Dokter Hewan

Berkaca dari saya, sejak kecil kebanyakan orang tua sudah memberikan “doktrin” ke anak-anaknya kalo nanti besar menjadi dokter atau insinyur. Hal ini terlihat dari teman-teman sebaya saya waktu di sekolah ketika ditanya mayoritas jawabannya adalah itu semua. Ekspektasi para orang tua ini tentunya bukan tanpa alasan, mengingat profesi ini memang menjadi kebanggaan tersendiri dan mungkin secara finansial cukup menjanjikan jika melihat kondisi secara umum. Yang menjadi kurang tepat adalah doktrin ini kurang spesifik karena profesi dokter ini ada dokter manusia (dokter umum, spesialis dan dokter gigi) serta dokter hewan. Sedangkan insinyur itu lebih luas lagi malahan, karena sarjana teknik memiliki opsi yang lebih banyak (teknik mesin, elektro, kima, industri dll). Singkat cerita, saya sewaktu lulus SMA dan menjalani ujian masuk perguruan tinggi akhirnya memilih kedokteran umum dan kedokteran hewan. Akhirnya kedokteran hewan menjadi jalan hidup saya sampai saat ini.

Saat ini saya ingin sharing terkait profesi Dokter Hewan yang mungkin saat ini belum menjadi primadona di Indonesia. Saya berpikir bahwa, kecilnya minat menjadi dokter hewan terjadi salah satunya karena ketidaktahuan mengenai peluang karier setelah lulus yang bisa ditekuni. Keberadaan rumah sakit hewan yang waktu itu masih belum banyak mungkin juga menjadi parameter eksistensi profesi dokter hewan yang kurang populer dibandingkan dokter umum. Profesi dokter hewan ini mempunyai cakupan pilihan ruang kerja yang cukup luas, tidak hanya praktek tetapi juga bidang lainnya, baik itu di pemerintahan ataupun industri/swasta. Semoga dari sharing ini, bisa menjadi referensi bagi orang tua atau anak-anak yang masih belum memutuskan cita-citanya ya…

Sekilas tentang studi di fakultas kedokteran hewan, kita secara umum diwajibkan menempuh S1 sekitar 4 tahun, kemudian 2 tahun untuk mendapatkan gelar dokter hewan. Total kurang lebih 6 tahun untuk menyelesaikan profesi dokter hewan ya. Ada juga teman-teman saya yang dulu hanya selesai di S1 kedokteran hewan dan langsung bekerja, tetapi alangkah baiknya jika kita menyelesaikan pendidikan minimal sampai ke profesi dokter hewan. Mengapa demikian? Karena dengan kita memegang gelar dokter hewan, secara mandiri kita sudah bisa bekerja secara individual / magang di klinik hewan. Kita harus mengurus ijin praktek terlebih dahulu tentunya ya. Untuk saat ini, aturan perundang-undangan juga mewajibkan mahasiswa untuk menjalani Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter Hewan. Hal ini tentunya bertujuan agar setiap lulusan dokter hewan nantinya terstandarisasi secara nasional dan berkompeten dalam pelayanan saat sudah terjun ke lapangan/dunia kerja.

Profesi dokter hewan ini juga terikat dengan sumpah dan kode etik. Sudah selayaknya sebagai dokter hewan harus bekerja secara profesional. Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) adalah wadah yang menaungi semua dokter hewan di Indonesia. Semua dokter hewan idealnya harus mendaftarkan ke PDHI karena ada standart yang harus dipenuhi jika kita akan membuka layanan jasa, baik itu klinik, konsultan atau lainnya. Semua harus mematuhi regulasi yang berlaku agar terhindar dari isu malpraktek.

Ranah pekerjaan dokter hewan dapat ditinjau dari berbagai aspek. Berdasarkan tipe hewan yang dilayani, dokter hewan dapat menangani hewan kesayangan, hewan ternak dan pangan dan satwa liar. Pencinta dan pemilik hewan kesayangan termasuk didalamnya adalah anjing, kucing, dan burung, hingga hewan eksotis seperti ular dan iguana, telah menyadari pentingnya kesehatan hewan sehingga memerlukan jasa dokter hewan. Hewan ternak mencakup hewan yang dipelihara untuk tujuan ekonomi, seperti sumber pangan, sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia. Pangan yang berasal dari hewan sakit dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada manusia. Oleh karena itu, kesehatan sapi, kambing, domba, babi, ayam, dan itik yang tergolong dalam sektor peternakan, serta ikan dan udang yang tergolong dalam sektor perikanan, termasuk dalam pengawasan dokter hewan. Terhadap satwa liar, dokter hewan menangani kesehatannya agar mereka tetap terjaga kelestariannya. Harimau sumatra, gajah sumatra, macan dahan, dan beruang madu merupakan satwa yang dilindungi, dimana sering kali terluka akibat perburuan liar.

