Seperti jenis lovebird lainnya, Agapornis personatus secara alami terdapat di benua Afrika. Secara khusus, ia berasal dari Tanzania, meskipun ia juga merupakan spesies invasif di negara lain, termasuk di luar Afrika. Di Tanzania, lovebird kerah kuning menghuni habitat padang rumput dan sabana, bergerak dalam kelompok yang berkisar dari beberapa burung hingga lusinan burung. Daerah pilihan mereka selalu dipenuhi pepohonan seperti Akasia, karena pohon ini merupakan bagian penting dari siklus hidup lovebird liar dimana lubang pohon digunakan untuk membangun sarang.

Tidak seperti lovebird fischeri yang populasinya terancam, lovebird berkerah kuning tidak dianggap terancam di habitat aslinya, meskipun mereka mungkin dikonsumsi dan diperdagangkan juga sebagai hewan peliharaan.

Pakan
Di alam liar, Agapornis personatus merupakan pemakan biji-bijian. Dengan paruhnya yang relatif besar, membuka millet, sorgum dan akasia adalah favoritnya. Tanaman pertanian, seperti jagung juga dimakannya sehingga sering dianggap hama tanaman bagi petani di Afrika.

Untuk burung yang sudah ditangkarkan, penting untuk memberi pakan yang bervariasi. Hal ini tidak mudah, karena kita tidak memiliki akses terhadap semua bijian yang bisa mereka makan di alam liar dalam semua tahap kematangannya. Obesitas juga bisa menjadi masalah, karena burung peliharaan kita tidak banyak bergerak seperti burung di alam liar.

Campuran yang bisa dipakai adalah sebaiknya dipilih yang lebih rendah kalori dan lebih tinggi nutrisi (mikro), seperti pelet, bijian berkualitas tinggi, sayuran dan buah-buahan segar, rumput liar dan dahan. Selain itu, pastikan akses air bersih dan blok kalsiun/sotong agar kondisinya terjaga.

Kandang 
Meski berukuran kecil, burung ini tetap membutuhkan banyak ruang untuk bergerak. Ukuran minimum yang ideal adalah 18″ x 18″ (45 x 45 cm). Jika burung anda lebih sering menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam kandang,  maka pilihlah ukuran kotak kandang yang lebih besar agar gerakannya lebih leluasa saat nati ada anakan.

Jarak palang pada sangkar lovebird kerah kuning tidak boleh melebihi 1/2″ (1.3 cm) agar kepalanya tidak tersangkut. Sama seperti jenis lovebird lainnya, selain kotak sangkar, beberapa hal penting yang harus tersedia adalah tempat pakan dan air minum + cuttlebone atau blok kalsium, tempat bertengger alami (bukan plastik atau batang kayu), mainan untuk mengasah otak (merobek-robek, mainan mencari pakan, dahan yang aman).

Sifat Lovebird Kerah Kuning
Agapornis personatus benar-benar hebat, memiliki rasa ingin tahu, aktif, lantang, suka bersosialisasi, dan sering kali penuh semangat, serta mungkin suka menggigit. Jika anda cukup sibuk dan tidak ada waktu banyak untuk berinteraksi, sebaiknya memelihara burung ini minimal berpasangan sehingga tidak mudah bosan dan ada teman bermain. Mutasi biru pada lovebird kerah kuning (Agapornis personatus) biasanya menjadi burung peliharaan yang populer. Baca juga : Jenis-jenis lovebird

Jadi bagaimana kita memastikan kepribadian burung kita  menjalani hidup yang bahagia? Lakukan interaksi sosial karena burung ini butuh banyak perhatian, seperti menyemprotkan air untuk mandi. Menempatkan mainan warna-warni juga sangat disukai lovebird sehingga mereka dapat beraktifitas dan mengurangi resiko kegemukan. Jangan lupa juga untuk membekali lovebird kerah kuning anda dengan wadah mandi ya. Jika kandang cukup luas, tempatkan tanaman yang bebas pestisida dan aman bagi burung untuk tempat mereka bertengger seperti habitat aslinya.

Suara lovebird kerah kuning sungguh mengesankan, bernada tinggi dan bisa sangat memekakkan telinga. Untungnya, mereka tidak melakukannya sepanjang hari, kecuali mereka merasa bosan dan sendirian. Jadi pastikan burung ini mendapatkan perhatian yang cukup atau diberikan pasangan untuk teman bermain dan bereproduksi. Lovebird bukan hewan pendiam, mereka akan terus berbunyi dan intensitasnya meningkat saat pagi dan sore hari.

Seperti spesies lovebird lainnya, lovebird kerah kuning tidak dianggap sebagai peniru suara yang berbakat, namun jika dilatih dengan sabar mereka memiliki kemampuan untuk belajar meniru suara dan frasa pendek dan juga melakukan trik-trik yang menghibur seperti halnya jenis parrot yang lain.

Terkait keamanan dan status kesehatan, kita juga harus memperhatikan benda-benda disekitar lovebird yang mempunyai rasa ingin tahu tinggi. Perlu diingat, bahwa banyak produk rumah tangga yang beracun bagi burung (pembersih, kosmetik beraroma, peralatan masak anti lengket, pemanas ruangan, lilin wangi).

Jika terjadi hal yang tidak diinginkan seperti cidera atau gejala sakit, sebaiknya anda segera memeriksakan ke dokter hewan. Kenali karakter dan keseharian burung kita, sehingga ketika ada hal yang mencurigakan kita juga bisa mengenalinya. Untuk antisipasi kondisi darurat, ada baiknya kita sediakan kotak obat yang berisi barang-barang seperti vitamin, bahan pembekuan darah, antiseptik, pinset, kain kasa dan sejenisnya. Baca juga : Memulai breeding lovebird yang baik

Demikian sharing informasi terkait lovebird personata. Semoga bermanfaat.

Referensi :

  1. https://www.psittacology.com/yellow-collared-lovebird-care/
Lovebird Fischeri

Lovebird Fischeri

Apakah anda sedang mencari burung kecil dengan banyak kepribadian untuk ditambahkan ke dalam hewan peliharaan di keluarga Anda? Jika pilihan anda jatuh pada lovebird Fischer (Agapornis fischeri) yang berwarna-warni, itu tidaklah mengherankan karena burung Afrika ini adalah salah satu burung peliharaan paling populer di luar sana. Lalu, apa yang belum anda ketahui tentang burung ini? Yuk, kita belajar bersama khusus tentang Agapornis fischeri di artikel ini.

Lovebird Fischer berukuran relatif kecil dengan panjang hanya sekitar 15cm atau di bawah 6″ dengan ekor yang gemuk, dan berat maksimalnya sekitar 60 gram. Nama Fischer ini diambil dari penemunya, yaitu Gustav Fischeri, seorang penjelajah asal  Jerman yang merupakan orang barat pertama yang menemukan spesies tersebut. Spesies ini merupakan bagian dari kelompok eye ring atau “cincin mata”. Hal ini karena adanya lingkaran putih pada bulu di sekitar matanya.

Lovebird Fischer sangat berwarna-warni dan terdapat beberapa mutasi warna yang dibiakkan secara selektif, yaitu :

Warna liar : perut hijau muda, sayap dan punggung hijau tua, dada kuning, kepala oranye kecoklatan, paruh merah.
Biru : perut, punggung dan sayap berwarna biru kehijauan, dada putih, kepala putih abu-abu, dan paruh merah muda. Ada juga variasi yang menampilkan warna biru lebih ungu.
Lutino : seperti warna liar, tapi tanpa warna hijau dengan warna oranye lebih cerah di kepala.
Pied : terjadi dengan warna apa pun dengan bintik/corak putih  di bagian tubuh mana saja.
Albino : sepenuhnya putih dengan mata merah dan paruh berwarna kulit.
Sable : tidak ada warna abu-abu sama sekali di kepala, yang ada hanya warna bening.
Wajah Kuning : seperti namanya, mukanya berwarna kuning.

Daftar diatas belum lengkap, karena para penghobi dan profesional selalu sibuk membiakkan lovebird secara selektif untuk menciptakan mutasi warna yang baru. Selain itu, ada juga burung hibrida hasil persilangan antara Agapornis fischeri dengan jenis lovebird lainnya. Untuk persilangan antara A. fischeri x A. personatus atau lovebird cincin mata lainnya akan menghasilkan anakan yang bersifat subur. Sedangkan  persilangan antara A. fischeri x lovebird non eye ring seperti A. roseicollis akan menghasilkan anakan yang steril karena adanya perbedaan genetik. Baca juga : Jenis-jenis Lovebird

Habitat
Secara alami, 9 spesies lovebird menyebar di Afrika. Untuk Agapornis fischeri sendiri secara khusus mempunyai wilayah jelajah yang relatif kecil di Tanzania. Di sini, ia berbagi habitat alami dengan jerapah, singa, zebra, badak, dan hewan khas Afrika lainnya.

Lovebird Fischer ini terkadang ditemukan di Rwanda dan Burundi, namun tidak jelas apakah mereka memang pergi ke sana untuk mencari air selama musim kemarau atau hanya populasi liar. Burung jenis ini sebenarnya banyak ditemukan di lahan pertanian dan bahkan di perkotaan, namun populasinya masih dianggap hampir terancam akibat penangkapan, hilangnya habitat asli, dan hibridisasi. Karena mudah beradaptasi, burung ini bisa sampai ke Kenya, Puerto Riko, Florida, Portugal, Prancis, dan masih banyak lagi.

Di wilayah alaminya, kawanan kecil lovebird Fischer hampir selalu berada di dekat air. Mereka lebih menyukai padang rumput/hutan, seperti sabana dengan pepohonan seperti akasia dan commiphora (mur). Khusus musim kemarau, kita umumnya bisa ditemukan juga di sepanjang sungai.

Spesies ini biasanya bertengger, tidur dan bersarang di tempat/ruangan yang berlubang, pohon palem atau di sarang burung lain. Yang terakhir ini bukanlah sesuatu yang bersifat parasit karena Agapornis dapat hidup berdampingan secara damai dengan berbagai spesies.  Lovebird Fischer ini ternyata  hampir terancam punah karena populasi yang menurun, selain juga karena merupakan burung liar yang paling umum diperdagangkan di dunia. Perlu diketahui bahwa sebenarnya penangkapan burung ini di alam liar dianggap ilegal ya…

Pakan 
Di alam liar, lovebird Fischer sebagian besar adalah pemakan biji-bijian, karena paruhnya yang relatif besar dirancang sempurna untuk memecahkan biji yang keras sekalipun. Makanan lainnya antara lain biji akasia dan buah-buahan dari keluarga ara ficus.

Lalu bagaimana dengan pakan untuk lovebird fisheri yang sudah ditangkarkan, apakah sama? Jika anda berasumsi bahwa, sumber biji-bijian komersial yang bisa kita beli dipasaran adalah sama kualitasnya dengan yang ada di alam, maka ada salah. Pakan campuran yang ada di toko ternyata tidak mengandung varietas yang sama dalam hal kematangan atau jenis benih yang ditemukan Fischer di alam liar. Selain itu, bijinya cukup berlemak, kadar kalorinya terlalu tinggi untuk burung peliharaan yang aktifitasnya terbatas hanya di sangkar.

Campuran biji-bijian komerisal yang berkualitas tinggi mungkin hanya bisa terpenuhi 20%, sehingga pilihan yang mungkin bisa dijadikan alternatif/tambahan adalah pelet berkualitas tinggi, banyak sayuran dan buah segar, biji-bijian yang dimasak (nasi, pasta, quinoa), makanan yang diambil dari daun dandelion (bebas pestisida), herba, bunga, dahan pohon dll. Selain pakan, burung lovebird juga harus selalu memiliki akses terhadap air bersih. Untuk membantu menjaga kesehatan tulang dan bulunya, ada baiknya juga memberikan blok kalsium/sotong.

Kandang
Jangan berasumsi karena lovebird itu kecil maka tidak pelu kandang yang luas. Lovebird adalah burung kecil yang sangat aktif dan membutuhkan banyak ruang untuk bergerak, sehingga sangkar kecil dan bulat sebaiknya dihindari.  Ukuran 18″ x 18″ (45 x 45 cm) adalah ukuran minimal yang sebaiknya dipakai, atau jika ingin leluasa bisa pakai ukuran 36″ x 36″ (91 x 91 cm). Lalu, ruang horizontal lebih disarankan daripada ruang vertikal, karena lovebird cenderung berkeliaran/terbang di bagian atas kotak sarangnya.

Selain ukuran kandang, kita juga harus menyediakan tempat bertengger, tempat pakan dan air minum dan mainan. Tempat bertengger sebaiknya terbuat dari kayu alami, bukan batang kayu atau plastik, untuk memastikan kesehatan kaki dalam jangka panjang.

Sudah menjadi anggapan umum bahwa lovebird itu harus dipelihara berpasangan, dan jika salah satu dari pasangan tersebut mati maka pasangannya juga akan segera mati. Namun, anggapan ini tidak tepat karena Agapornis tidak membentuk ikatan yang lebih kuat dengan pasangannya dibandingkan jenis burung parrot lainnya. Yang benar adalah lovebird sangat suka bersosialisasi, baik dengan manusia atau temannya. Lovebird yang haus perhatian bisa menjadi agresif dan mulai menyakiti diri sendiri, menjadi apatis, atau berkicau tanpa henti.

