Menjalankan usaha peternakan bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi bagi peternak pemula. Aspek penguasaan managemen pemeliharaan, sistem perkandangan, pemilihan bibit, nutrisi, program vaksin dan pengobatan serta biosekuriti menjadi bagian penting yang harus dikuasai. Kali ini kita tidak akan membahas semua aspek diatas ya, namun kita akan fokus membahas mengenai Bovine mastitis. Mastitis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan reaksi inflamasi/peradangan pada jaringan ambing karena trauma fisik atau infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme. Infeksi kelenjar susu ini berpotensi fatal sehingga perlu menjadi perhatian khusus bagi pelaku usaha peternakan sapi perah di seluruh dunia.
Mastitis menyebabkan kerugian terbesar bagi industri susu dimana juga berdampak buruk pada ekonomi dan kesejahteraan hewan. Kegagalan dalam mencegah terjadinya mastitis ini mengakibatkan peningkatan penggunaan antibiotik dalam industri susu. Beberapa kasus mastitis ini kadang tidak terselesaikan dengan pengobatan antibiotik standar, seperti infeksi biofilm kronis misalnya.
Sebuah penelitian dilakukan untuk untuk fokus pada isolat dari sampel susu dan penyelidikan sifat pembentukan biofilmnya secara in vitro. Pengamatan tentang pembentukan biofilm ini relatif sulit dibandingkan dengan situasi in vivo di dalam ambing. Sampai saat ini, peran biofilm pada kasus mastitis masih belum jelas dan diperlukan lebih banyak penyelidikan secara in vivo untuk mengungkap peran sebenarnya dari pembentukan biofilm dalam patogenesis bovine mastitis.
Penyebab. Mastitis bisa disebabkan oleh virus, mikoplasma, jamur dan bakteri. Semua pada umumnya berasal dari kebersihan kandang yang buruk, trauma ataupun perlukaan yang terjadi di area ambing sapi yang kita pelihara.
Bakteri yang diketahui menyebabkan mastitis adalah Pasteurella multocida, Staphylococcus aureus, Streptococcus sp. (Str. zooepidemicus, Str. agalactiae, Str. piogen, Str, faecalis), Mycobacterium bovis, Klebsiella spp, Brucella aborsi, Pseudomonas pyocyaneus, E. coli, Leptospira Pomona dan lainnya.
Jamur juga bisa menyebabkan mastitis. Aspergillus sp. (A. fumigatus, A. midulus), Candida spp dan Trichosporon spp adalah yang paling umum ditemui.
Virus juga bisa menjadi penyebab mastitis pada sapi. Bovine herpesvirus 1 dan 4, penyakit mulut dan kuku, dan parainfluenza 3 telah berhasil diisolasi dari susu sapi dengan mastitis klinis. Virus leukemia sapi telah terdeteksi pada jaringan mammae sapi dengan mastitis subklinis, tetapi apakah virus ini mampu menginduksi mastitis bovine belum dilaporkan. Selain itu, Bovine herpesvirus 2, vaccinia, cowpox, pseudocowpox, stomatitis vesikular, dan virus papiloma sapi dapat memainkan peran tidak langsung dalam kejadian mastitis pada sapi.
Bovine mastitis juga bisa disebabkan oleh mikoplasma. Mycoplasma bovis merupakan masalah utama untuk produksi susu dan kesejahteraan hewan pada peternakan sapi perah besar di AS, di Eropa dan Timur Tengah. M.bovis bisa menyebabkan kerusakan parah pada ambing sapi dan sebagian besar tidak dapat diobati dengan kemoterapi. Patogen ini memiliki epidemiologi yang berbeda dan serangkaian faktor risiko yang unik, serta umum terjadi dalam kawanan yang besar. Kejadian penyakit bisa bersifat sporadis, datang dan pergi bahkan tanpa adanya intervensi.
Gejala klinis. Peradangan pada ambing menjadi tanda yang paling mudah kita amati. Ambing membesar, memerah dan bisa mengeras. Jika kita melakukan palpasi/rabaan pada kelenjar susu yang bengkak ini akan terasa panas dan biasanya sapi akan berespon (menendang atau menghindar) karena menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan pada ternak. Jika diperah, air susu biasanya tercemar dengan gumpalan darah, cairan coklat berbau busuk dan menggumpal.
Berikut adalah gambaran klinis yang bisa teramati pada kasus mastitis yang saya dapatkan dari sumber : https://www.researchgate.net/figure/A-Holstein-cow-with-Staphylococcus-aureus-peracute-mastitis-Cow-is-downer-due-to-severe_fig1_322209534; https://www.researchgate.net/figure/A-Holstein-cow-with-Staphylococcus-aureus-peracute-mastitis-Cow-is-downer-due-to-severe_fig2_322209534; https://www.researchgate.net/figure/A-Holstein-cow-with-E-coli-per-acute-mastitis-Cow-is-downer-due-to-severe-systemic_fig3_322209534;
Saat kondisi sakit, umumnya produksi susu berkurang atau bahkan berhenti, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, mobilitas terhambat karena ambing bengkak dan nyeri. Selain itu mata bisa terlihat cekung serta menderita gangguan pencernaan dan diare. Sapi yang terinfeksi akan mengalami dehidrasi parah, berat badan turun dan jika kasus infeksinya berat bisa terjadi pembentukan nanah pada ambing yang terinfeksi. Mastitis juga dapat berkembang menjadi toksemia atau bakteremia serta menyebabkan kematian jika terjadi infeksi akut.