Berikut adalah beberapa posisi atau pekerjaan yang bisa dilakukan sebagai seorang dokter hewan.

  1. Praktisi dengan membuka layanan klinik/buka praktek mandiri
  2. Pegawai negeri sipil (PNS), baik itu di pemerintahan pusat, provinsi atau pemkab/pemkot
  3. Dosen, umumnya harus minimal sudah S2
  4. Peneliti
  5. Militer
  6. Konsultan peternakan
  7. Konservasi
  8. Penulis
  9. Enterpreneur
  10. Swasta, dengan bergabung perusahaan yang bergerak di bidang peternakan, seperti pakan ternak, animal health, farm, laboratorium, kebun binatang dan masih banyak lagi

Praktisi. Dokter selalu identik dengan praktek. Jika kita berada di lingkungan perkotaan, kita bisa menekuni sebagai praktisi hewan kecil. Praktisi hewan kecil umumnya meliputi anjing dan kucing, namun demikian tidak menutup kemungkinan tempat praktek kita akan kedatangan klien yang membawa hewan kesayangan mereka yang lain. Pengalaman saat di klinik saat awal kelulusan dahulu, pasien yang datang bisa beragam dari burung, ayam, kelinci, bahkan ular juga. Seru khan…Saat ini banyak teman-teman dokter hewan yang membuka layanan praktek bersama dengan membangun klinik hewan lengkap dengan fasilitasnya. Umumnya, selain tersedia laboratorium sederhana (mikrosop), banyak klinik dan rumah sakit hewan sudah dilengkapi dengan peralatan canggih untuk USG pemeriksaan kebuntingan, rontgen dan ruang operasi. Selain layanan kesehatan, klinik hewan juga terkadang menyediakan layanan jasa penitipan hewan, grooming/salon hewan, petshop yang tentunya ditempatkan terpisah dari ruang rawat inap hewan-hewan yang sakit.

Penduduk di pedesaan memelihara ternak sebagai tabungan, sedangkan penduduk perkotaan lebih ke hobby. Jika kita tinggal di daerah pedesaan, kemungkinan besar kita akan lebih sering bertemu dengan ternak hewan besar. Sapi, kerbau, kuda, kambing dan domba umumnya lebih mendominasi pasien yang ditangani oleh dokter hewan di pedesaan. Berbeda dengan klien di perkotaan yang mungkin secara ekonomi relatif lebih baik, di lingkungan pedesaan dokter hewan terkadang dihadapkan dengan petani peternak yang perekonomiannya pas-pasan. Sayapun juga pernah mengalami dimana peternak domba “terpaksa” memanggil saya untuk menyembuhkan ternaknya yang sakit setelah sekian lama diupayakan dengan pengobatan tradisional ternyata tidak membaik. Mengetahui kondisi klien yang seperti ini, tentunya kita sebagai manusia terkadang tidak tega untuk menarik uang jasa. Butuh jiwa sosial dan keiklasan yang tinggi dalam menyingkapi hal seperti ini. Namun demikian, ketika kita bekerja dengan iklas maka rejeki tidak akan tertukar. Teman-teman dokter hewan umumnya pernah mengalami balas jasa yang diterima bukan berupa uang, melainkan hasil bumi ataupun lainnya ketika peternak tersebut panen raya. Sesuatu yang mungkin tidak akan kita temukan di perkotaan…