Meskipun banyak kontak sosial akan banyak membantu menjaga lovebird Fischer tetap terhibur dan bahagia, sebenarnya burung ini butuh lebih dari itu. Walaupun  ukurannya relatif kecil, burung ini sangat pintar sehingga kita perlu memberikan ornamen lain didalam kandang agar tidak bosan. Beberapa hal yang bisa kita lakukan adalah mendekorasi dengan mainan berwarna-warni atau tempat pakan khusus agar burung sibuk selama berjam-jam serta melakukan exercise agar mengurangi resiko kegemukan.

Jika anda benar-benar ingin mengeksplor kecerdasan burung lovebird, maka anda bisa menjinakkan dan melatihnya untuk melakukan sesuatu trik. Hal ini tentu menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan bukan. Memberikan tempat bak air juga akan mengundang lovebird untuk bermain air/mandi atau kita siram agar bulunya basah untuk kemudian kita akan melihat mereka membersihkan bulu-bulunya. Baca juga : Memulai breeding lovebird yang baik

Sifat Lovebird Fischer
Burung lovebird sangat setia dan menyukai kontak sosial, tetapi terkadang mereka membutuhkan sedikit sosialisasi agar tidak menjadi lincah. Mereka mungkin kecil, tapi paruhnya bisa sangat melukai karena sifatnya yang destruktif dan suka mengunyah apa pun yang mereka temukan.

Jika anda mencari hewan peliharaan yang pendiam, saya punya kabar buruk karena semua jenis parrot itu bersuara keras, termasuk lovebird Fischer ini. Jadi kalo anda sudah memilih untuk memelihara lovebird, maka anda sudah siap dengan suara-suara berisik yang dihasilkan, terutama saat pagi hari dan saat matahari terbenam. Meskipun lovebird termasuk golongan parrot, kita tidak bisa berekspektasi untuk membuatnya bisa menirukan suara seperti burung beo lainnya, walaupun jika dilatih mungkin bisa juga.

Seperti semua jenis parrot lainnya, burung lovebird Fischer memiliki bakat unik dalam membuat dirinya mendapat masalah. Mereka relatif rapuh dan mudah terluka dengan benda-benda disekitarnya. Hal lain yang juga sangat penting, interaksi dengan hewan peliharaan lain (anjing, kucing) atau hewan liar/hama (burung liar, kelelawar, tikus) sebaiknya diminimalisar. Paru-paru lovebird juga sangat sensitif sehingga bisa mati jika terkena asap dari peralatan masak, parfum, lilin, insektisida, dan lainnya. Terkait kandang dan lingkungan sekitar, kita juga harus pastikan tidak ada tanaman beracun, tidak ada jendela yang terbuka, tidak ada kabel listrik yang beresiko digigit sehingga burung kita nyaman.

Anda perlu menyadari bahwa lovebird terkadang sangat pandai menyembunyikan ketidaknyamanannya. Gejala yang mungkin bisa kita amati adalah bulu kembung/kusam, tidak mau makan, lesu, keluarnya cairan dari hidung, atau kotoran encer.
Jadi, jika terjadi hal yang yang mencurigakan, ada indikasi sakit atau kita baru saja beli burung baru dari penjual/pasar sangat disarankan untuk  memeriksakannya ke dokter hewan untuk memastikan status kesehatannya. Untuk antisipasi, sebaiknya sediakan kotak P3K yang didalamnya terdapat vitamin, obat-obatan, anti koagulan, pinset, kain kasa, cotton bud, desinfektan.

Demikian informasi yang bisa kita pelajari bersama saat ini, semoga bermanfaat.

Referensi :

  1. https://www.psittacology.com/agapornis-fischeri-care/
Memulai Breeding Lovebird Yang Baik

Memulai Breeding Lovebird Yang Baik

Mengambangbiakkan burung lovebird masih menjadi primadona bagi sebagian orang yang militan. Disaat peternak lain mungkin sudah berhenti, masih ada peternak lain yang melihat peluang dan menyusun rencana untuk pembiakan di masa depan. Untuk menghasilkan variasi warna yang memungkinkan seperti Cremino/Silver Cherry dan menghasilkan pengaruh tipe lacewing/fallow sehingga kelas burung menjadi lebih baik, tentunya bukan perkara mudah.

Untuk tahap awal pengembangbiakan lovebird, pengadaan beberapa burung yang berukuran bagus dan berkualitas sebagai permulaan akan memberikan stok yang lebih baik. Jika tidak, Anda hanya akan mendapatkan keturunan rata-rata dalam jumlah besar, terlalu banyak untuk dipelihara dan tidak ada yang berharga. Pencapaian untuk menghasilkan kualitas wahid  bukanlah proyek jangka pendek dan peternak yang memiliki kelas burung yang lebih baik biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mencapainya.

Di mana mendapatkan burung berkualitas bibit?
Datang ke pameran adalah cara terbaik, karena umumnya breeder ternama akan terlibat disitu. Kebanyakan peserta pameran dengan senang hati membantu jika Anda tertarik membeli burung berkualitas. Untuk memulainya, Anda dapat membeli pasangan yang sudah mapan atau lebih baik lagi mendapatkan burung muda yang sudah cukup dewasa ketika musim kawin berikutnya tiba. Peachfaced harus berusia minimal 12 bulan sebelum digunakan untuk berkembang biak dan masked lovebirds tampaknya menjadi induk yang lebih baik ketika mereka berada di tahun kedua.

Jika membeli burung muda disarankan untuk membeli beberapa jenis sehingga kita memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan sepasang. Lovebird seringkali sulit untuk kawin, meskipun jarak yang lebih lebar antara tulang panggul adalah panduan yang masuk akal ketika mencoba mencari burung dewasa. Oleh karena itu, sexing DNA dianjurkan untuk menentukan dengan pasti jenis kelamin burung.

Saat memutuskan berapa banyak burung dan kandang untuk  menampungnya, kita juga harus memperhitungkan kadang/ruang untuk anakan yang akan dihasilkan dan disapih dari induknya. Kepadatan yang berlebihan akan mengakibatkan burung-burung muda mati atau terluka kehilangan jari-jari kakinya.

Selalu satukan burung-burung yang seusia, Jika kita  menambahkan burung baru ke dalam koleksi yang sudah ada, disarankan untuk diisolasi di lokasi terpisah untuk memastikan status kesehatannya selama minimal 45 hari. Burung baru ada resiko membawa patogen virus/bakteri yang berbahaya bagi kawanan yang ada.

Perkandangan
Untuk spesies Peachfaced, 3 pasang burung bisa ditempatkan pada kandang ukuran 1,2m x 1,8m x 1,8m. Sedangkan untuk spesies cincin mata putih, 4-5 pasang di kandang ukuran yang sama. Pastikan kandang kita mencukupi agar tidak padat.

Bahan untuk membangun kandang terbaik adalah komponen baja dan lantai beton. Jenis konstruksi ini memungkinkan perawatan yang mudah, karena lantai dapat disapu untuk menghilangkan debu dan kotoran. Selain itu, pada akhir musim kawin, dinding dan lantai digosok untuk menjaga kebersihan. Berhati-hatilah saat menggunakan kawat galvanis baru karena burung dapat menderita keracunan seng karena kebiasaan mereka mengunyah segala sesuatu di sekitarnya.

Kandang idealnya menghadap utara atau timur. Pembangunan kandang juga harus memperhatikan lokasi air minum dan pakan yang berdekatan/berhadapan sebelum diisi burung untuk dibiakkan. Pasang tempat bertengger sejauh mungkin dan jangan di atas tempat air minum/pakan karena beresiko tercemar kotoran. Jika atap kandang tidak menutupi seluruh permukaan kandang, maka pastikan tempat air minum dan pakan aman dari guyuran air hujan.

Sebelum menyatukan beberapa pasangan dalam kandang burung yang besar, idealnya kita harus menempatkan tiap-tiap pasangan tersebut di kandang kecil yang jauh dari burung lain selama satu-dua bulan sebelum musim kawin. Jika berjodoh, mereka biasanya akan tetap tinggal bersama ketika dilepaskan ke kandang burung yang lebih besar. Selain itu pastikan dalam koloni tidak ada burung yang belum ada pasangannya.

Musim kawin
Kebanyakan lovebird yang sudah berjodoh akan terus berkembang biak jika tidak diberi jeda. Namun sebaiknya kita tetap memperhatikan kondisi indukan agar tantangan cuaca dan waktu pemulihannya ideal, sehingga dalam setahun bisa menghasilkan anakan 3x.

Sebagai breeder, kualitas adalah nomer 1 karena reputasi yang dibangun harus dipertahankan agar kostumer tidak berpaling. targetnya adalah mampu memproduksi stabil/lebih banyak dengan kualitas yang baik.

Jenis kotak yang umumnya dipakai untuk sarang lovebird bervariasi ukurannya, mulai dari kotak kecil-sedang. Sebagian besar burung umumnya tidak terlalu rewel, yang terpenting  memberikan ruang gerak yang lega jikan nanti banyak anak. Ukuran yang baik untuk spesies bermata putih minimal 18cm x 18 cm x 24 cm atau 22 cm x 22 cm x 25 cm akan lebih baik. Sebaiknya, kotak ini ditempatkan setinggi dada orang  untuk memudahkan dalam memeriksa tanpa harus mengeluarkan kotak dari rak.

Untuk bahan sarang biasanya tergantung pada preferensi masing-masing peternak, dan lovebird umumnya tidak mempermasalahkan apa yang didapat. Bahan yang berwarna hijau dan mengandung sedikit kelembapan akan meningkatkan daya tetas telur. Daun palem dan batang rumput yang tebal yang diberikan selama inkubasi akan menambah kelembapan pada sarang.

Daun Rumput atau Kubis (Cordyline Australis)  selalu menjadi bahan sarang favorit Peachfaced. Bahan berwarna hijau dan kering ini sangat kuat dan dapat dijadikan sarang yang baik serta tidak mudah rata. Cobalah mengikat beberapa daun panjang dan menggantungnya pada kawat, lovebird akan segera melihat dan memasukkannya ke sarang.

Jika penjodohan berhasil dan proses perkawinan/pembuahan terjadi, biasanya jumlah telur yang dihasilkan adalah 2-7 butir. Umumnya induk betina akan bertelur 2 hari sekali. Inkubasi biasanya memakan waktu sekitar 22 hari dan dimulai dari bertelur ke-2 atau ke-3. Pemeriksaan sarang bisa dilakukan 1 minggu setelah perkiraan telur terakhir, yaitu dengan mengecek telur-telur yang dihasilkan subur atau tidak. Telur yang subur ditandai dengan warna keruh/merah jambu tua ketika didekatkan ke sumber cahaya/diteropong, sedangkan yang steril biasanya jernih/bening saja.

Jika kita punya pasangan yang masih baru pertama kali bereproduksi, maka terkadang resiko telur tidak menetas relatif tinggi karena “pembagian kerja” mereka belum serasi. Pasangan baru memerlukan lebih banyak latihan sebelum dapat bertindak bersama dalam membangun sarang, mengerami dll. Resiko anak mati di dalam cangkang bisa terjadi karena kurangnya kelembapan di dalam kotak sarang sehingga anakan yang sudah terbentuk sempurna gagal melepaskan diri dari cangkangnya ketika saatnya tiba. Solusinya adalah dengan menggantungkan toples/plastik berisi air di dekat kotak untuk meningkatkan kadar air pada bahan sarang atau di spray dengan air secara berkala untuk menjaga kelembapan sarang. Kita mungkin juga bisa melihat induk “mandi” di tempat air minum sebelum kembali ke sarangnya, hal ini adalah naluri mereka untuk memastikan proses pengeraman berhasil.

Pakan 
Campuran pakan yang baik harus mengandung kebutuhan nutrisi yang seimbang untuk menjaga kondisi burung tetap sehat. Millet untuk karbohidrat, kenari polos untuk protein dan sejumlah kecil oat kupas, bunga matahari, dan safflower juga bisa ditambahkan.

Ada beberapa perdebatan mengenai apakah terlalu banyak biji-bijian berminyak seperti bunga matahari merupakan penyebab kondisi bulu yang buruk dan/atau kerontokan bulu. Beberapa peternak lain berpendapat jika hal itu karena kekurangan vitamin dan kurang exercise.

Campuran pakan jika bisa diformulasikan tergantung spesies lovebird yang dipelihara. Lovebird Fischer kebanyakan memakan millet jap dan kenari polos dengan sedikit millet putih dan safflower, tetapi kurang suka bunga matahari atau oat yang dikuliti. Lovebird Masked suka pada sebagian besar biji-bijian dan oat tambahan saat membesarkan anak. Lovebird Peachfaced memiliki preferensi yang sama tetapi tampaknya tidak menyukai oat yang sudah dikupas selama musim panas (di luar musim kawin).

Kita bisa membuat campuran sendiri dengan bahan dasar millet Jepang dan kenari polos dalam jumlah yang sama, lebih banyak safflower daripada bunga matahari dan sejumlah kecil millet putih. Bagi yang memiliki banyak burung dan tidak mau repot mencampur, ada sejumlah campuran komersial yang tersedia di pasaran yang bisa dipilih.

Biji saja sebenarnya tidak menyediakan semua kebutuhan vitamin dan mineral yang diperlukan untuk diet seimbang, sehingga diperlukan makanan tambahan. Kalsium berperan besar dalam kesehatan burung karena memberikan kekuatan pada tulang dan paruh dalam perkembangan burung muda maupun dewasa, dan bermanfaat untuk pembentukan telur saat betina bersarang. Untungnya Lovebird menyukai sotong, sumber kalsium yang baik atau bisa juga dengan grit cangkang yang bisa didapatkan saat berlibur di pantai. Pasir laut bisa diberikan tanpa dicuci karena mengandung mineral, yodium dan garam untuk meningkatkan kesuburan.

