Colibacillosis adalah salah satu penyakit bakteri yang paling umum dan menimbulkan kerugian ekonomi signifikan pada industri unggas.
A. Definisi dan Penyebab (Etiologi)
Colibacillosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli (E. coli), khususnya strain patogenik unggas, yang dikenal sebagai Avian Pathogenic E. coli (APEC).
1. Sifat Bakteri: E. coli adalah bakteri Gram-negatif yang secara alami ada di usus (flora normal) unggas dan disebarkan melalui feses. Penyakit ini muncul ketika strain E.coli menjadi patogenik dan menyebar dari usus ke organ lain, atau ketika unggas mengalami stres atau memiliki sistem kekebalan yang lemah.
2. Penyakit Oportunistik: Colibacillosis sering disebut sebagai penyakit oportunistik atau sekunder, karena sebagian besar wabah terjadi setelah adanya penyakit pernapasan lain (seperti CRD, ND, atau IB) atau adanya faktor pemicu stres lingkungan (misalnya amonia tinggi).
B. Penularan dan Faktor Predisposisi
1. Jalur Penularan
a. Horizontal: Kontak langsung dengan unggas sakit, melalui pakan, air minum, atau debu yang terkontaminasi feses.
b. Vertikal (Transovarial): Penularan dapat terjadi melalui telur tetas jika saluran reproduksi induk (ovarium atau oviduk) terinfeksi.
c. Aerosol: Bakteri dapat terhirup dari udara kandang, terutama jika kondisi litter basah dan kadar amonia tinggi.
2. Faktor Pemicu (Predisposisi)
Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kondisi manajemen dan kesehatan ayam secara keseluruhan:
a. Kualitas Udara Buruk – Kadar amonia yang tinggi (akibat litter basah) dapat merusak silia dan mukosa saluran pernapasan, membuka jalan bagi E.coli
b. Penyakit Primer – Infeksi virus (seperti ND atau IB) atau bakteri (Mycoplasma$ penyebab CRD) yang merusak organ pernapasan. |
c. Stres – Stres akibat kepadatan kandang tinggi, fluktuasi suhu ekstrem, atau manajemen yang buruk dapat menekan sistem imun. |
d. Sanitasi – Kebersihan kandang, tempat pakan, dan air minum yang rendah.
C. Bentuk Klinis dan Gejala
1. E.coli dapat menyebabkan berbagai bentuk penyakit, tergantung organ mana yang terinfeksi.
a. Koliseptisemia (Colisepticemia)
Ini adalah bentuk sistemik akut yang paling parah, di mana bakteri dan toksinnya menyebar ke seluruh tubuh melalui darah, menyebabkan kerusakan organ yang luas.
* Gejala: Kematian mendadak (sudden death) pada ayam muda tanpa gejala yang jelas, atau ayam terlihat lemah dan diare putih/kekuningan.
b. Poliserositis (Polyserositis)
Bentuk ini paling sering terlihat pada broiler (ayam pedaging) yang lebih tua dan merupakan ciri khas dari CCRD (Chronic Complicated Respiratory Disease). Poliserositis adalah peradangan pada dua atau lebih membran serosa (selaput yang melapisi organ dalam).
2. Gejala Klinis dan Lesi:
* Lesu, nafsu makan menurun, pernapasan terganggu.
* Diare berwarna kehijauan atau keputihan.
* Bengkak pada persendian (arthritis) dan infeksi pada pusar (omphalitis) pada anak ayam.
* Lesi (Perubahan Post-Mortem) Khas: Ditemukan deposit bahan seperti fibrin (kekuningan/keputihan) pada, yaitu perihepatitis (Selaput hati), perikarditis (Selaput jantung tertutup lapisan fibrin), dan Aerosacculitis (kantung udara keruh dan menebal).
* Bentuk Lain – omphalitis (Infeksi Pusar pada DOC akibat sanitasi penetasan yang buruk), Salpingitis (infeksi pada saluran telur yang menyebabkan peradangan dan penurunan produksi telur pada ayam petelur), Panophthalmitis (Infeksi mata yang parah), dan Enteritis (Radang usus, menyebabkan diare).
D. Diagnosis dan Penanganan
1. Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada kombinasi:
a. Gejala Klinis dan Lesi: Adanya poliserositis dan riwayat penyakit pernapasan primer.
b. Uji Laboratorium: Isolasi dan identifikasi bakteri E.coli dari organ yang sakit (hati, jantung, kantung udara).
2. Pengobatan (Terapi Antibiotik)
Pengobatan harus dilakukan secepatnya menggunakan antibiotik yang sensitif terhadap E.coli.
a. Golongan Antibiotik: Umumnya digunakan golongan Fluorokuinolon (misalnya Enrofloxacin),
b. Aminoglikosida : (misalnya Streptomisin), atau Tetrasiklin (misalnya Doxycycline). Kombinasi antibiotik (misalnya Amoksisilin dan Colistin Sulfat) sering digunakan untuk meningkatkan efektivitas.
* Peringatan: Sebelum pengobatan massal, disarankan melakukan uji sensitivitas antibiotik untuk menghindari resistensi yang umum terjadi pada bakteri E.coli.
c. Terapi Suportif: Pemberian vitamin, suplemen probiotik (untuk menjaga kesehatan usus), dan anti-stres untuk mendukung pemulihan.
3. Pencegahan
Kunci utama pencegahan adalah memperbaiki manajemen dan mengurangi faktor stres:
a. Biosekuriti Ketat: Program desinfeksi kandang, peralatan, dan sanitasi air minum secara rutin (klorinasi).
b. Manajemen Udara: Memastikan ventilasi optimal untuk menjaga kadar amonia tetap rendah dan mengontrol kelembaban litter.
c. Vaksinasi: Pemberian vaksin E.coli aktif atau inaktif pada breeder dan layer dapat membantu meningkatkan kekebalan.
d. Kontrol Penyakit Primer: Memvaksinasi unggas terhadap penyakit imunosupresif dan pernapasan (seperti CRD/Mycoplasma, Gumboro, dan ND) untuk mencegah E.coli menjadi infeksi sekunder.
e. Kualitas Air dan Pakan: Pastikan air minum dan pakan bebas dari kontaminasi bakteri.
Demikian pembahasan mengenai Colibacillosis pada unggas. Pastikan prosedur pemeliharaan dilakukan dengan baik untuk meminimalkan resiko flora normal menjadi masalah dikemudian hari.