Tertarik memilih yang mana? Jika anda mempunyai passion di klinik, maka anda harus mulai fokus mendalami ilmu-ilmu hewan kecil. Ketika kita tertarik mendalami hewan besar, maka kita bisa magang di poskeswan milik pemerintah untuk belajar kasus-kasus yang ditemui di lapangan. Kita bisa melakukan magang di rumah sakit hewan atau klinik saat masih di bangku kuliah agar nantinya saat lulus sudah siap membuka praktek sendiri atau bergabung dengan rekan sejawat yang satu visi. Jika anda memutuskan untuk praktek mandiri atau mau masuk di bidang apapun, perlu diingat bahwa TRUST itu utama. Jadi proses magang sebelum praktek mandiri menurut saya sangat penting bagi dokter hewan muda / calon dokter hewan untuk mengasah kemampuan serta meningkatkan level percaya diri kita. Selain itu, kita juga bisa menjadi asisten dosen kita di kampus, karena biasanya mereka juga bekerja sebagai konsultan di breeding, peternakan atau komunitas tertentu. Kita bisa mengkhususkan diri sebagai dokter hewan kuda, burung ataupun lainnya. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mencapai target yang kita inginkan.

Branding kita sebagai individu mempengaruhi reputasi kita dimata klien. TIDAK ADA JALAN SUKSES YANG INSTAN. Untuk mencapai level dipercayai oleh klien, tentunya kita perlu pengalaman, komunitas dan jam terbang. Kesuksesan dan reputasi seorang dokter hewan tidak dibangun dalam waktu sehari. Sharing teman-teman di lapangan, klinik / seorang dokter hewan praktek akan mulai dikenal sekitar 1-3 tahun tergantung performance dan kualitas layanan yang kita berikan. Semua akan mengalami fase ini, jadi jangan takut dan pastikan kita siyap dengan pilihan yang sudah kita ambil agar eksistensi kita diakui di masyarakat…

Pegawai Negeri Sipil. Dokter hewan juga mempunyai peluang untuk menjadi abdi negara. Hampir setiap tahun, pemerintah umumnya juga membuka kesempatan bagi dokter hewan untuk menjadi PNS, baik itu di lingkup pemerintahan pusat, provinsi ataupun kabupaten/kota. Ruang lingkup pemerintah ini paling besar ada di Departemen Pertanian, yaitu dibawah Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Badan Karantina Pertanian. Dokter hewan umumnya akan ditempatkan pada karantina hewan, balai pembibitan, laboratorium veteriner, balai pengawasan obat hewan dan lain-lain yang tersebar di seluruh nusantara. Jika kita mengikuti seleksi di pemerintah pusat, itu artinya kita sudah siap untuk ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia dan ada kemungkinan untuk rolling dari daerah satu ke daerah yang lain. Silahkan kunjungi website Deptan di www.pertanian.go.id untuk informasi lebih lanjut. Selain itu terkadang Departemen Kehutanan, Departemen Kelautan dan Perikanan atau departemen yang lain juga memerlukan tenaga dokter hewan walaupun dalam quota yang relatif kecil. Dengan menjadi PNS, dokter hewan tidak jarang mendapatkan kesempatan untuk menempuh pendidikan lanjutan ke jenjang S2 dan S3 tergantung kebutuhan di instansi tempat kita mengabdi, baik itu didalam negeri ataupun di luar negeri. Menarik bukan…??

Selain di lingkup pemerintah pusat, dokter hewan bisa mengabdi di lingkungan pemerintah propinsi atau kabupaten/kota. Prinsipnya, jika kita mendaftar di level provinsi artinya kita harus siap untuk ditempatkan di ruang lingkup kerja yang berada dalam wilayah propinsi yang kita tuju tersebut. Tetapi jika anda ingin spesifik mengabdi di pemerintah kota/kabupaten tempat kita tinggal, maka anda bisa mencari informasi terkait formasi lowongan dokter hewan saat ada informasi test penerimaan PNS di wilayah yang kita inginkan. Dokter hewan di pemerintahan bisa menjabat posisi struktural ataupun fungsional ya. Jika dipedesaan yang menjadi sentra peternakan, biasanya akan ada poskeswan ditiap kecamatan untuk memberikan layanan kepada masyarakat. Misalkan kita menjabat posisi struktural, kitapun bisa memberikan pelayanan praktek selepas jam kantor. Jadi semua kembali ke pribadi masing-masing ya.