Pada kasus yang disebabkan oleh virus, lesi bisa teramati pada puting susu (duktus papillaris) yang mengakibatkan penurunan mekanisme pertahanan alami ambing sehingga secara tidak langsung akan memudahkan bakteri patogen juga ikut masuk. Bovine herpesvirus 1, bovine virus diare virus, bovine immunodeficiency virus, dan bovine leukemia virus diduga memainkan peran tidak langsung dalam mastitis sapi karena sifat imunosupresif mereka. Perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikan peran tidak langsung virus-virus ini dalam kasus mastitis pada sapi.
Diagnosa. Mastitis sub klinis bisa kita deteksi sebelum gejala muncul, yaitu dengan California Mastitis Test (CMT). Ini adalah tes cepat yang dapat dilakukan pada sampel susu. Deteksi dini sangat penting karena dapat membantu mencegah perkembangan penyakit ke tahap klinis dan menyebabkan kerugian besar bagi peternak sapi perah.
Bovine mastitis adalah salah satu penyakit terpenting dalam industri susu dan sampai saat ini masih memerlukan pemahaman yang lebih baik tentang peran biofilm dalam penyakit ini. Penelitian secara in vivo untuk mengetahui di mana lokasi dan distribusi biofilm perlu dilakukan untuk menyelidiki secara langsung di ambing sapi perah sebagai upaya lanjutan setelah adanya temuan patogen dalam sampel susu. Hal ini penting, karena jika pengobatan antibiotik ternyata tidak berhasil secara terus menerus akibat infeksi biofilm juga meningkatkan risiko resistensi antibiotik. Isu antimikrobial resistance (AMR) ini yang harus menjadi perhatian karena akhirnya juga bisa membahayakan kesehatan manusia dan hewan. Oleh karena itu, penelitian tentang peran infeksi biofilm dalam kasus mastitis pada sapi saat ini merupakan kunci untuk mengembangkan metode diagnostik baru yang nantinya berguna dalam penanganan kasus yang persisten atau kronis.
Pencegahan. Langkah-langkah yang idealnya kita lakukan antara lain adalah menyediakan alas tidur/lantai kandang yang bersih dan kering, bersihkan sapi dari kotoran saat memasuki area pemerahan, gunakan kain/tisu yang berbeda untuk membersihkan puting susu pada setiap sapi, puting susu harus benar-benar kering dan bersih sebelum mulai diperah, gunakan antiseptik/desinfektan setelah proses memerah susu, berikan pakan dengan nutrisi yang baik setelah proses pemerahan susu agar sapi tidak langsung berbaring. Menjaga agar sapi tetap berdiri setelah pemerahan sangat penting untuk mencegah kontak antara ambing dan lantai kandang yang berpotensi menimbulkkan infeksi akibat masuknya mikroorganisme ke dalam saluran puting yang masih terbuka.
Baca Juga : Peternakan Sapi Perah di Indonesia.
Treatment. Pertolongan pertama saat mendeteksi mastitis bisa dilakukan dengan menempelkan es batu pada permukaan ambing. Air susu yang terinfeksi dari ambing yang terkena mastitis harus dikeringkan 3x sehari dan dibuang dengan aman. Kita bisa mencampurkan 5% fenol kedalam air susu yang terinfeksi untuk memastikan proses pembuangan yang higienis dan tidak mencemari lingkungan.
Saat memerah susu dalam kawanan, pastikan proses pemerahan dilakukan terhadap sapi yang sehat terlebih dahulu agar tidak beresiko menginfeksi sapi lainnya. Sapi yang terinfeksi dan tidak responsif harus dikeringkan, sedangkan anak sapinya harus dicegah menyusu pada puting yang terindikasi bermasalah.
Jika anda tidak mempunyai kapasaitas atau pengalaman dalam penanganan kasus mastitis, sebaiknya lakukan konsultasi ke dokter hewan untuk tindakan medis yang mungkin diperlukan. Penggunaa antibiotik bisa diberikan secara intra mamary ataupun intra muskuler. Ada banyak pilihan antibiotik yang bisa dipakai, namun ceftiofur adalah salah satu sediaan yang sampai saat ini menjadi pilihan, karena disamping memiliki respon yang baik terhadap kasus mastitis. Antibiotik ini juga dikenal mempunyai efek “zero residu” pada air susu, sehingga umumnya para peternak sapi perah memilih sediaan ini jika ternaknya mengalami infeksi bakterial.
Baca juga : Diare pada Sapi.
Referensi :
- https://www.cargill.co.in/en/mastitis-in-cows-causes,-symptoms,-prevention-and-treatment
- https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fvets.2021.656810/full Biofilm Research in Bovine Mastitis
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3878006/ Efficacy of extended intramammary ceftiofur therapy against mild to moderate clinical mastitis in Holstein dairy cows: A randomized clinical trial
- https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0378113502000986 Viral infections and Bovine Mastitis
- https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1090023316301150 Mycoplasma mastitis in cattle : to cull or not to cull
- https://www.researchgate.net/publication/322209534_JAVS_2017_102
2 Comments