Anemia pada Piglet

Anemia pada Piglet

Anemia secara umum dapat terjadi karena berkurangnya volume darah karena perdarahan, kekurangan hemoglobin karena ketidakcukupan diet (terutama zat besi dan tembaga), serta berkurangnya jumlah sel darah merah yang diproduksi di sumsum tulang. Sejumlah kecil tembaga juga sangat penting untuk pemanfaatan besi, sehingga kekurangan tembaga juga dapat menyebabkan anemia yang memiliki banyak tanda dan lesi klinis yang sama. Kondisi penyakit tertentu, infeksi atau keadaan toksik juga dapat mempengaruhinya munculnya anemia. Seperti halnya pada kejadian actinobacillus pleuropneumonia (APP) dan glässer’s disease, gejala sekunder yang biasanya teramati adalah anemia.

Peternakan babi modern tentunya tidak asing dengan istilah Iron Deficiency Anemia (IDA), yaitu suatu kondisi anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi. Mengapa demikian? Anak babi/piglet umumnya dilahirkan dengan cadangan zat besi sangat sedikit. Kolostrum dan susu induk memberikan zat besi hanya 15-50% dari kebutuhan harian. Pertumbuhan yang cepat dan perkembangan volume darah pada anak babi pada periode menyusui ini akan mengakibatkan piglet kekurangan zat besi sehingga akan terjadi anemia jika tidak ada intervensi yang kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan zat besi ini. Zat besi ini sebenarnya bisa ditemukan di tanah. Kejadian anemia ini terutama terlihat pada anak babi yang dibesarkan dalam kandang intensif tanpa akses ke tanah atau kotoran yang mengandung zat besi.

Gejala klinis dan nekropsi. Tanda dan lesi defisiensi zat besi bervariasi pada anak babi dari berbagai usia. Tidak adanya tambahan suplemen zat besi akan mengakibatkan anak babi tampak lebih pucat, pertumbuhan melambat dan cinderung cepat kehilangan berat badan atau kondisi tubuhnya menurun dalam 1 minggu kemudian. Jika intervensi yang kita lakukan ternyata juga belum mencukupi, maka anak babi biasanya akan sulit mencapai berat sapih ideal saat usia 3-4 minggu. Kemudian jika kondisinya parah, napasnya menjadi cepat dan bisa mati mendadak.

Ternak babi yang kekurangan zat besi pada saat umur 4-10 minggu akan menunjukkan tanda dan lesi yang serupa. Untuk mengantisipasi kejadian ini, ada beberapa peternak yang memberikan injeksi zat besi sampai 2x, mengingat kelompok ini juga cukup rentan terhadap infeksi bakteri dan memiliki sedikit ketahanan terhadap lingkungan yang dingin.

http://www.vetvip.eu/index.html%3Fq=node%252F51.html

Kondisi secara umum yang bisa teramati pada kejadian anemia antara lain ternak babi nampak lebih pucat, pernafasan cepat, terkadang kulit tampak agak kuning, selaput lendir mata pucat, diare, perdarahan, ,uncul gejala penyakit tertentu, lemah, serta kejadian lahir mati/stillbirth meningkat.

Pada pemeriksaan bedah bangkai, anak babi akan cinderung pucat, jantung berdinding tipis, serta terjadi edema paru-paru, otot dan jaringan ikat. Pembesaran jantung dan limpa yang nyata, hidroperikardium, asites, dan perubahan lemak di hati juga bisa teramati.

Diagnosis. Untuk melakukan evaluasi kondisi anemia, kita dapat melihat riwayat kejadian yang kita catat dalam rekording pemeliharaan. Dokumentasi mengenai perkembangan kondisi pemeliharaan di kandang sangat penting. Kita bisa melakukan pencatatan terhadap kurangnya suplementasi dengan zat besi, tanda-tanda klinis dan lesi postmortem untuk memperkuat diagnosis. Selain itu, uji laboratorium lebih disarankan untuk mengkonfirmasi kejadian anemia. Preparat apus darah dapat mengungkapkan anemia mikrositik hipokromik, sedangkan uji hematologi dan kimia serum akan menunjukkan penurunan saturasi besi dan transferin serum serta hematokrit yang rendah.

Kejadian anemia selain karena kekurangan zat besi/tembaga juga bisa disebabkan oleh eperitrozoonosis (Epe), tukak/ulser lambung, hematoma, pendarahan organ dalam, porcine enterophaty (PE), prolaps rektum, torsi perut dan usus, kesalahan nutrisi, dan keracunan warfarin.

Pencegahan dan treatment. Pemenuhan kebutuhan zat besi tambahan sebanyak 100-200mg adalah salah satu solusi yang umumnya dilakukan di lapangan. Intervensi bisa dilakukan secara per oral ataupun injeksi. Pemberian parenteral paling sering dilakukan dan memiliki keuntungan karena dosis yang diberikan lebih tepat. Zat besi disuntikkan ke otot leher pada anak babi yang baru dilahirkan. Kita bisa berikan pada 3 hari pertama kehidupan, setelah mereka mendapatkan asupan kolostrum terlebih dahulu. baca juga : Manajemen Pemeliharaan Anak Babi

Selain intervensi dengan pemberian zat besi, kita sebaiknya juga melaksanakan program pengendalian cacing secara teratur dan/atau periksa sampel feses untuk kemungkinan adanya manifestasi parasit setiap 3-6 bulan, serta memantau kadar zat besi dalam pakan. Hal ini penting, mengingat usus babi hanya dapat menyerap sejumlah kecil zat besi setiap hari, sehingga proses pemulihan dari anemia umumnya akan berjalan relatif lambat. Jika kondisi usus tidak optimal, maka penyerapan nutrisi termasuk zat besi juga akan terganggu. Selain itu, anak babi yang kekurangan vitamin E/selenium sangat rentan terhadap keracunan zat besi. Jadi pastikan kita juga benar-benar mengerti kondisi keseluruhan ternak kita sebelum melakukan intervensi.

Referensi :

  1. https://vetmed.iastate.edu/vdpam/FSVD/swine/index-diseases/iron-deficiency-anemia
  2. https://www.aasv.org/shap/issues/v24n1/v24n1p10.pdf An investigation of iron deficiency and anemia in piglets and the effect of iron status at weaning on post-weaning performance
  3. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6315738/ Iron Supplementation in Suckling Piglets: An Ostensibly Easy Therapy of Neonatal Iron Deficiency Anemia
  4. https://www.thepigsite.com/disease-guide/anaemia-iron-deficiency

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!