Dosen. Saat ini universitas yang menyediakan fakultas kedokteran hewan (FKH) sudah bertambah banyak. Jika saat saya masih kuliah baru ada 5 kampus yang ada FKH, per tahun 2019 sudah ada 11 universitas yang memiliki fakultas atau program studi kedokteran hewan. Mereka terkumpul dalam Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI). Kesebelas universitas itu adalah :

  1. Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) — Banda Aceh
  2. Institut Pertanian Bogor (IPB) — Bogor
  3. Universitas Padjadjaran (Unpad) — Bandung
  4. Universitas Gadjah Mada (UGM) — Jogjakarta
  5. Universitas Airlangga (Unair) — Surabaya
  6. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) — Surabaya
  7. Universitas Brawijaya (UB) — Malang
  8. Universitas Udayana (Unud) — Denpasar
  9. Universitas Pendidikan Mandalika (Undikma) — Mataram
  10. Universitas Nusa Cendana (Undana) — Kupang
  11. Universitas Hasanuddin (Unhas) — Makasar

Dengan semakin bertambahnya kebutuhan terhadap tenaga medik veteriner atau dokter hewan, maka diperlukan lebih banyak lagi FKH di Indonesia saat ini. Hal ini tentunya menjadi peluang buat kita yang memang mempunyai panggilan untuk menjadi tenaga pengajar. Pada umumnya, jika kita sudah menempuh pendidikan minimal S2 maka bisa mencoba mendaftarkan diri menjadi dosen. Peluang untuk melanjutkan kuliah ke jenjang lebih tinggi umumnya akan didapat oleh para tenaga pengajar ini. Jika kita mau menjadi seorang dosen, maka fokus mencari beasiswa mungkin bisa kita dilakukan guna memperoleh peluang untuk melanjutkan kuliah ke jenjang magister dan doktoral dengan gratis atau biaya minimal.

Sebagai dosen, dokter hewan juga mempunyai kesempatan untuk berkolaborasi dengan industri/perusahaan swasta untuk melakukan penelitian. Tidak jarang dosen juga bekerja sebagai konsultan di sebuah perusahaan ataupun peternakan. Jika kita cukup mumpuni dan expert di bidang yang kita geluti, maka biasanya perusahaan swasta akan mencari untuk melakukan kerja sama terkait pengembangan produk atau industri peternakan.

Peneliti. Bagi kita yang suka pekerjaan yang tidak melibatkan orang banyak, maka peneliti bisa menjadi opsi terbaik. Kita bisa bergabung ke sebuah lembaga penelitian, organisasi nirlaba atau perusahaan untuk membidangi research and development (R&D). Dimasa depan, diperlukan lebih banyak lagi para dokter hewan peneliti untuk memberikan kontribusi dalam perkembangan dunia peternakan ataupun kesehatan hewan. Inovasi dan produk-produk yang ramah lingkungan menjadi tantangan tersendiri saat ini, mengingat isu resistensi antibiotik dan penyakit zoonosis (penyakit yang menular dari hewan ke manusia) sudah cukup mengkhawatirkan.

Militer. Bingung khan? Harusnya tidak dong…Seperti yang kita ketahui bersama, di dalam lingkup kemiliteran ataupun kepolisian ada posisi yang harus dihandle oleh seorang dokter hewan. Divisi anjing pelacak, divisi kalaveri / pasukan berkuda adalah salah satu pilihan profesi yang bisa kita perjuangkan jika dalam keluarga kita banyak yang menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) ataupun Polri.

Konsultan Peternakan. Dokter hewan bisa berkarier di peternakan sebagai manager farm ataupun team kesehatan. Jika kita menekuninya dengan sungguh-sungguh, jam terbang dan pengalaman kerja di suatu peternakan ataupun perusahaan yang mumpuni biasanya mempunyai kesempatan untuk tampil sebagai pembicara dalam suatu seminar ataupun kegiatan teknis lainnya. Jika reputasi ini berhasil dipertahankan dan terbukti menjadikan sebuah peternakan mengalami kemajuan yang pesat, maka biasanya akan ada banyak penawaran dari pelaku usaha ataupun perusahaan untuk menjadi pembicara ataupun konsultan di peternakan. Hal ini tentunya cukup menggiurkan mengingat kita sebagia dokter hewan akan mempunyai “tarif” yang umumnya tidak biasa dibandingkan kita bekerja dalam sebuah perusahaan. Kembali lagi, untuk sampai ke level ini, maka kinerja kita dari awal karier akan menjadi pembeda dari dokter hewan lainnya.