Apakah pakan hijauan bisa diberikan? Jawabanya bisa, dan harus diberikan secara teratur, bahkan setiap hari karena di alam liar, burung akan mengunyah segala macam rumput, biji-bijian, buah-buahan dll. Sayuran hijau dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu jenis daun yang sebagian besar tanamannya dikonsumsi seperti bayam, rumput (Rye, Barnyard Grass, Panic Grass, beberapa varietas oat liar), bit perak, endive, seledri, dandelion dan chickweed. Selain daun, ada juga sayuran jenis  biji yang hanya bagian kepala bijinya yang dimakan.

Pemeliharaan Induk & Anak

Setelah telur menetas, ada sejumlah makanan lain yang bisa diberikan. Roti 1/2 potong untuk setiap pasang setiap pagi untuk menambah nutrisi dan lemak yang tidak terkandung dalam biji. Jagung juga bisa diberikan, baik berupa tongkol segar yang telah dikupas dan dipotong. Untuk negara 4 musim, mereka biasanya membeli persediaan jagung untuk stok dan dibekukan, dan kemudian dicairkan dalam microwave bila akan diberikan.

Sayuran hijau dapat diperbanyak setelah minggu pertama dan diberikan 2x sehari (pagi dan malam). Perkembangan anak burung untuk menjadi besar dan sehat bergantung pada pasokan makanan tambahan yang konstan selama mereka berada di sarang hingga mereka disapih dari induknya.

Untuk identifikasi anak burung hasil breeding, biasanya peternak akan memasang cincin di kaki sebagai tanda.  musim di masa depan, cincin dengan cap tahun diperlukan untuk mengukur usia burung secara sekilas. Cincin ukuran 8 cocok untuk semua jenis lovebird tetapi harus dipasang pada anakan antara 7-12 hari setelah menetas untuk mengurangi stres dan kerusakan pada kaki. Pemeriksaan terhadap anakan harus dilakukan secara teratur untuk memastikan bahwa cincin tidak terlepas. Cincin ini sebenarnya adalah catatan terkait individu dari burung yang memakainya. Hal ini penting untuk tracking agar ciri-ciri genetik yang diwariskan dapat dengan mudah diingat sekaligus branding bagi breeding kita ketika anakan kita jual.

Setelah keberhasilan dalam penetasan dan pemeliharaan anak, tiba saatnya untuk menyapih. Lama anakan dibiarkan bersama induknya itu tergantung kondisi. Anakan sebaiknya diambil dari induknya sekitar 2 minggu setelah anak terakhir meninggalkan sarangnya. Hal ini bergantung pada beberapa faktor, seperti jumlah pasangan lain di dalam kandang dan toleransi mereka terhadap anakan baru jika secara tidak sengaja mencoba masuk  ke kotak sarang yang salah. Untuk kandang koloni, pengamatan rutin pemilik dapat menentukan apakah anak burung perlu direlokasi atau tidak demi kelangsungan hidupnya, serta agar induk kembali siap bereproduksi tanpa gangguan.

Kualitas Lovebird

Lovebird yang berkualitas setidaknya harus mencapai bulu dewasa sebelum dijadikan bibit. Bergabung dengan komunitas lovebird adalah cara terbaik, karena disitu biasanya ada standart yang bisa menjadi acuan dan atau kita ikutkan dalam pemeran untuk mendapatkan penilaian dari team juri.

Pertunjukan/pameran adalah tempat yang sangat baik bagi pendatang baru untuk membuat perbandingan dengan hasil dari peternak lain. Jika produk kita dinilai berkualitas maka biasanya akan ada kejutan menyenangkan, seperti menjadi juara lomba atau burung kita ditawar peternak lain dengan harga selangit.  Baca juga : Jenis-jenis Lovebird

Untuk menjual hasil tangkaran, selain lewat komunitas kita juga bisa melalui toko hewan peliharaan, penjual burung setempat, atau jaman sekarang lewat sosial media. Asalkan kita dapat menyediakan burung berkualitas secara konsisten, maka reputasi breeding kita akan naik dan semakin memudahkan kita dalam memasarkan produk kita. Kebanyakan orang akan membayar harga yang sedikit mahal untuk burung yang sudah jodoh dan menghasilkan keturunan untuk mempersingkat waktu.

Terkait pengobatan, seperti obat cacing dan lainnya bisa dilakukan jika memang diperlukan saja. Apabila ada dugaan serangan penyakit dan terjadi kematian, maka sebaiknya konsultasikan ke dokter hewan sesegera mungkin agar tidak menjadi masalah yang berkelanjutan.

Demikian sharing mengenai bagaimana mempersiapkan breeding lovebird bagi pemula. Semoga bermanfaat…

Referensi:

  1. https://www.albsaustralia.com/beginners-guide/
  2. https://www.psittacology.com/agapornis-fischeri-care/
  3. https://www.psittacology.com/yellow-collared-lovebird-care/
  4. https://www.mspca.org/pet_resources/bird-care-guide-lovebirds/#:~:text=In%20the%20wild%2C%20lovebirds%20feed,daily%20for%20a%20single%20bird.

 

Jenis-Jenis Lovebird

Jenis-Jenis Lovebird

Lovebird adalah burung yang termasuk dalam genus Agapornis yang secara alami ditemukan di Afrika, meskipun penyebaran dan habitat pastinya berbeda-beda. Mereka bisa memakan buah-buahan, biji-bijian, tanaman pertanian, dan serangga. Lovebird cukup populer dikalangan pecinta burung dan saat ini masih diperdagangkan sebagai hewan peliharaan.

Lovebird yang tidak dirawat dengan baik, seperti diberi makanan seadanya dan minim kontak sosial dapat menjadi depresi dan agresif. Mereka mungkin mulai mencabuti bulunya sendiri, membuat keributan tanpa henti, menjadi apatis, atau agresif dengan cara menggigit. Namun jika kita memelihara dengan baik, tahu apa yang dibutuhkan maka lovebird ini bisa menjadi teman setia karena berumur sampai 20 tahun, bahkan lebih.

Berikut adalah jenis-jenis lovebird yang bisa kita pilih untuk dipelihara :

Agapornis fischeri


Ini adalah satu jenis lovebird yang paling populer dalam perdagangan hewan peliharaan. Dikenal dengan sebutan lovebird Fischer yang merupakan bagian dari kelompok lovebird dengan cincin mata. Total ada 4 spesies yang memiliki cincin putih khas di sekitar matanya.

Lovebird Fischer secara alami ditemukan di sabana Afrika di Tanzania, selain juga dapat ditemukan di berbagai tempat. Florida, Prancis dan Portugal adalah beberapa tempat yang menjadi habibat liar jenis ini.

Sebagai hewan peliharaan, jenis ini dihargai karena warnanya yang indah, kecerdasan dan kesetiaannya. Mereka menyenangkan berada di dekat dan bahkan bisa dipeluk, tapi juga penuh semangat dan kadang-kadang bisa mempelajari trik dengan mudah.

Varietas yang dibiakkan secara selektif mungkin tidak memiliki warna hijau (lutino) atau warnanya mungkin sama sekali berbeda, seperti biru atau bahkan putih (albino).

Agapornis personatus


Spesies lovebird populer lainnya dalam kelompok cincin mata adalah Agapornis personatus, dikenal juga dengan nama lovebird kerah kuning atau lovebird bertopeng. Hewan ini mudah dikenali dalam bentuk liarnya dari kepalanya yang seluruhnya berwarna hitam, dada dan lehernya berwarna kuning, sayapnya berwarna hijau, dan paruhnya berwarna merah cerah.

Seperti lovebird Fischer, Agapornis personatus secara alami juga ditemukan di sabana Tanzania, seperti Serengeti. Selain itu jenis ini juga ditemui di Arizona dan Perancis. Umumnya memakan biji-bijian seperti millet liar dan akasia, dan bersarang di pohon berlubang.

Dalam budidaya burung, lovebird kerah kuning dihargai karena kepribadian khas lovebirdnya. Burung ini memiliki kombinasi emas antara semangat dan cinta/perhatian, suka bersosialisasi, dan lincah. Variasi warna yang ada pada Agapornis personatus yang dibiakkan secara selektif antara lain biru (dengan paruh sewarna kulit), lutino (tanpa hitam), zaitun, pied, dan banyak lagi.

Agapornis nigrigenis


Dikenal dengan lovebird pipi hitam yang sekilas terlihat sangat mirip dengan sepupunya, Agapornis personatus. Perbedaan yang paling menonjol adalah pipi hitam sama sekali tidak memiliki warna leher kuning yang khas, tetapi memiliki “bib” dada kecil berwarna oranye.

Ditemukan secara alami kawasan hutan di wilayah kecil Zambia, yang terdapat di kawasan hutan. Populasinya menurun dan kemungkinan hanya tersisa kurang dari 10.000 individu di alam liar. Hal ini terjadi karena ancaman yang ada seperti penangkapan, hilangnya habitat, perubahan iklim, dan pengelolaan air.

Lovebird pipi hitam jarang dibudidayakan dibandingkan 2 jenis sebelumnya. Mereka tampaknya berkembang biak dengan cukup mudah, tetapi tidak pernah benar-benar dijadikan hewan peliharaan.

Agapornis lilianae 

Dikenal juga dengan lovebird Lilian/Nyasa, dimana bentuknya sangat mirip dengan Agapornis fischeri. Cara utama untuk membedakan keduanya adalah dengan fakta bahwa jenis Lilian bukanlah jenis yang umum dalam budidaya burung sehingga akan jarang terlihat di etalase penjual burung. Selain itu, lovebird ini rupanya tidak terlalu mudah untuk diternakkan.

Agapornis lilianae secara alami ditemukan di beberapa bagian Zambia, Malawi, Mozambik, Zimbabwe dan Tanzania. Di sini, ia mendiami habitat hutan atau sabana dan terutama memakan benih rumput.

Agapornis canus


Mari kita beralih ke satu-satunya spesies Agapornis yang tidak menghuni daratan Afrika, yaitu lovebird berkepala abu-abu. Secara ilmiah dikenal dengan nama Agapornis canus atau orang sering menyebutnya Madagascar lovebird.

Lovebird ini menghuni pulau besar Madagaskar, dan dapat ditemukan hidup di sekitar tepi hutan, padang rumput yang dipenuhi pohon palem, dan zona pertanian. Ia tidak terlalu pemalu di habitat aslinya, namun tidak terlalu populer sebagai hewan peliharaan kecuali di kalangan pecinta lovebird yang militan. Namun demikian, di penangkaran burung ini terlihat gugup dan sulit berkembang biak.

Agapornis taranta 


Lovebird ini berparuh merah dan hijau cerah juga dikenal sebagai lovebird bersayap hitam atau lovebird Abyssinian. Ini adalah burung jenis terbesar dengan panjang hingga 17 cm/6,7″ tetapi tidak umum dijadikan hewan peliharaan.

Lovebird sayap hitam secara alami cinderung ditemukan di habitat dataran tinggi di Eritrea dan Ethiopia, dimana ia berdiam di hutan dan memakan buah ara liar, buah juniper, dan terkadang juga tanaman pertanian.

Perbedaan visual antara burung jantan dan betina cukup jelas, yaitu bagian bawah sayap jantan biasanya berwarna hitam pekat dan dahinya berwarna merah cerah, sedangkan betina tidak ada. Secara populasi, jenis ini lebih banyak dan cinderung meningkat di alam.

Agapornis pullarius


Jenis ini dikenal sebagai lovebird berkepala merah atau berwajah merah, terlihat sangat mirip dengan lovebird bersayap hitam sebelumnya. Jantan dari kedua spesies ini mempunyai dahi merah yang khas, tetapi warnanya meluas sedikit lebih jauh pada jenis ini.

Berbeda dengan beberapa spesies Agapornis lainnya, lovebird kepala merah ini memiliki habitat alami yang cukup luas di kawasan tropis Afrika bagian barat dan tengah, yaitu ditemukan dari Guinea dan Sierra Leone di barat hingga Tanzania di timur. Ia lebih menyukai sabana dataran rendah yang lembab, zona setengah terbuka, dan lahan pertanian.

Spesies ini juga menunjukkan dimorfisme seksual yang cukup jelas, dimana jantan memiliki ciri khas wajah merah cerah, sedangkan betina memiliki warna wajah oranye pudar dan paruh berwarna kurang cerah.

Agapornis swindernianus


Spesies ini sama sekali tidak umum dalam budidaya burung, karena sifat pemalu di habitat alaminya sehingga sangat jarang  terlihat. Warna dasar burung ini adalah hijau dan paruhnya kehitaman, memiliki setengah cincin hitam di bagian belakang lehernya, sehingga dikenal dengan nama lovebird berkerah hitam.

Alasan utama kelangkaan lovebird kerah hitam di penangkaran adalah karena pola makan aslinya. Ia telah berevolusi untuk memakan spesies buah ara asli tertentu secara eksklusif, sehingga untuk menjaga kelangsungan hidupnya relatif sulit.

Agapornis roseicollis


Berikut ini mungkin spesies lovebird yang paling umum di antara semuanya, setidaknya sebagai hewan peliharaan. Burung ini lebih dikenal dengan sebutan lovebird berwajah persik atau  kemerahan. Secara alami ditemukan di Afrika barat daya, dari Angola hingga Afrika Selatan bagian utara. Ia tumbuh dengan baik di habitat kering mulai dari padang rumput yang sepi hingga sabana dan hutan yang lebih tertutup.

