African Swine Fever (ASF) adalah penyakit virus yang sangat menular dan mematikan baik pada babi domestic ataupun babi liar. Namun demikian, ASF bukanlah penyakit zoonosis jadi bukan ancaman bagi kesehatan manusia karena tidak bisa ditularkan dari babi ke manusia.
Sejarah mencatat bahwa ASF pertama kali ditemukan tahun 1921 dan menjadi penyakit endemis di beberapa negara di Afrika. Tahun 1957 Portugal menjadi negara pertama diluar Afika yang terserang ASF, dan kemudian penyakit ini menyebar di Eropa, Brazil, Cuba, Haiti, dan Republik Dominica. Program eradikasi di beberapa negara terbukti berhasil dengan menerapkan larangan import babi dan produk babi dari negara yang terpapar ASF dan juga mengeliminasi/memberikan peraturan praktis tentang pemberian pakan dari sisa/limbah (waste-food feeding) kepada peternak.
ASF merupakan DNA virus dari family Asfarviridae. Secara epidemiologi, transmisi dan penyebaran ASF sangat komplek dan bervariasi tergantung faktor lingkungan, sistem pemeliharaan, vektor, manusia dan babi liar. Rute penularan meliputi a) Kontak langsung dengan babi yang terinfeksi, baik babi domestik dan babi liar. b) Kontak tidak langsung melalui ingesti pakan, sisa makanan/sampah yang terkontaminasi. c) Material atau objek yang bisa membawa pathogen (baju, sepatu/sandal, alat dll) atau adanya vektor biologis yaitu soft tick genus Ornithodoros.
Kejadian ASF dilapangan bisa per akut, akut, sub akut dan kronis. Jika kejadian per akut, babi biasanya mati sangat cepat dan tanpa menunjukan gejala sedangkan jika akut akan muncul gejala berupa demam tinggi, depresi, nafsu makan turun, perdarahan di kulit (daerah telinga, abdomen dan kaki), aborsi, cyanosis, muntah, diare, dan kematian dalam 6-13 hari bisa mencapai 100%. Jika kasusnya sub akut dan kronis gejala klinisnya lebih ringan dari bentuk akut, seperti penurunan berat badan, demam intermittent, gejala pernafasan, ulser kulit dan arthritis, tetapi kematian masih berkisar 30-70%.
Diagnosa suspect ASF bisa kita lihat dari gejala klinis, tetapi untuk konfirmasi harus berdasarkan uji laboratorium mengingat gejala ASF juga mirip dengan Classical Swine Fever (CSF). Sampel terbaik untuk uji ASF adalah darah, kelenjar getah bening, dan limpa. Jika kasusnya kronis kita bisa lakukan juga uji serologi dengan serum. Sampai saat ini belum ada vaksin yang tersedia untuk melindungi dari ASF, oleh karena itu pencegahan dan kontrol ASF tergantung pada pelaksanaan program biosecurity yang ketat. Tidak ada treatment yang bisa dilakukan jika babi kita sudah terkena ASF. Semua babi yang terinfeksi harus diisolasi dan sesegera mungkin di culling setelah ada konfirmasi adanya virus tersebut agar kondisi tidak semakin parah.
Bagaimana dengan Indonesia? Setelah ASF menyerang ternak babi di China September 2018, akhirnya ASF juga sampai ke Indonesia. Pemerintah mengkonfirmasi kejadian ASF di Medan-Sumatra Utara akhir tahun 2019 dan yang terbaru adalah suspect ASF di Bali.
ASF sampai saat ini sudah menghampiri hampir semua negara di asia tenggara dan masih berlangsung secara global. Menurut data organisasi kesehatan hewan dunia (OIE), periode 31 januari – 13 Februari 2020 tercatat sudah 23 negara yang saat ini sedang terdampak ASF yaitu 11 negara EROPA (Bulgaria, Yunani, Hungaria, Latvia, Moldova, Polandia, Rumania, Rusia, Serbia, SAlovakia, Ukraina), 9 negara ASIA (Cina, INDONESIA, Korea Utara, Korea Selatan, Laos, Vietnam, Timor-Leste, Philipina), dan 4 negara Afrika (Pantai Gading, Sierra Leone, Afrika selatan, Zimbabwe).
Menjawab tantangan BIOSEKURITI yang menjadi salah satu kunci keberhasilan mencegah ASF masuk ke farm kita, ada beberapa aplikasi yang bisa diakses via android/IOS untuk membantu peternak. Salah satunya adalah ASF COMBAT yang merupakan aplikasi yang bisa membantu evaluasi terhadap level keamanan/tingkat resiko farm terhadap serangan ASF. Evaluasi faktor resiko di ASF COMBAT meliputi 6 aspek yaitu hewan, transportasi, managemen, orang, pakan dan lokasi. Baca Juga : Pentingnya Biosekuriti pada Peternakan Babi.
Saatnya up grade level biosekuriti farm kita agar resiko ASF bisa diminimalkan. Semangat !!!
Referensi :
- https://www.aphis.usda.gov/…/swine-disease-information/african-swine-fever
- https://vetmed.iastate.edu/vdpam/FSVD/swine/index-diseases/african-swine-fever
- https://www.oie.int/en/animal-health-in-the-world/animal-diseases/african-swine-fever
- https://thepigsite.com/disease-guide/african-swine-fever-asfhttps://thepigsite.com/disease-guide/african-swine-fever-asf
- https://prevent-asf.com/index.php?action=users_public_login
8 Comments