Konservasi. Selain hewan kesayangan dan hewan ternak, dunia satwa liar juga menawarkan posisi yang menarik dan tentunya menantang bagi seorang dokter hewan. Tantangan terbesar yang dihadapi adalah kita harus bekerja jauh dari peradaban manusia he he he…Umumnya kegiatan konservasi akan berlokasi ditengah hutan, seperti halnya konservasi orang hutan di sumatra dan kalimantan. Jika kita tertarik dengan dunia ini, biasanya di kampus ada komunitas kelompok studi satwa liar. Anda bisa bergabung disini untuk lebih mendalaminya. Kegiatan ini umumnya di danai oleh peneliti/organisasi dari luar negeri yang perduli dengan satwa liar.

Penulis. Dokter hewan menjadi penulis ?? Iya…hal ini sepertinya belum banyak ditekuni oleh para dokter hewan. Rata-rata penulis buku berasal dari para akademisi dan beberapa praktisi yang sudah berpengalaman dibidangnya. Kembali lagi, hal ini tentunya perlu proses pembelajaran dan keahlian yang baik agar informasi yang disampaikan benar-benar berdasarkan data yang akurat. Dengan kita menjadi penulis, maka kita akan mendapatkan royalti dan hak intelektual dari karya yang kita hasilkan.

Selain menulis buku, kita juga bisa mengelola situs/blog/website atau sosial media lainnya untuk menuangkan ide ataupun artikel. Hal ini adalah yang sedang saya tekuni saat ini. Saya diwaktu senggang akan meluangkan waktu untuk menulis artikel terkait peternakan dan kesehatan hewan. Isu-isu hangat bisa kita sajikan dengan dukungan data yang bisa dipercaya. Lalu dari mana kita mendapatkan income? Jika kita mengelola webiste, tentunya ada proses yang harus kita lakukan untuk membuat webiste kita menarik banyak pengunjung. Hal itu bisa kita lakukan dengan menyajikan konten-konten menarik ataupun informasi lainnya. Jika website kita sudah memiliki pembaca yang banyak, maka akan ada iklan-iklan yang tampil di halaman website kita. Disinilah potensi pendapatan kita bisa dihasilkan, yaitu dari setiap iklan yang tayang ataupun yang diklik oleh pengunjung.

Entrepreneur. Dokter hewan bisa saja menjadi seorang entrepreneur atau wirausahawan di dunia peternakan. Menjalankan usaha umumnya bukan menjadi jalan hidup setiap orang. Diperlukan kepandaian, kecakapan dalam mengelola aset serta mengembangkannya. Kejelian dan keberanian dalam menangkap peluang juga bisa menjadi pembeda.

Jika kita menjadi seorang peternak, tentunya harus menguasai semua aspek yang diperlukan untuk mendukung usaha ini. Atau jika kita menjadi seorang supplier produk, maka kita juga harus menguasai dan mengenali produk yang akan kita tawarkan. Selain itu kita juga dituntut untuk memiliki keahlian dalam menyusun strategi penjualan, manajemen operasional untuk pengaturan stok/produksi dan modal kerja yang diperlukan.

Potensi sektor pertanian, peternakan dan perikanan ini masih cukup besar peluangnya. Diperlukan kolaborasi dari pelaku bisnis dari hulu ke hilir, sehingga dibutuhkan generasi muda yang handal untuk membangun bisnis rintisan ini. Dengan membangun ekosistem di dunia peternakan tentunya juga akan lebih memudahkan untuk mengkoneksikan antara pelaku usaha dan konsumennya. Saat ini, peternakan masyarakat skala kecil umumnya masih terkendala dengan jalur pemasaran, permodalan dan manajemennya. Dibutuhkan para entrepreneur ini untuk menjembatani masalah ini.

Terkait hal ini, saya juga mempunyai mimpi untuk menjadikan website rumahternak.com ini sebagai embrio dari terwujudnya Agrowisata RUMAH TERNAK INDONESIA. Saya dan istri ingin mengembangkan wisata edukasi di bidang peternakan, dan juga menjadi partner kerja yang bisa menjembatani kendala yang dihadapi oleh para peternak rakyat baik itu dari sisi pendampingan teknis, pengadaan sarana produksi ternak dan penjualan produk hasil peternakannya. Selain sebagai tempat wisata, agrowisata ini juga memberikan support edukasi baik training bagi calon peternak dan konsultasi peternakan ataupun sekedar pengenalan dunia hewan pada anak-anak yang masih duduk di bangku taman kanan-kanak atau sekolah dasar. 