Bentuk liar lovebird muka persik mudah dikenali, warnanya hijau cerah selain bercak besar oranye di wajah dan dada bagian atas, serta beberapa bulu biru di bagian ekor. Paruhnya berwarna tanduk dan tidak ada dimorfisme seksual antara jantan dan betina.

Kehadirannya yang besar dalam budidaya burung telah menyebabkan banyak mutasi warna berbeda, seperti burung yang bertubuh kuning, bukan hijau. Ada juga variasi biru, berwajah putih dan masih banyak lainnya. Burung ini sangat sosial, cerdas, dan cenderung senang bergaul dengan pemiliknya jika mereka dijinakkan dengan baik.

Lovebird hibrid
Setelah kita mengetahui tentang jenis-jenis lovebird galur murni yang umumnya ditangkarkan, berikut ada juga jenis lovebird persilangan yang umumnya bertujuan untuk estetika atau “mutasi” warna bulu. Burung-burung hasil persilangan ini bisa disebut sebagai burung hibrid. Karena satu genus, banyak spesies lovebird yang bisa kawin silangkan. Terkadang keturunannya subur, seperti jika dua sejoli bercincin mata kawin, namun terkadang tidak, seperti dalam kasus penyatuan cincin mata ke non-cincin mata.

Beberapa habitat spesies Agapornis secara alami sedikit tumpang tindih, yang berarti hibridisasi terkadang terjadi juga di alam. Hal ini akan semakin sering terjadi karena habitat alami sejoli dipengaruhi oleh aktivitas manusia, apalagi jika ada praktek penangkaran yang sengaja menyilangkan. Baca juga : Ternak lovebird

Terkait fenomena hibrid, jika kita membeli burung lovebird atau ternak lain sebaiknya selalu pastikan berasal dari peternak atau pedagang hewan peliharaan yang memiliki reputasi baik untuk memastikan kualitasnya.  Lakukan riset sebelum membeli, apalagi jika tujuan kita ingin burung yang masih murni.

Persilangan antara cincin mata (Masked, Fischer’s, Nyasa) dan Peachfaced cukup mudah dikenali tetapi persilangan antara cincin mata bisa lebih sulit dikenali oleh mata yang tidak terlatih. Deskripsi di sini mengacu pada pewarnaan tipe normal atau liar.

Jika kita membeli burung lovebird untuk hobby dan tidak perduli galur murni atau tidak, maka burung hibrida tetap bisa menjadi burung yang menarik walaupun warnanya cenderung kusam dan kurang mencolok dibandingkan bentuk aslinya.  Namun jika kita adalah breeder yang harus menjaga galur murni, maka setiap spesies lovebird tidak boleh dipelihara dalam koloni campuran sehingga perkawinan silang tidak dapat terjadi. Jika terjadi perkawinan silang yang tidak disengaja, keturunannya harus dimusnahkan agar reputasi breeding kita tetap terjaga.

Demikian informasi terkait jenis-jenis lovebird, semoga bermanfaat.

Referensi :

  1. https://www.psittacology.com/types-of-lovebirds/
  2. https://www.albsaustralia.com/hybrid-lovebirds/

 

Antimicrobial Resistance (AMR)

Antimicrobial Resistance (AMR)

Resistensi antimikroba atau yang sering kita dengar dengan istilah antimicrobial resistance (AMR) dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi issue yang selalu diangkat. AMR ini menjadi penting karena mengancam proses pencegahan dan pengobatan yang efektif dari berbagai infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri, parasit, virus dan jamur. Antimikroba yang dimaksud disini termasuk antibiotik, antivirus, antijamur, dan antiparasit dimana merupakan obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan.

Kondisi AMR terjadi ketika bakteri, virus, jamur dan parasit yang berubah dari waktu ke waktu  tidak lagi merespon obat yang diberikan. Hal ini kemudian membuat infeksi lebih sulit diobati dan meningkatkan risiko penyebaran penyakit, penyakit menjadi lebih parah dan bisa juga berujung pada kematian. Obat yang tidak efektif ini membuat infeksi tetap ada di dalam tubuh, sehingga meningkatkan risiko penyebaran. Mikroba yang resisten kemudian sering disebut sebagai “superbugs”.

Resistensi antimikroba ini menjadi salah satu hal penting yang menjadi perhatian global. Yang sangat mengkhawatirkan adalah adanya penyebaran secara global yang terjadi cukup cepat dari  “superbugs” ini, yang menyebabkan infeksi yang tidak dapat diobati dengan obat antimikroba yang ada. Pada tahun 2017, untuk memandu penelitian dan pengembangan antimikroba, diagnostik, dan vaksin baru, Organisasi kesehatan dunia (WHO) mengembangkan daftar patogen yang menjadi prioritas penelitian dan pengembangan global. Lalu, pada tahun 2019 WHO telah mengidentifikasi 32 antibiotik guna penanganan patogen prioritas, namun hanya 6 di antaranya yang diklasifikasikan sebagai produk inovatif. Kurangnya akses terhadap antimikroba berkualitas saat ini masih tetap menjadi masalah utama.

Terkait kasus bakterial yang mulai tidak berespon terhadap sediaan antibiotik, menunjukkan bahwa telah terjadi resistensi obat yang menyebabkan infeksi tidak tertangani dengan baik. Tuntutan untuk berinovasi menemukan antibakterial baru sangat dibutuhkan. Disisi lain, harus ada aturan dan komitmen untuk mengubah cara penggunaan antibiotik yang saat ini terjadi sehingga antibiotik baru tidak bernasib sama dengan pendahulunya.

Resistensi antimikroba dapat ditemukan pada manusia, hewan, makanan, tanaman, dan lingkungan (air, tanah, udara). Penyebaran bisa terjadi antar manusia atau manusia dan hewan, termasuk dari makanan yang berasal dari hewan. Pendorong utama terjadinya AMR ini antara lain adalah penyalahgunaan dan penggunaan antimikroba yang tidak sesuai aturan serta kurangnya akses  air bersih, sanitasi dan kebersihan. Proses pencegahan dan pengendalian infeksi penyakit yang buruk di fasilitas layanan kesehatan dan peternakan juga menjadi faktor yang perlu kita antisipasi, karena akses obat-obatan, vaksin, dan diagnostik yang berkualitas sangat diperlukan. Selain itu, kurangnya kesadaran dan pengetahuan dari kita tentang cara penggunaan antimikrobia yang baik dan benar juga menjadi pemicu lainnya.

Issue AMR ini merupakan masalah kompleks yang memerlukan pendekatan multisektoral. Pendekatan “One Health” sudah diupayakan untuk menyatukan berbagai sektor dan pemangku kepentingan yang terlibat dalam kesehatan manusia, hewan darat dan air dan tumbuhan, produksi pangan dan pakan serta lingkungan. Komunikasi dan kerja sama dilakukan dengan desain dan implementasi program, kebijakan, legislasi serta penelitian untuk mencapai hasil yang lebih baik. Inovasi dan investasi yang besar diperlukan dalam penelitian dan pengembangan obat antimikroba baru, vaksin, dan alat diagnostik yang akurat. Program Antimicrobial Resistance Multi Partner Trust Fund (AMR MPTF), Global Antibiotic Research & Development Partnership (GARDP), AMR Action Fund adalah sebagian dari upaya penggalangan dana guna pencegahan AMR ini. Berikut adalah beberapa agenda atau kegiatan global yang menyangkut AMR :

Global Action Plan (GAP) ditetapkan tahun 2015, dimana secara global negara-negara di dunia berkomitmen pada kerangka kerja tentang AMR. Pengembangan dan implementasi GAP ini merupakan aksi multisektoral yang kemudian disahkan oleh badan pangan dunia (FAO) dan organisasi kesehatan hewan dunia (OIE/WOAH). Sebelum pengesahan GAP, sebenarnya organisasi kesehatan dunia (WHO) juga sudah melakukan upaya global untuk membendung AMR  pada tahun 2001 yang menyediakan kerangka kerja intervensi untuk memperlambat kemunculan dan mengurangi penyebaran AMR. Kemudian, pada pertemuan tingkat tinggi PBB pada September 2016, menegaskan fokus yang kuat pada pendekatan yang luas dan terkoordinasi yang melibatkan semua termasuk manusia, hewan, bidang kesehatan tanaman dan lingkungan. Oleh karena itu, saat ini WHO bekerja sama dengan FAO dan OIE/WOAH dalam pendekatan “One Health” untuk mempromosikan praktik terbaik untuk mengurangi tingkat AMR dan memperlambat perkembangannya.

Interagency Coordination Group (IACG) tentang AMR tahun 2016 menyatukan mitra di seluruh anggota PBB, organisasi internasional, dan individu dengan keahlian lintas manusia, kesehatan hewan dan tumbuhan, serta sektor pangan, pakan ternak, perdagangan, pembangunan dan lingkungan hidup, untuk menyusun rencana penanggulangan resistensi antimikroba. Hasilnya, IACG menyerahkan laporan dan rekomendasinya pada tahun 2019 dan menyatakan bahwa “no time to wait : secure the future from drug-resistant infections” artinya sesegera mungkin bertindak untuk mengamankan masa depan dari AMR. Akhirnya, FAO, OIE/WOAH dan WHO sampai saat ini terus bekerja sama mendorong keterlibatan berbagai pemangku kepentingan dalam AMR. Struktur tata kelola utama yang disepakati termasuk Global Leaders Group yang mulai bekerja pada November 2020, lalu ada the Independent Panel on Evidence for Action against AMR and the Multi-Stakeholder Partnership Platform. Untuk panel independen dan platform mitra pemangku kepentingan ini masih dalam proses.

World Antimicrobial Awareness Week (WAAW) atau pekan kesadaran antimikroba dunia telah dicanangkan sejak 2020. Kegiatan ini sudah dilakukan sejak 2015, namun hanya mencakup antibiotik saja, lalu diperluas dengan mencakup semua antimikroba termasuk antibiotik, antijamur, antiparasit, dan antivirus pada tahun 2020. Kampanye global ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan resistensi antimikroba di seluruh dunia dan mendorong praktek terbaik di kalangan masyarakat umum, petugas kesehatan, dan pembuat kebijakan untuk memperlambat perkembangan dan penyebaran infeksi yang resistan terhadap obat. Pekan kesadaran ini ditetapkan tanggal 18 – 24 November setiap tahunnya dengan slogan “Antimicrobials : Handle with Care”.

The Global Antimicrobial Resistance and Use Surveillance System (GLASS) atau sistem pengawasan penggunaan antimikrobia diluncurkan oleh WHO tahun 2015 untuk mengisi kesenjangan pengetahuan dan menginformasikan strategi di semua tingkatan masyarakat. Kegiatan ini menggabungkan data secara progresif dari pengawasan AMR pada manusia, pengawasan penggunaan obat antimikroba, serta AMR dalam rantai makanan dan lingkungan. GLASS memberikan pendekatan standar untuk pengumpulan, analisis, interpretasi, dan berbagi data dalam suatu negara dan wilayah, serta memantau status sistem pengawasan nasional yang ada dan yang baru.

Global Antibiotic Research and Development Partnership (GARDP) adalah kerja sama nirlaba yang mengembangkan penelitian terkait perawatan infeksi yang resistan terhadap obat. Diharapkan dengan adanya penelitian dan pengembangan yang dilakukan ini akan mengurangi ancaman kesehatan yang mungkin terjadi. GARDP bekerja lintas sektor untuk memastikan akses yang adil dalam pengobatan dan mempromosikan penggunaannya secara bertanggung jawab.

Dari sisi FAO, terkait program “One Health” yang dijalankan bersama, prioritasnya meliputi 1.) peningkatkan sistem peringatan dini terhadap hama dan penyakit hewan serta tumbuhan, termasuk penyakit zoonosis pada human-animal-plant-environment (HAPE), 2.) memperkuat biosekuriti untuk pengelolaan hama dan penyakit pada hewan dan tumbuhan, termasuk penyakit zoonosis, hama dan pengelolaan spesies asing invasif, 3.) memfasilitasi kesiapsiagaan dan respon darurat yang efektif untuk tindakan antisipatif dan respon terhadap keadaan darurat terhadap rantai makanan, masalah keamanan pangan dan peristiwa kesehatan lainnya pada manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan, 4.) meningkatkan manajemen risiko AMR di tingkat nasional, regional dan global dengan mendukung respon “One Health” terhadap AMR di sektor pangan dan pertanian, 5.) meningkatkan kinerja sistem melalui penguatan kontribusi terhadap program dan keanekaragaman hayati, serta kondisi ekosistem, kesehatan lingkungan, tanah, air, keamanan pangan, dan keberlanjutan sistem pertanian pangan.

Peran OIE/WOAH juga tidak kalah penting. Kejadian pandemi COVID-19 merupakan contoh krisis kesehatan masyarakat akibat virus yang berpotensi berasal dari hewan. Hal ini menjadikan validitas konsep “One Health” dalam memahami dan menghadapi resiko kesehatan global memang memerlukan upaya multisektoral. Tindakan pencegahan, kesiapsiagaan dan respon penyakit zoonosis (penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia, atau manusia ke hewan) menjadi  pendekatan yang sangat penting untuk proses pengendaliannya. Penyakit zoonosis yang menjadi prioritas antara lain adalah rabies, flu burung, dan ebola.