Swasta. Selain lingkup PNS yang menyerap banyak dokter hewan, sektor swasta juga tidak kalah menarik (sebenarnya). Ada banyak pilihan yang bisa diambil jika kita memilih karier industri peternakan dan kesehatan hewan ini. Sektor poultry mungkin yang saat ini paling banyak menampung tenaga dokter hewan untuk menjadi seorang technical service (TS) atau technical sales representative (TSR). Selain poultry, segmen hewan besar seperti babi dan ruminansia juga menjadi pilihan menarik lainnya. Dokter hewan pastinya dibutuhkan dalam operasional peternakan skala industri, baik sebagai manager farm ataupun tenaga kesehatan bahkan sebagai konsultan seperti yang saya sampaikan sebelumnya. Dokter hewan banyak juga yang mengabdi di peternakan sapi potong/feedlot, sapi perah/dary dan peternakan babi.

Anggapan bekerja di swasta itu tantangannya berat, bos killer, ada beban target dan sebagainya masih cukup melekat di lingkungan kampus pada saat itu, atau mungkin ada sampai saat ini. Dan pada kenyataannya, dokter hewan baru yang mulai berkarier di industri peternakan dan kesehatan hewan saat ini terkesan “tidak tahan banting”. Relatif sulit mencari kandidat yang mampu bertahan lama di lingkungan kerja ini.  Mindset bekerja sebagai PNS yang nyaman dan terkesan “adem” vs kerja keras di sektor swasta akhirnya menjadi sesuatu yang menakutkan bagi para dokter hewan untuk menjalani pilihan sebagai dokter hewan swasta. Saya dan istripun demikian juga, ada aura kebanggaan jika menjadi abdi negara he he he…namun sayangnya, saya dan istri tidak berhasil menjadi PNS walaupun beberapa kali mengikuti ujian.

Nah…saat ini, saya akan sedikit memberikan gambaran mengenai situasi kerja di industri peternakan dan kesehatan hewan yang sampai saat ini menjadi tempat saya mencari nafkah. Semoga bisa memberikan referensi dan diskripsi yang tepat untuk menggambarkan situasi kerja yang sebenarnya tidak seseram yang dibayangkan ya.

Menurut pengetahuan, pengalaman dan pandangan saya, job diskripsi seorang dokter hewan sebagai TS pada awalnya sebenarnya berbeda dengan TSR. Bedanya dimana? TS itu bicara tentang teknis kesehatan hewan, sedangkan TSR berfokus pada penjualan produk dan berorientasi target sales serta ada sistem insentif jika mencapai performa tertentu. Dengan berkembangnya waktu, tenaga TSR saat ini tidak harus dokter hewan, tetapi bisa juga disiplin ilmu lainnya seperti sarjana peternakan atau lainnya. Semua akhirnya kembali kepada pilihan tiap individu mau menjalani posisi yang mana dan juga kepada kebijakan masing-masing perusahaan terkait job diskripsi dokter hewan. Jika kita mau idealis, mungkin posisi TS atau Animal Health team lebih tepat karena disini kita akan lebih berkecimpung dengan menentukan program pemeliharaan ternak, menangani kasus-kasus penyakit, mengambil sampel dan mendiagnosa di laboratorium sampai menyelesaikan masalah. Kita benar-benar dituntut untuk bisa mengaplikasikan ilmu kedokteran hewan kita dalam menyelesaikan suatu masalah di kandang.

Kembali ke pengalaman saya di awal mulai bekerja, tahun 2014 akhir saya melamar posisi TSR yang ditawarkan PT Surya Hidup Satwa/SHS International dan mulai bekerja diawal tahun 2015. Ini adalah perusahaan animal health business dari CP group, dimana policy perusahaan saat itu hanya dokter hewan yang harus mengisi posisi ini. Hal ini karena menyangkut teknis penggunaan obat-obatan di peternakan yang harus dalam pengawasan seorang dokter hewan. Walaupun saya bekerja sebagai seorang sales/marketing, tetapi perusahaan mempunyai program training berkelanjutan untuk memberikan bekal teknis sebelum kita mensupport peternak di lapangan. Jadi, saya tidak dilepas begitu saja untuk semata-mata mengejar omset tetapi juga ada kurikulum update teknis ataupun non teknis sehingga kita sebagai dokter hewan yang mewakili perusahaan bisa membawa nama baik dimata kostumer.

TSR disiapkan sebagai ujung tombak perusahaan untuk menjual produk sapronak, baik itu pakan, bibit, peralatan kandang, obat, vitamin, desinfektan dan feed additive. Ini bisa dikatakan sebagai entry level bagi seseorang yang masuk dalam industri ini. Jika karier dan performa kerjanya bagus, maka level selanjutnya adalah menjadi supervisor, kepala cabang, area sales manager, nasional manager bahkan pimpinan dalam suatu perusahaan. Bekerja di swasta juga sangat dinamis, ketika kita memiliki performa yang cemerlang, biasanya akan ada perusahaan lain yang akan “melamar” kita untuk menduduki posisi tawar yang lebih tinggi. Selain itu, karier di perusahaan penanam modal asing (PMA) pun bukanlah sekedar mimpi. Ada banyak perusahaan asing yang berkembang di Indonesia, tetapi tentunya mereka mempunyai standart yang relatif tinggi untuk kita bisa bergabung dalam team ini. Umumnya kita harus bekerja di perusahaan lokal dalam jangka waktu tertentu sebelum bisa bergabung di PMA. Jika kita berhasil masuk di sini, maka kita akan mendapatkan pengalaman yang luar biasa. Peluang untuk mengikuti pelatihan dan perjalanan dinas keluar negeri akan menjadi rutinitas yang asik untuk dijalani.

Karena tidak semua perusahaan lokal memberikan support pembekalan kepada karyawannya, maka banyak teman-teman dokter hewan yang bekerja di awal karier sebagai TSR sudah merasa tertekan dan stress dengan situasi pekerjaan ini. Tuntutan target yang tinggi tanpa ada pendampingan, pembekalan kerja, training produk dan motivasi secara berkelanjutan tentunya cukup berat. Tidak adanya wadah untuk mengendalikan tekanan dan stress saat bekerja membuat banyak dokter hewan baru yang meninggalkan peluang karier ini. Minimnya informasi terkait situasi lingkungan kerja dimasa kuliah juga menjadi salah satu faktor dimana dokter hewan kemudian merasa kurang pas untuk masuk ke dunia industri peternakan dan kesehatan hewan. Pada akhirnya, resign dan mencari peluang kerja yang lain menjadi solusinya. Disinilah memang mental kita diuji, jika kita mampu beradaptasi dan melewati tantangan ini maka level karier kita kedepan pastinya akan lebih baik.

Jadi, itulah sedikit sharing terkait profesi dokter hewan yang bisa menjadi alternatif jika anda masih bingung untuk menentukan karier di masa depan. Intinya, pilihan dunia kerja sebagai dokter hewan sangatlah luas. Tidak perlu mencibir satu sama lain, karena mungkin pekerjaan A cocok untuk seseorang, tetapi belum tentu cocok untuk orang lain. Semua mempunyai tempat sesuai karakter dan passionnya. Ada yang cocok di PNS, ada yang survive dan sukses di swasta ataupun menjadi enterpreneur peternakan.

Sekali lagi saya katakan, untuk menjadi sukses tentunya bukan pekerjaan mudah. Ada perjuangan yang harus dilakukan. Tantangan bekerja sebenarnya ada dimanapun kita berada, tinggal bagaimana kita bisa menemukan passion kita, kemudian membekali diri dengan kompetensi ilmu yang baik, serta kemampuan menyesuaikan diri/beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang dinamis di lingkungan kerja kita. Jika semua itu bisa kita lakukan, maka tidak mustahil rejeki dan kesuksesan itu akan mengalir dengan lancar.

Terima kasih. VIVA VETERINER !!!

Referensi :

  1. https://id.wikipedia.org/wiki/Kedokteran_hewan_di_Indonesia
  2. https://www.academia.edu/24154779/MENGELOLA_STRESS_PADA_TECHNICAL_SERVICE
  3. http://portal.pdhi.or.id/dokter-hewan-profesi-langka-di-indonesia
error: Content is protected !!