Sekali lagi, saat ini resiko kesehatan meningkat secara signifikan. Faktor pendukungnya adalah perubahan iklim dan tata guna lahan, praktek pertanian yang tidak berkelanjutan, globalisasi, dan perdagangan satwa liar. Hal ini memberikan banyak peluang bagi patogen untuk berevolusi menjadi bentuk baru yang meningkatkan resiko terjadinya AMR. Dan resiko tidak hanya untuk manusia karena penyakit juga dapat menular dari manusia ke hewan dan berdampak besar pada kesehatan hewan peliharaan maupun hewan liar. COVID-19, tuberkulosis dan influenza dapat menginfeksi atau berakibat fatal pada berbagai spesies hewan. Gorila dan simpanse yang memiliki susunan genetik mirip manusia juga sangat rentan terhadap penyakit jika manusia sedang tidak dalam kondisi sehat saat terjadi kontak.  Baca juga : Antibiotik dalam Kedokteran Hewan

Jadi, mengelola resiko kesehatan global saat ini tidak mungkin dilakukan sendirian karena membutuhkan kerja sama penuh dari sektor kesehatan hewan, manusia, tumbuhan dan lingkungan. Mari kita juga turut berperan serta aktif dalam mencegah kejadian AMR dengan tindakan nyata. Mari kita ikut mempromosikan pendekatan “One Health”, mengakui dan menyadari adanya saling ketergantungan antara kesehatan hewan, manusia dan lingkungan. Kesehatan hewan dan lingkungan sangat bergantung pada aktivitas manusia dan hubungan kita dengan alam dan disisi lain kesehatan hewan dan lingkungan juga menentukan kesehatan manusia.

Ayo sambut pekan kesadaran antimikrobial dunia bulan ini dengan berperan aktif dan mensosialisasikan bahaya AMR demi masa depan yang lebih baik.

Referensi :

  1. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antimicrobial-resistance
  2. https://www.fao.org/one-health/en
  3. https://www.woah.org/en/what-we-do/global-initiatives/one-health/
Antibiotik Dalam Dunia Kedokteran Hewan

Antibiotik Dalam Dunia Kedokteran Hewan

Dunia medis Kedokteran Hewan tentunya juga selalu dikaitkan dengan pilihan berbagai macam antibiotik atau obat-obatan untuk menangani suatu gangguan penyakit. Kemampuan obat antimikroba untuk menghentikan pertumbuhan atau membunuh agen penyebab penyakit umumnya tergantung pada mekanisme kerjanya dan konsentrasi obat pada tempat infeksi. Ketika obat dimasukkan ke dalam tubuh, obat tersebut dengan cepat dibawa melalui aliran darah ke hati, ginjal, dan organ lain yang secara kimiawi dapat mengubah atau mengurangi aktivitas antibakterinya dan meningkatkan ekskresinya.

Proses yang terjadi ketika terapi antibiotik atau obat diberikan adalah diawali dengan proses penyerapan/absorpsi dari rute pemberiannya (injeksi, per oral, sub kutan dll). Setelah diserap obat akan di distribusikan ke seluruh tubuh dan kemudian di eliminasi melalui metabolisme biokimia dan ekskresi melalui urin, empedu, atau rute lain merupakan parameter farmakokinetik.

Pemrosesan kimia dan fisiologis oleh tubuh, serta kelarutan lipid dan sifat kimia obat lainnya akan  mempengaruhi kemampuan obat untuk menembus jaringan yang terinfeksi dan kontak dengan patogen yang berada di cairan interstisial atau sel inang. Paparan awal patogen terhadap konsentrasi obat yang efektif / sensitif untuk periode waktu yang optimal secara langsung akan mempengaruhi tingkat keberhasilan klinis terapi obat antimikroba.

https://www.ema.europa.eu/en/documents/report/infographic-categorisation-antibiotics-use-animals-prudent-responsible-use_en.pdf

Penggunaan antimikrobia, terutama antibiotik saat ini sudah menjadi issue global terkait dengan AMR (antimicrobial resistance). Di eropa, aturan mengenai pembatasan penggunaan antibiotik sudah diberlakukan untuk mengantisipasi kejadian resistensi ini. AMR terjadi ketika bakteri, virus, jamur dan parasit berubah dari waktu ke waktu dan tidak lagi merespon obat-obatan sehingga membuat infeksi lebih sulit untuk ditangani dan meningkatkan risiko penyebaran penyakit, penyakit menjadi parah dan bisa berakhir dengan kematian. Obat-obatan menjadi tidak efektif dan infeksi tetap ada di dalam tubuh sehingga berpotensi meningkatkan risiko penyebaran.

Antimikroba – termasuk antibiotik, antivirus, antijamur, dan antiparasit adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Mikroorganisme yang mengembangkan resistensinya terhadap antimikroba sering ita kenal dengan istilah “superbug”.

Terkait dengan usaha peternakan yang baik, program pengendalian penyakit umumnya meliputi 3 hal, yaitu biosekuriti, vaksinasi dan medikasi. Kebersihan lokasi kandang adalah landasan untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan hewan di peternakan kita, dan kita juga perlu merawat hewan peliharaan/ternak kita secara bertanggung jawab. Program pencegahan penyakit saat ini lebih ditekankan dengan pelaksanaan vaksinasi, sedangkan jika muncul kejadian penyakit maka medikasi baru bisa dilakukan dengan antibiotik atau support terapi lainnya tergantung dengan hasil diagnosa yang ditegakkan.  Baca juga : Animal welfare

Terkait dengan AMR, maka para peternak, dokter hewan, dan semua yang terlibat dalam perawatan kesehatan hewan memiliki kewajiban moral dan hukum untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan hewan di bawah pengawasan mereka.  Hal itu sekali lagi termasuk penggunaan antibiotik yang bijaksana. Aspek penting lain dari penggunaan antibiotik yang bijak adalah peran kita dalam  memproduksi bahan makanan  asal hewan yang aman dan sehat. Tanpa penggunaan antibiotik yang tepat, hewan peliharaan dan ternak akan menanggung rasa sakit dan penderitaan, serta produksi makanan yang aman dapat terancam dan beresiko meningkatkan kejadian AMR. Baca juga : Kontrol Penyakit pada ternak babi

https://www.researchgate.net/figure/Classification-of-antibiotic-classes-according-to-their-method-of-bacterial-eradication_tbl1_324835269

WHO merekomendasikan agar para peternak dan industri makanan berhenti menggunakan antibiotik secara rutin sebagai growth promotor untuk mendorong pertumbuhan dan mencegah penyakit pada hewan yang sehat. Hal ini bertujuan untuk membantu melestarikan efektivitas antibiotik yang penting untuk pengobatan manusia dengan mengurangi penggunaan yang tidak perlu pada hewan. Di beberapa negara, sekitar 80% dari total konsumsi antibiotik yang penting secara medis adalah di sektor hewan.  Baca juga : Biosekuriti di era new normal

Yuk perduli AMR, dengan bijak dalam menggunakan terapi antimikrobia, mengoptimalkan program vaksinasi dan perbaikan managemen kandang serta biosekuriti yang baik…

Referensi :

  1. https://amrls.umn.edu/antibiotics-veterinary-medicine
  2. https://www.researchgate.net/publication/324835269_Methodology_for_revising_the_dosages_of_older_antibiotics
  3. https://www.ema.europa.eu/en/documents/report/infographic-categorisation-antibiotics-use-animals-prudent-responsible-use_en.pdf
  4. https://www.noah.co.uk/focus-areas/antibiotics-for-animals/
  5. https://www.who.int/news/item/07-11-2017-stop-using-antibiotics-in-healthy-animals-to-prevent-the-spread-of-antibiotic-resistance
  6. https://ahi.org/animal-antibiotics/
  7. https://www.who.int/health-topics/antimicrobial-resistance
  8. https://www.adprc.unair.ac.id/2018/04/19/amr-center-of-excellence/
Prospek Peternakan tahun 2022

Prospek Peternakan tahun 2022

Tahun baru 2022 sudah kita jalani saat ini. Bagi sebagian besar pelaku usaha peternakan, situasi sekarang ini mungkin masih belum jauh berbeda dengan kondisi yang dihadapi dalam beberapa tahun terakhir. Pandemi covid-19 masih menjadi tantangan yang cukup mengganggu stabilitas usaha, disamping faktor lain seperti penyakit African Swine Fever (ASF) pada ternak babi dunia dan juga kenaikan bahan baku pakan yang signifikan.

Menilik laporan akhir tahun 2021, tentang “Prospek Protein Hewan Global 2022” dari Justin Sherrard, ahli strategi global untuk protein hewani di RaboResearch Food & Agribusiness, memprediksi kemungkinan berlanjutnya volatilitas pasar untuk sektor protein global. Harga akan tetap kuat pada 2022, didukung oleh permintaan dan batasan pasokan yang berkelanjutan. Tetapi harga yang lebih tinggi itu tidak selalu berarti produsen akan memiliki banyak ruang bernapas yang luas mengingat adanya perubahan biaya produksi.

Di Amerikan Utara, harga pakan untuk tahun 2022 diproyeksikan akan tetap tinggi dibandingkan dengan 5 tahun terakhir. Monitor harga pakan Rabobank menunjukkan indeks harga unggas dan indeks harga daging babi berada pada level yang sama atau di bawah indeks pakan, sedangkan indeks harga daging sapi lebih positif. Inflasi akan terus mendorong harga pangan dan harga daging global pada titik tertinggi sejak 2014. Masalah utama lainnya untuk sektor ini adalah kendala tenaga kerja, biaya pengiriman yang tinggi, dan biaya energi.

Secara global, protein hewani berkelanjutan terus mendapatkan momentum. Rabobank melaporkan bahwa tahun 2021 (Januari – Agustus), penerbitan pinjaman/obligasi melanjutkan pertumbuhannya yang stabil. Laporan tersebut mencatat bahwa sementara konsumen “belum menunjukkan kesediaan untuk membayar harga yang lebih tinggi untuk bahan makanan yang lebih berkelanjutan.” Selain itu, ada juga tekanan di bidang peningkatan efisiensi, reputasi brand, modal dan peraturan akan terus berlanjut dan memotivasi rantai pasokan protein untuk menekankan dan  menumbuhkan usaha yang berkelanjutan.

Berikut adalah market analisis yang dikeluarkan oleh United States Department of Agriculture
Foreign Agricultural Service pada tanggal 12 January 2022 lalu. Kita bisa menggunakan ini  sebagai gambaran situasi yang terjadi pada usaha peternakan di dunia pada tahun 2021 dan juga potensi yang ada di tahun 2022 :

Kita awali dari Cina, negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia yang tentunya menjanjikan pasar yang luar biasa besar. Total pasokan daging China pada tahun 2022 diperkirakan mencapai 79 juta ton. Hal ini naik 7 % dari perkiraan sebelumnya dan melebihi total pasokan daging sebelum munculnya kasus ASF. Produksi daging babi diperkirakan akan tumbuh untuk tahun kedua berturut-turut, sementara harga babi sudah terkoreksi turun dari level rekor yang terjadi beberapa tahun terakhir (menguat sejak mencapai titik terendah pada musim gugur).

Untuk produsen dengan skala yang lebih kecil, kemungkinan besar masih akan terus berjuang dalam situasi harga saat ini. Namun, bagi produsen skala besar yang masih mempunyai dukungan dana kemungkinan masih bisa menutup biaya produksi dan bahkan melakukan ekspansi dan  modernisasi agar bisa meningkatkan market share. Dukungan pemerintah Cina yang cukup besar juga diharapkan dapat mempercepat tren menuju kelanjutan konsolidasi pasca ASF, dan juga  memberikan insentif/stimulus bagi pelaku usaha untuk terus memelihara dan memasarkan babi.

Dengan asumsi Cina mampu keluar dari situasi sulit ini, maka diprediksi pasokan daging babi domestik akan melimpah sehingga menyebabkan impor daging babi tahun 2022 turun 12 % dari perkiraan sebelumnya. Walupun demikian, tahun 2022 impor tetap tinggi menurut standar historis yang sudah terjadi. Secara keseluruhan, pasokan daging babi diperkirakan akan mencapai 53,7 juta ton pada tahun 2022 di Cina.

Beralih ke segmen poultry di Cina, total pasokan daging ayam pada tahun 2022 diperkirakan mencapai 15,1 juta ton, turun 1% dari proyeksi bulan Oktober 2021. Pada saat outbreak ASF terjadi beberapa tahun lalu, populasi ayam terus meningkat signifikan sehingga diperkirakan akan menekan angka import tahun ini sampai 11 %. Pasokan daging sapi juga diperkirakan turun hampir 1 % tahun 2022 menjadi 10,2 juta ton karena ekspektasi impor yang stabil dan perkiraan produksi yang sedikit lebih rendah. Impor di Cina kemungkinan masih menjadi menjadi bagian dari proses pemenuhan konsumsi masyarakat yang juga terus meningkat. Produk dalam negeri juga terus berjuang untuk bersaing baik dalam harga maupun kualitasnya.

Setelah kita mengetahui gambaran pasar di Cina, berikut adalah analisa pasar global yang bisa kita cermati bersama :

Daging sapi
Produksi daging sapi global tahun 2022 meningkat dari Oktober 2021 sebesar 58,2 juta ton. Produksi daging sapi Brasil turun 2 % tahun 2021 karena terganggunya penjualan ke Cina pada kuartal keempat. Selain itu, bulan September 2021 Brasil juga melaporkan deteksi atipikal bovine spongiform encephalopathy (BSE) yang menyebabkan Cina untuk sementara membatasi impor daging sapi. Saat ini, masalah sudah terselesaikan dan permintaan dari Cina diharapkan dapat membantu kembali memacu produksi daging sapi Brasil pada tahun 2022.

Di Australia, produksi tahun 2022 diperkirakan lebih tinggi dari sebelumnya. Dengan adanya pemulihan dan pembangunan kembali populasi yang berjalan dengan baik serta beberapa penundaan pemotongan pada bulan Desember karena cuaca buruk yang mempengaruhi transportasi. Perubahan ini cukup mampu mengimbangi pemotongan ke Uni Eropa (UE) dan Cina, dengan memoderasi pertumbuhan produksi yang berimbas pada kecukupan pasokan daging sapi secara global.

Ekspor daging sapi global untuk tahun 2022 diprediksi juga mengalami kenaikan 1 % menjadi 12 juta ton. Hal ini terjadi karena kenaikan populasi di Argentina, Australia, dan Brasil lebih banyak daripada penurunan yang terjadi di Uni Eropa dan Jepang. Impor global kemungkinan besar tidak akan berubah signifikan. Dengan adanya resolusi masalah penyakit BSE antara Brasil dan Cina, maka impor daging sapi Cina tidak berubah karena permintaan yang cukup tinggi dari tahu ke tahun.

Uraian dari Josh Maples dari Mississippi State University menyatakan bahwa pasar sapi di akhir tahun 2021 jauh lebih kuat daripada beberapa tahun terakhir. Optimisme untuk harga yang lebih tinggi pada tahun 2022 telah dibangun selama berbulan-bulan dan aktivitas pasar yang terjadi juga menambah optimisme untuk itu.  Harga kontrak berjangka sapi untuk tahun 2022 yang diperdagangkan di CME juga mencerminkan optimisme akan harga yang lebih tinggi. Awal tahun baru ini adalah saat yang tepat untuk mempertimbangkan peluang dan manajemen risiko yang mungkin berguna di beberapa titik sepanjang tahun. Sebagai pelaku pasar, dengan prospek optimis tahun 2022 ini tetap harus diwaspadai risiko dan hambatan yang mungkin muncul yang berpotensi memberikan dampak pada pasar.


Daging Babi
Produksi daging babi global tahun 2022 kemungkinan akan naik 5 % dari Oktober 2021 menjadi 109,9 juta ton. Hal ini tentunya terjadi karena pemulihan produksi di Cina sendiri yang naik 13 % dari perkiraan sebelumnya menjadi 49,5 juta ton. Pemulihan breeding Cina dilaporkan mencapai puncaknya pada pertengahan tahun 2021. Walaupun kemudian populasi kembali tertekan tetapi pada tahun 2022 ini diprediksi akan mampu memenuhi level kecukupan untuk persediaan di atas  tahun lalu. Produktivitas ternak babi juga meningkat karena babi yang kurang efisien sudah digantikan dengan bibit yang baik. Dengan perbaikan kondisi ini diharapkan dapat mendukung ketersediaan pasar daging babi, terutama pada semester pertama tahun ini.

Ekspor daging babi global pada tahun 2022 diperkirakan mencapai 12,3 juta ton, turun 3 % karena melemahnya permintaan impor dari China. Hal ini bisa mengimbangi permintaan yang lebih tinggi dari Jepang (+2 %) dan Korea Selatan (+3 %) di mana pemulihan ekonomi dan ketersediaan daging babi yang lebih besar di pasar internasional tentunya akan mendukung perdagangan. Impor Meksiko juga diperkirakan 4 % lebih tinggi dari perkiraan.

Lee Schulz, ekonom pemasaran peternakan di Iowa State University mengatakan bahwa kondisi harga yang membaik biasanya akan menarik pelaku usaha untuk memulai usaha dan melakukan ekspansi. Harga daging babi tahun 2021 adalah yang tertinggi sejak 2014, dan ada kemungkinan akan turun tahun 2022. Yang menjadi perhatian besar sekali lagi adalah biaya produksi, dimana ternyata tahun 2021 lebih tinggi 30% dibandingkan pada tahun 2020. Faktor yang bisa mempengaruhi harga adalah penyebaran kasus ASF, kondisi ekonomi domestik dan global, dan harga biji-bijian/bahan baku. Baca juga : Biosekuriti di era new Normal


Daging ayam
Produksi daging ayam global tahun 2022 diperkirakan sebesar 100,8 juta ton, hampir tidak berubah dari Oktober 2021. Sebuah prospek yang lebih baik untuk produksi di Amerika Serikat umumnya diimbangi oleh ekspektasi yang lebih rendah dari pertumbuhan di UE yang terus dihantui oleh wabah Flu Burung (HPAI). Produksi di Brasil meningkat sedikit ke rekor 14,8 juta ton karena adanya permintaan luar negeri dan domestik yang relatif kuat. Prospek untuk Cina tetap tidak berubah karena perusahaan integrator masih mampu mengatasi fluktuasi harga daging broiler yang lebih rendah karena tingkat profitabilitas yang relatif baik di hatchery/usaha penetasan dan hasil olahannya.

Ekspor daging ayam dunia untuk tahun 2022 naik 1 % menjadi 13,4 juta ton. Eksportir di Brasil diperkirakan mencapai rekor 4,3 juta ton meskipun ada penurunan permintaan dari Cina. Amerika Serikat diperkirakan naik < 1 %, yaitu 3,4 juta ton karena prospek yang lebih baik untuk pasar utama mereka ke Meksiko, Kuba, dan Angola. Sementara itu, ekspor Thailand kemungkinan lebih rendah karena industrinya terus pulih dari COVID-19, walaupun belum bisa kembali ke level yang sama sebelum pandemi.

Setelah kita mendapatkan update dari analisa pasar global, lalu bagaimana dengan prospek peternakan di Indonesia tahun ini?? Pada 16 Desember 2021 lalu, ASOHI mengadakan webinar mengenai “Outlook Bisnis Peternakan” yang melibatkan hampir semua pelaku usaha di bidang perunggasan, ruminansia, babi dan juga industri obat hewan. Secara singkat, berikut adalah gambaran evaluasi dan potensi yang disampaikan dalam agenda nasional tersebut :

Poultry. Potret industri perunggasan pada tahun 2018-2021 menunjukkan fluktuasi harga livebird ayam ras pedaging yang sangat tinggi, sedangkan harga telor relatif stabil walaupun dalam beberapa waktu juga mengalami koreksi yang lumayan dalam. Dilain pihak, tren harga yang cinderung mengalami penurunan ini diikuti dengan peningkatan beban biaya produksi (terutama biaya pakan) sehingga kondisi perunggasan sangat merugikan bagi pelaku usaha.

Dengan situasi tantangan ini, banyak peternak rakyat mandiri yang tidak mampu bertahan sedangkan perusahaan integrator yang mempunyai dana besar relatif aman dan mampu bertahan, bahkan melakukan ekspansi.

Bulan Juli 2021 adalah titik terendah harga livebird, dimana terjadi penurunan permintaan dan juga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4. Hal ini membuat penyerapan di sektor perhotelan, restoran, rumah makan dan rumah tangga mengalami koreksi sampai dibawah harga pokok produksi yang sudah mencapai 19,000.  Pengembangan rumah potong ayam dengan cold storage menjadi alternatif untuk menampung over supplai yang terjadi, namun demikian hal ini tentunya harus diimbangi dengan kebijakan yang tepat. Surplus day old chick (DOC) pada tahun 2021 berimbas juga pada kebijakan cutting HE dan afkir dini untuk menstabilkan harga pasar.

Tahun 2022 sepertinya kondisi tidak akan berbeda jauh. Pengaturan suplai dan demand pasar broiler harus benar-benar dijalankan agar situasi bisnis lebih kondusif dan menguntungkan, sedangkan untuk pasar petelor diharapkan juga bisa meningkat dan para peternak tetap optimis walaupun dimasa yang sulit.

Sapi. Jika melihat kondisi saat ini, ketergantungan import untuk memenuhi kebutuhan daging sapi dalam negeri masih relatif tinggi. Namun demikian, tingginya ketergantungan kita terhadap pasokan dari Australia akhirnya menjadi masalah besar di negara kita ketika supplai mengalami gangguan sehingga import daging kerbau beku dari India juga sempat dilakukan. Realisasi import bakalan para feedlotter bahkan mengalami penurunan dalam 3 tahun terakhir karena ketersediaan yang terbatas.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan populasi ternak dan produksi daging sapi dan kerbau sebenarnya sudah cukup banyak. Program Sikomandan, desa korporasi sapi, pengembangan breed baru dll. Namun pada kenyataanya, peningkatan populasi yang sudah dilakukan setiap tahun ternyata tidak mampu menurunkan gab konsumsi nasional jika hanya mengandalkan produksi dalam negeri. Jadi, secara potensi pasar sebenarnya ada peluang, hanya saja kondisi pelemahan ekonomi akibat pandemi dan biaya produksi yang tinggi membuat para pelaku usaha juga masih harus menghitung ulang dalam menjalankan usahanya. Baca juga : Tantangan peternakan sapi potong

Industri sapi perah juga tidak kalah menarik. Populasi dalam negeri yang cinderung berjalan ditempat membuat pemenuhan air susu masih tergantung juga dari import. Peluang cukup terbuka untuk segmen ini, sehingga diperlukan banyak investor yang mau mengembangkan usaha peternakan sapi perah demi meningkatkan produksi air susu guna pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Baca juga : Peternakan sapi perah di Indonesia

Babi. Peternakan babi di Indonesia saat ini secara populasi mengalami penurunan yang sangat tajam akibat dari wabah ASF. Dalam kondisi ini, peternak yang kandangnya aman dari serangan ASF tentunya mendapatkan keuntungan yang relatif besar, mengingat harga saat ini cukup tinggi. Jika estimasi pemulihan populasi ternak babi saat ini berkisar 10 %/tahun, maka diperlukan waktu minimal 6 tahun lagi untuk kembali ke posisi sebelum outbreak ASF.  Baca juga : Proses repopulasi pasca ASF

Vaksin ASF yang sampai saat ini masih dalam proses development membuat banyak pelaku usaha yang menunggu atau beralih ke usaha lainnya. Kondisi peternakan babi di Indonesia, terutama backyard farm umumnya berada dalam 1 komplek peternakan memerlukan kerja sama dan keterbukaan antar peternak. Hal yang sampai saat ini relatif sulit untuk dilakukan. Jika belajar dari kasus ASF kemarin, ketika biosekuriti tidak dilakukan dengan standart yang ketat maka virus akan dengan mudah menyerang dan menghabiskan semua populasi babi di suatu wilayah.

Jika kita pelaku usaha yang mempunyai profil resiko yang moderat, maka usaha peternakan babi ini memiliki potensi keuntungan yang cukup baik. Namun, semuanya harus dipersiapkan dengan baik. Investasi di fasilitas kandang terutama biosekuriti memegang peran yang paling penting dalam pencegahan penyakit ASF. Perlu upaya bersama dalam usaha mengembalikan populasi ternak babi di Indonesia. Baca juga : Kontrol penyakit pada ternak Babi

Apa yang bisa kita dapatkan dari analisa ini? Tahun 2022 adalah momentum pemulihan ekonomi dimana pandemi sudah mulai relatif lebih terkendali. Tantangan usaha tentunya masih akan terus ada, baik itu dari sisi penyakit maupun biaya produksi yang tinggi sehingga setiap pelaku usaha harus melakukan analisa kembali untuk bisa bertahan ataupun berkembang disituasi yang sulit saat ini.

Semoga bermanfaat. Tetap semangat dan optimis. Maju terus peternakan Indonesia!!

Referensi :

  1. https://apps.fas.usda.gov/psdonline/circulars/livestock_poultry.pdf
  2. https://www.dtnpf.com/agriculture/web/ag/livestock/article/2021/11/23/input-costs-will-continue-challenge
  3. https://www.beefmagazine.com/beef/cattle-markets-2022
  4. https://www.agupdate.com/iowafarmertoday/news/livestock/strong-livestock-prices-should-hold-in-2022-economist-says/article_c7f9ab92-67ff-11ec-b83a-8b9e33617e4b.html
  5. https://www.drovers.com/news/beef-production/cattle-outlook-optimistic-2022
  6. <a href=”https://www.freepik.com/vectors/infographic”>Infographic vector created by nucleartist – www.freepik.com</a>
  7. Webinar Nasional ASOHI “Outlook Bisnis Peternakan” tanggal 16 Desember 2021
Animal Welfare

Animal Welfare

Animal welfare atau kesejahteraan hewan menurut Kode Terestrial OIE berarti keadaan fisik dan mental hewan dalam kaitannya dengan kondisi di mana ia hidup dan mati. Sedangkan konsep kesejahteraan hewan mencakup 3  elemen, yaitu fungsi biologis normal hewan (memastikan hewan itu sehat dan bergizi baik), keadaan emosinya (tidak ada emosi negatif seperti rasa sakit dan ketakutan kronis), dan kemampuannya untuk mengekspresikan perilaku normal tertentu. Tidak semua perilaku sama pentingnya dalam hal kesejahteraan hewan. Dari sudut pandang praktis, kita bisa melihat dari ada tidaknya respons stres atau perilaku abnormal ketika hewan mendapatkan suatu perlakuan.

Prinsip kesejahteraan hewan meliputi ‘5 FREEDOM’.  Sejak tahun 1965 kebebasan ini sudah diakui secara luas dan menggambarkan harapan masyarakat terhadap kondisi yang harus dialami hewan ketika berada di bawah kendali manusia, yaitu bebas dari kelaparan, kekurangan gizi dan kehausan; bebas dari ketakutan dan kesusahan; bebas dari tekanan panas atau ketidaknyamanan fisik; kebebasan dari rasa sakit, cedera dan penyakit; dan bebas untuk mengekspresikan pola perilaku normalnya.

Nutrisi.  Faktor yang melibatkan akses hewan ke makanan dan air yang cukup, seimbang, bervariasi, dan bersih. Hal ini berarti kita sebagai peternak/pemilik hewan harus menjamin ternak/hewan yang kita pelihara tidak merasakan kelaparan dan kehausan yang berkepanjangan. Kita bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan makan dan minumnya.
Lingkungan. Faktor yang menimbulkan kenyamanan melalui suhu, substrat, ruang, udara, bau, kebisingan, dan prediktabilitas. Artinya kita harus menyediakan tempat/kandang yang baik, nyaman untuk istirahat dan beraktifitas.
Kesehatan. Faktor yang memungkinkan terjaganya kondisi kesehatan. Tidak adanya penyakit, cedera dan gangguan kesehatan lainnya dengan tingkat kebugaran yang baik. Jadi kita bertanggung jawab untuk melaksanakan manajemen pemeliharaan yang baik, baik itu dengan pemberian vaksin ataupun vitamin. Selain itu, jika kita harus melakukan prosedur kebiri, potong ekor/gigi/tanduk, operasi sesar maka harus dilakukan dengan prosedur yang benar dan menimbulkan rasa sakit yang minimal.
Perilaku. Faktor yang memberikan tantangan lingkungan yang bervariasi, baru dan menarik. Ternak/hewan yang kita pelihara bisa tetap berekspresi sesuai dengan habitat aslinya sehingga ada keseimbangan dari aspek negatif dan positif saat mereka didomestikasi. Hubungan antara manusia dan ternak/hewan idealnya harus baik, sehingga mereka tidak ada rasa takut dengan kehadiran kita.
Keadaan Mental. Jika kita sebagai peternak/pemilik hewan yang mampu menghadirkan situasi positif dalam empat domain fungsional sebelumnya, maka keadaan mental ternak/hewan juga akan mendapat manfaat dari sebagian besar keadaan positif. Kita harus mampu menghadirkan kesenangan, kenyamanan, atau vitalitas sambil mengurangi keadaan negatif seperti ketakutan, frustrasi, kelaparan, rasa sakit, atau kebosanan.

International_Standards_for_Animal_Welfare

Istilah “kesejahteraan hewan” semakin banyak digunakan oleh perusahaan, konsumen, dokter hewan, politisi, dan lainnya, namun bisa memiliki arti yang berbeda satu sama lain tergantung sudut pandangnya. Di masa lalu, dokter hewan dan peternak melihat kesejahteraan hewan terutama dari segi tubuh dan lingkungan fisik, yang mencakup perkandangan dan pakan misalnya.

Penelitian tentang aspek kesejahteraan hewan juga berfokus pada tubuh untuk memeriksa bagaimana hewan mengatasi lingkungannya, namun ada batasan terkait genetika. Kita mungkin bisa  menghasilkan fisik/perbaikan genetik yang diinginkan, tetapi kondisi mental ternak/hewan sebenarnya  terganggu. Selain itu, dalam menilai apakah status kesejahteraan yang diberikan dapat diterima secara moral atau tidak, ilmuwan kesejahteraan hewan juga harus menyadari bahwa berdasarkan ilmiah, definisi operasional kesejahteraan hewan tentu akan sangat dipengaruhi oleh pemahaman moral masyarakat juga.

Kesejahteraan hewan tidak hanya mencakup keadaan tubuh ternak/hewan, tetapi juga perasaannya. Sebagian besar akan setuju bahwa hewan juga memiliki perasaan (senang, takut, frustrasi) dan ini  adalah kondisi penting yang harus dipenuhi jika kita memutuskan untuk memelihara mereka. Ketika kita menjalankan usaha peternakan (unggas, ruminansia, babi dll), jika semua aspek pemeliharaan yang meliputi perkandangan, vaksinasi dan medikasi, pakan, biosekuriti dan lainnya dipenuhi maka ternak akan memberikan performa yang baik. Namun, jika kita memelihara asal-asalan, maka ternak/hewan akan tidak nyaman dan akhirnya terserang penyakit. Baca juga : Biosekuriti di era New Normal.

Terkait dengan pendekatan berbasis perasaan, pada dasarnya hewan akan hidup dengan baik jika mereka dapat berprilaku sesuai dengan kodratnya. Ketika kita memutuskan untuk memelihara mereka di lingkungan kita, penderitaan fisik (kepanasan/kedinginan) dan penderitaan mental (ketakutan, stress) adalah aspek yang harus ditimbangkan sehingga kita mampu memenuhi 5 kebebasan yang diperlukan ternak/hewan kita. Jika kita adalah peternak atau pemilik hewan, maka kita sekali lagi harus harus menjamin kesehatan hewan yang kita pelihara. Kita bisa juga berperan dalam menjaga kesejahteraan hewan dengan minimal tidak menyiksa hewan-hewan liar/terlantar, memberikan pakan atau mengadopsi.

Penerapan animal welfare di Indonesia. Pemerintah juga telah mengeluarkan beberapa peraturan mengenai kesejahteraan hewan ini, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan Dan Kesehatan Hewan. Pada pasal 66A dijelaskan  bahwa “Setiap orang dilarang menganiaya dan/atau menyalahgunakan hewan yang mengakibatkan cacat dan/atau tidak produktif”. Pasal 302 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menyatakan ancaman pidana penjara paling lama 3 bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah karena melakukan penganiayaan ringan terhadap hewan”. Dari peraturan tersebut, jelaslah bahwa kita harus memenuhi kesejaahteraan hewan dan dilarang berperilaku buruk terhadap hewan.

Hukum kesejahteraan hewan Indonesia memiliki banyak aspek positif. UU 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang merupakan bagian utama dari undang-undang kesejahteraan hewan,  banyak didukung oleh peraturan atau bekerja sama dengan undang-undang lain yang mengatur industri yang berbeda dan spesies hewan.  Peraturan 95 Tahun 2012 Tentang Kesehatan Masyarakat dan Kesejahteraan Hewan, dan UU 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan mereka Ekosistem adalah salah satunya.

Banyak bagian dari undang-undang kesejahteraan hewan Indonesia selaras dengan 5 Kebebasan, atau standar internasional lainnya yang diakui, seperti standar kesejahteraan hewan OIE. Hal ini terutama lazim dalam undang-undang tentang peternakan. Demikian pula, Unit Kejahatan Satwa Liar Indonesia yang berdedikasi dan pertemuan kesejahteraan hewan dua tahunan patut diapresiasi. Pemerintah Indonesia juga menunjukkan partisipasi aktif dalam isu kesejahteraan hewan regional melalui keanggotaannya di ASEAN. Pemerintah Indonesia juga memperbarui KUHP mereka tentang hukuman atas kekejaman terhadap hewan, menunjukkan adanya kemauan politik di tingkat nasional untuk perubahan positif bagi kesejahteraan hewan.

Referensi :

  1. https://www.oie.int/en/what-we-do/animal-health-and-welfare/animal-welfare/
  2. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC340178/ What is animal welfare? Common definitions and their practical consequences
  3. https://imakahi.fkh.ugm.ac.id/2018/04/28/kajian-seberapa-pentingkah-animal-welfare/
  4. https://api.worldanimalprotection.org/country/indonesia
  5. https://www.fawec.org/media/com_lazypdf/pdf/fs1-en.pdf What is animal welfare?
  6. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1090023311002048 Animal welfare: At the interface between science and society
Kontrol Penyakit Ternak Babi

Kontrol Penyakit Ternak Babi

Terlepas dari berapa banyak ternak yang kita pelihara, kita adalah bagian dari industri peternakan yang besar dan beragam. Kita sebagai pelaku usaha peternakan bertanggung jawab untuk menjaga ternak kita dari ancaman penyakit. Dari hal kecil ini, maka kita juga berperan dalam menjaga semua kawanan ternak di lingkungan sekitar kita, di wilayah Indonesia lainnya bahkan dunia untuk tetap sehat juga. Kawanan ternak yang sehat dimulai dengan memelihara ternak yang sehat di lingkungan kandang kita. Elemen penting dalam pengendalian penyakit kurang lebih ada 3 hal, yaitu biosekuriti, medikasi dan vaksinasi.

Keamanan hayati dimulai saat kita membeli ternak. Managemen pemeliharaan yang baik menjadi kunci dalam kesuksesan kita beternak. Misalkan kita akan memulai beternak babi, maka selain lokasi dan fasilitas kandang yang nyaman dan memadai sangat penting untuk kita memilih bibit yang sehat. Kita bisa membeli dari peternak/breeder yang terpercaya dan mempunyai reputasi baik. Jika kita berbicara peternakan babi, idealnya saat kita membeli calon induk babi harus dilakukan proses aklimatisasi sehingga babi ini siap untuk masuk dalam lokasi kandang kita yangmana tantangannya mungkin berbeda dengan lokasi kandang asalnya. Pada peternakan skala industri, penerapan sistem pemeliharaan all in all out menjadi hal yang penting dalam proses pengendalian penyakit ini. Penggunaan preparat hormon biasanya menjadi opsi intervensi yang dilakukan para peternak agar kondisi pig flow berjalan dengan baik. Manajemen pakan juga menjadi hal yang krusial karena menyangkut kecukupan nutrisi yang nantinya berkaitan dengan performance kandang. Ketika kita memelihara ternak secara intensif, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan guna menunjang performa peternakan kita. Anak kandang juga menjadi faktor penentu keberhasilan beternak. Jika kita memiliki anak kandang yang baik, yang bisa melayani ternak kita dengan penuh kasih sayang, maka hal ini bisa menjadi faktor penentu dalam keberhasilan kita dalam beternak.

Yang selanjutnya adalah biosekuriti. Biosekuriti adalah tindakan pencegahan yang diambil untuk meminimalkan risiko masuknya penyakit menular ke dalam populasi hewan sehingga setiap kebijakan dan tindakan yang diambil mampu untuk melindungi ternak kita sehingga pasokan pangan dan sumber daya peternakan untuk konsumsi masyarakat bisa terpenuhi dengan aman. Biosekuriti umumnya akan melibatkan proses pengendalian lalu lintas orang, kendaraan, sumber pakan, peralatan atau hewan lain yang beresiko menyebarkan penyakit ke kandang babi kita. Penerapan biosekuriti 3 zona pada lokasi peternakan sudah umum diterapkan dalam upaya pelaksanaan program biosekuriti ini. Pada peternakan modern, keberadaan fasilitas tempat mandi, pakaian dan sepatu bot khusus di area peternakan sangat penting. Orang yang akan masuk ke area bersih di lokasi kandang harus melewati beberapa screening untuk memastikan tidak ada patogen yang terbawa masuk dan beresiko untuk menulari ternak kita. Mereka harus mandi, ganti pakaian dan sepatu booth khusus untuk aktifitas di dalam kandang. Baca Juga : Biosekuriti di era new normal

Medikasi adalah program pemberian suplemen atau pengobatan terhadap kondisi yang terjadi pada peternakan kita. Jika kita berbicara peternakan babi, maka yang menjadi perhatian antara lain adalah kasus diare dan anemia pada anak babi. Pada umumnya para peternak akan melakukan tindakan pencegahan terhadap kasus koksidiosis dengan menggunakan preparat toltrazuril. Sedangkan untuk kasus anemia, pemberian zat besi akan membantu dalam mengurangi resiko kasus ini. Baca juga : Manajemen Pemeliharaan Anak Babi

Pada saat proses kelahiran piglet, kolostrum induk sangat penting. Pada kolostrum ini, anak babi akan mendapatkan kekebalan dari induk yang berguna untuk menjaganya dari serangan penyakit di awal kehidupan. 2 hari pertama setelah kelahiran sangat penting bagi kita untuk memastikan setiap anak babi mendapatkan kolostrum induk yang cukup. Secara teori, maternal antibodi yang didapatkan dsari kolostrum ini hanya bertahan sekitar 1-2 bulan saja. Oleh karena itu, penerapan program vaksinasi pada peternakan babi ini sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup sampai umur panen 5-6 bulan. Jika anak babi kita sudah menunjukkan gejala sakit saat masih umur awal kehidupan, maka kita perlu melakukan evalusi terhadap manajemen kolostrum yang kita jalankan dan juga status kesehatan induk. Jika induk ternyata menderita gangguan penyakit tertentu, maka biasanya level imun yang diturunkan ke anak juga kurang baik.

Program vaksinasi adalah upaya selanjutnya dalam pengendalian penyakit. Kita seharusnya mengetahui tantangan penyakit apa saja yang ada di lingkungan kandang kita. Dari informasi ini, maka kita kemudian bisa menyusun strategi pemeliharaan yang sesuai dengan kebutuhan lapangan. Di Indonesia saat ini, penyakit pada peyternakan babi yang sudah ditemukan di lapangan dan ada vaksinnya antara lain adalah Porcine Reproductive and Respiratory Syndrome (PRRS), Porcine Circovirus type 2, Classical Swine Fever, Mycoplasma hyopneumoniae dan juga Haemophilus parasuis. Jika di lokasi kadang kita terindikasi ada tantangan patogen ini, maka idealnya kita harus menyusun program vaksinasi yang berguna untuk melindungi ternak babi kita dari serangan penyakit ini. Sebaiknya lakukan pengambilan sampel untuk mengkonfirmasi patogen yang bersirkulasi di lokasi kandang kita dan diikuti dengan monitoring tingkat keberhasilan program vaksinansi kita. Baca juga : Penyakit Pernafasan pada Babi.

Jadi, dalam pemeliharaan ternak babi dan ternak lain pada umumnya kita dituntut untuk menguasai semua aspek. Manajemen pemeliharaan harus menjadi pondasi yang kuat dalam menjalankan usaha peternakan. Terkait pengendalian penyakit, maka biosekuriti, medikasi dan vaksinasi juga harus diperhatikan. Kita harus sadari bahwa untuk mencapai kesuksesan itu tidak mudah dan membutuhkan pengorbanan serta kerja keras. Semangat ya !!!

Referensi :

  1. https://www.aasv.org/aasv/BiosecurityforYouthSwineProjects#:~:text=Biosecurity%20begins%20when%20you%20purchase,when%20working%20with%20your%20animals.
  2. https://www.ugm.ac.id/id/berita/21021-penerapan-biosekuriti-tiga-zona-dalam-peternakan
  3. https://www.pigprogress.net/Health/Articles/2018/1/Healthy-pigs-Is-all-in-all-out-the-right-concept-241203E/
  4. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7348622/#:~:text=Antibacterial%20Vaccines,-Swine%20erysipelas&text=Vaccinate%20gilts%20and%20boars%20at,2%E2%80%934%20weeks%20before%20breeding. Porcine vaccines

 

Cara Pengendalian Hama Tikus

Cara Pengendalian Hama Tikus

Dalam keseharian kita mungkin mengalami kekesalan akibat dari hama tikus. Keberadaan tikus dapat menyebabkan kerusakan struktural pada rumah dan bangunan. Dalam membangun sarang, tikus akan menggerogoti dan mengunyah apa pun (kertas, kayu, plastik, baju/kain, kabel dll), lalu juga menggali lobang. Jika kita mempunyai gudang tempat barang-barang yang sudah jarang dipakai, disitulah biasanya tikus akan bersarang karena semakin tersembunyi suatu tempat maka semakin menarik untuk tikus tinggal dan berkembang biak. Saat tikus sudah bersarang di rumah kita, maka resiko kerusakan akan meningkat dan mereka juga akan meninggalkan jejak urin dan kotoran yang beresiko menyebarkan penyakit. Pada manusia, penyakit yang bisa disebabkan oleh karena kontaminasi tikus antara lain adalah Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS), Leptospirosis, Lymphocytic Chorio-meningitis (LCM), Plague, Rat-bite fever, dan salmonellosis.

Tikus adalah hewan nocturnal, artinya hewan yang aktif dimalam hari. Oleh karena itu, jika kita melihat tikus pada siang hari, maka bisa dipastikan populasi tikus disekitar anda cukup banyak dan sebaiknya segera lakukan tindakan pengendalian atau memanggil tenaga profesional. Bagaimana kita tahu keberadaan tikus di lingkungan? Tanda-tanda yang bisa kita amati adalah adanya kotoran (ukuran relatif kecil, lonjong berwarna gelap dan lembab di lantai, wastafel tempat sisa makanan, atau tempat-tempat yang tersembunyi), kertas/baju dan barang-barang yang robek karena gigitan, bau busuk karena urin tikus, noda/jejak kaki (coba taburkan tepung/bedak bubuk disekitar lokasi yang kita curigai untuk menganalisa jejak yang terbentuk), dan adanya sarang tikus.

Selain di rumah, tikus juga telah lama menjadi masalah di lokasi peternakan karena adanya pakan ternak yang mengundang selera. Tikus adalah vektor pembawa banyak penyakit pada ternak karena urin dan kotorannya yang mencemari sumber pakan, air ataupun benda-benda yang dipakai dilokasi peternakan. Sebagai gambaran dan perbandingan, secara umum jika kita melihat 1 ekor tikus di lingkungan maka ada sekitar 25 tikus lainnya yang sedang bersembunyi. Banyak bukan?

Lalu apa yang harus kita lakukan jika rumah/lokasi peternakan kita ada infestasi hama tikus? Minimal ada 3 hal yang bisa kita lakukan dalam praktek manajemen dan program pengendalian tikus, yaitu membuat struktur bangunan yang tahan hewan pengerat, sanitasi/kebersihan, pengendalian populasi tikus. Langkah pertama mungkin relatif sulit, mengingat tikus dapat masuk melalui lubang apapun asal kepalanya bisa masuk. Selain itu, tikus juga dapat memanjat melalui pipa, melompat secara vertikal setinggi tiga kaki, secara horizontal sejauh empat kaki, memanjat kabel, tembok, tanaman/pohon untuk memasuki sebuah gedung/bangunan. Pastikan kita sudah melakukan evaluasi terhadap kemungkinan pintu masuk tikus dan jenis hewan pengerat yang ada.

http://nwdistrict.ifas.ufl.edu/phag/files/2016/01/Purdue-rodent-ID.png

Setelah kita mengidentifikasi kondisi lingkungan dan jenis populasi tikus yang mendominasi, maka selanjutnya kita juga harus melakukan tindakan terhadap lingkungan untuk mencari dimana dia bersarang. Kita bisa mulai dari gudang, lokasi tempat penyimpan makanan (baik pakan ternak atau dapur), tumpukan kardus/sak pakan, tempat sampah dan lobang-lobang atau area tersembunyi lainnya. Temukan jejak tikus melalui keberadaan kotorannya, lubang aktif,  jejak lain dari bulu tubuhnya yang mengandung substan seperti lilin dan kondisi menggaris pada pinggir tembok. Lubang aktif dapat kita deteksi dengan menyumbatnya menggunakan kertas koran pada sore hari, kemudian amati pada pagi harinya (jika penyumbat esok harinya berpindah tempat dapat dipastikan didalamnya ada koloni tikus yang tinggal). Setelah itu, kita sebaiknya segera melakukan pembersihan dan pemblokiran jalan masuk tikus agar mereka tidak kembali membuat sarang disitu, dan juga menyusun strategi pengendalian selanjutnya. Untuk gudang penampungan pakan di kandang, sebaiknya segera lakukan pembersihan setelah selesai melakukan aktifitas pencampuran bahan baku dan minimalkan tumpahan pakan agar tidak mengundang tikus. Sampah dan bangkai hewan yang mati juga harus diperhatikan. Baca Juga : Biosekuriti di era New Normal.

Langkah pengendalian populasi tikus bisa kita lakukan dengan berbagai cara, yaitu predator alami, lem, perangkat suara ultrasonik, jebakan tikus dan racun umpan. Perlu digaris bawahi, tikus adalah hewan pengerat dengan wilayah jelajah yang kecil (30-100 kaki dari sarangnya), sehingga seharusnya kombinasi dari semua metode pengendalian bisa berjalan efektif, cepat dan ekonomis jika dilakukan dengan terus-menerus dan konsisten. 1.) Memelihara kucing / anjing bisa menjadi opsi untuk membantu pengendalian jika populasi tikus tidak banyak, seperti di rumah. Jika kita memelihara anjing/kucing di lokasi kandang akan ada resiko membawa patogen penyebab penyakit jika dibebasliarkan, karena bisa saja bangkai tikus dibawa masuk ke lokasi kandang. 2.) Menggunakan papan lem bisa dilakukan, namun terkadang kurang optimal jika ada banyak debu atau materi organik lainnya. Pastikan kita berhati-hati saat membuang bangkai tikus karena kemungkinan membawa agen penyakit. Pakailah sarung tangan dan buang hewan pengerat yang mati dalam kantong plastik tertutup rapat. 3.) Perangkat suara ultrasonik bekerja untuk menakuti tikus. Namun, alat ini tidak terlalu efektif karena tikus relatif cepat beradaptasi dengan suara ini. 4.) Jebakan tikus berupa jepitan atau jebakan kotak umumnya cukup baik untuk membasmi hewan pengerat pada awal penggunaan, akan tetapi dalam jangka panjang alat ini kurang efektif karena tikus juga cepat beradaptasi. 5.) Racun umpan adalah cara yang paling umum dilakukan dalam program pengendalian tikus. Ada dua jenis rodentisida yang bisa kita pilih, yaitu racun akut dan antikoagulan.

Terkait racun umpan tikus, ada banyak jenis rodentisida di pasaran yang umumnya diformulasikan sebagai umpan batangan, pelet, konsentrat, atau bubuk. Umumnya, racun umpan komersial yang siap pakai lebih disukai daripada umpan yang harus mencampur sendiri. Umpan batangan diformulasikan dengan kandungan lilin yang tinggi untuk penggunaan di luar ruangan dan area dengan kelembapan tinggi, sedangkan umpan pellet diformulasikan dengan butiran dan pengikat yang menahan pelet untuk digunakan di dalam ruangan. Untuk umpan konsentrat dan bubuk kadang-kadang digunakan oleh operator pengendalian hama profesional. Rodentisida diklasifikasikan menjadi dua kelompok kimia besar, yaitu antikoagulan/kronis dan non-antikoagulan/akut. Antikoagulan generasi I pertama kali ditemukan pada tahun 1940-an. Warfarin adalah yang pertama dan terkenal di pasaran, namun sekarang mungkin terbatas karena isu resistensi dan adanya antikoagulan generasi baru yang lebih kuat. Sebagian besar antikoagulan generasi pertama adalah umpan dosis ganda, artinya racun akan menyebabkan kematian hanya setelah dimakan tikus beberapa hari berturut-turut, sedangkan antikoagulan generasi II (brodifacoum, bromadiolone, dan difethialone) efektif walaupun hanya satu dosis. Antikoagulan generasi II (dosis tunggal) bisa menjadi alternatif yang umumnya efektif melawan hewan pengerat yang resisten terhadap senyawa antikoagulan generasi I (multi dosis). Secara umum, racun kronis biasanya cukup efektif dalam waktu lama karena tikus akan mati secara perlahan tanpa menyadari penyebabnya sehingga populasi tikus yang lain tidak curiga dengan umpan yang kita pakai dan akan terus memakannya ketika umpan kita pasang kembali.

Racun umpan non-antikoagulan/akut yang paling umum adalah brometalin dan Cholecalciferol atau vitamin D³. Bromethalin membunuh hewan pengerat dengan dosis tunggal dalam 1-3 hari. Jika anda memilih menggunakan racut akut ini, maka harus mewaspadai adanya ancaman kecil terjadinya keracunan sekunder, karena saat tikus akan mati sebagian besar dari racun yang dimakan akan dikeluarkan kembali sehingga ada kemungkinan di makan oleh hewan peliharaan kita. Selain itu, racun jenis ini umumnya efisien beberapa kali pemakaian saja karena racun yang dimuntahkan tikus yang akan mati tadi juga sebagai alarm bahaya bagi populasi tikus yang lain untuk tidak memakan umpan yang sama. Jadi tikus itu hewan yang cerdas dan memorinya bertahan cukup lama, sehingga perlu waktu bagi kita untuk menggunakan kembali racun ini dan kembali efektif (penggantian idealnya dijeda setiap 6 bulan). Cholecalciferol adalah racun umpan yang bekerja melepaskan kalsium yang berlebih ke dalam darah sehingga mengganggu fungsi tubuh. Cholecalciferol membunuh hewan pengerat yang tahan terhadap racun antikoagulan, namun tidak ada isu mengenai masalah keracunan sekunder pada hewan peliharaan atau satwa liar yang kebetulan memakan hewan pengerat yang diracuni. Cholecalciferol akan bertindak sebagai racun dosis tunggal jika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup oleh hewan pengerat dalam sekali makan, tetapi akan bertindak sebagai racun dosis ganda jika dikonsumsi dalam jumlah yang lebih sedikit selama beberapa hari. Zinc Phosphide adalah racun umpan dosis tunggal yang telah digunakan selama bertahun-tahun namun penggunaannya terbatas dilakukan oleh profesional, karena reaksinya yang super cepat dan adanya resiko keracunan sekunder sehingga tidak aman diaplikasikan pada lingkungan yang banyak anak-anak, hewan peliharaan, atau ternak.

Jadi, kita sekarang tahu bahwa hama tikus cukup merugikan baik di lingkungan rumah tangga ataupun peternakan. Oleh karena itu, program pengendalian bisa kita terapkan agar populasi tikus bisa dikendalikan. Evaluasi dan monitoring dengan menggunakan teknik aplikasi racun umpan umumnya memang menjadi pilihan terbaik, namun demikian semua itu harus juga diimbangi dengan upaya sanitasi/kebersihan lingkungan agar lebih optimal. Jika kita mengaplikasikan umpan diluar lubang aktif, sebaiknya menggunakan kotak (bait stations) agar umpan tidak cepat rusak, lalu letakkan pada jalur lalu lintas tikus yang sudah kita deteksi sebelumnya. Pastikan kita juga mewaspadai situasi seperti pasca afkir ternak atau sawah lepas panen, karena biasanya akan terjadi migrasi tikus besar-besaran. Terakhir, untuk program pengendalian yang terus-menerus dan konsisten mungkin sebaiknya dipilih racun tikus yang bekerja secara kronis untuk menghindari tikus yang lain jera, karena tikus termasuk hewan malam yang pandai. Namun jika kondisi infestasi tikus cukup parah, kita bisa lakukan kombinasi antara racun akut dan kronis atau menggunakan jasa dari profesional. Jika anda membutuhkan konsultasi lebih lanjut mengenai pengendalian hama tikus ini, silahkan bisa menghubungi kami di contact yang tersedia atau klik DISINI.

Terima kasih. Semoga bermanfaat.

Referensi :

  1. https://www.researchgate.net/publication/293183761_Principles_and_practices_of_rodent_pest_management
  2. https://www.pests.org/rodent-control-10-most-effective-yet-simple-methods-that-work/
  3. https://ag.umass.edu/sites/ag.umass.edu/files/fact-sheets/pdf/RodentControl08-44.pdf
  4. https://nwdistrict.ifas.ufl.edu/phag/2016/01/29/controlling-rats-and-mice-around-the-farm/
error: Content is protected !!