Newcastle Disease adalah salah satu penyakit paling berbahaya dan merugikan dalam industri peternakan unggas di seluruh dunia. Di Indonesia, penyakit ini populer dengan sebutan Penyakit Tetelo.
A. Etiologi (Penyebab)
Agen Penyebabnya adalah virus Avian Paramyxovirus tipe-1 (APMV-1) atau sering disebut Newcastle Disease Virus (NDV). Virus ini termasuk dalam genus Avulavirus dan keluarga Paramyxoviridae. NDV hanya memiliki satu serotipe, namun memiliki berbagai strain dengan tingkat keganasan (virulensi) yang berbeda-beda.
1. Strain Berdasarkan Keganasan (Virulensi): Tingkat keparahan penyakit sangat bergantung pada jenis strain virus yang menginfeksi:
a. Velogenik (Sangat Ganas):Menyebabkan penyakit yang sangat parah dan tingkat kematian (mortalitas) bisa mencapai 80–100%.
* Velogenik Viscerotropik: Tipe ini menyebabkan pendarahan pada usus (lesi viseral) dan kematian mendadak.
* Velogenik Neurotropik: Tipe ini menyebabkan kematian tinggi disertai gejala pernapasan dan saraf (seperti leher terpuntir).
b. Mesogenik (Ganas Sedang): Menyebabkan gejala pernapasan dan terkadang saraf, namun tingkat kematiannya lebih rendah (sekitar 8–50%). Biasanya digunakan untuk bahan vaksin booster (penguat).
c. Lentogenik (Ganas Ringan): Hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan atau subklinis pada ayam dewasa dan kematian rendah. Strain ini umumnya digunakan sebagai bahan utama untuk vaksin aktif (misalnya strain LaSota atau Hitchner B1).
B. Penularan – NDV sangat mudah menular dan menyebar dengan cepat:
1. Kontak Langsung: Melalui kontak dengan unggas yang sakit atau karier (pembawa) virus.
2. Sekresi dan Ekskresi: Melalui sekresi hidung, ludah, dan terutama feses (kotoran) unggas yang terinfeksi.
3. Fomites: Benda mati yang terkontaminasi, seperti pakan, air minum, alas kaki, pakaian, kendaraan, kandang, dan peralatan peternakan.
4. Vektor: Dapat dibawa oleh burung liar, tikus, atau serangga.
C. Gejala Klinis – Masa inkubasi berkisar antara 2–15 hari. Gejala yang muncul bervariasi, umumnya menyerang tiga sistem utama, yaitu :
1. Pernapasan – batuk, bersin-bersin, megap-megap (gasping), ngorok, keluar lendir berlebihan di trakea.
2. Saraf – Leher terpuntir (tortikolis), tremor otot, sayap terkulai, lumpuh, inkoordinasi (gangguan keseimbangan), dan kejang-kejang.
3. Pencernaan – Diare cair, kotoran berwarna kehijauan atau kebiruan. |
4. Umum & Lain-lain – Depresi, lesu, nafsu makan menurun drastis, pembengkakan jaringan di sekitar mata dan leher, jengger berwarna kebiruan, dan penurunan produksi telur (pada ayam petelur). |
D. Kerugian Ekonomi – ND dianggap sebagai penyakit yang paling merugikan sektor perunggasan karena:
1. Angka Kematian Tinggi: Strain velogenik dapat menghabiskan seluruh populasi ternak dalam waktu singkat.
2. Penurunan Produksi: Pada ayam petelur, menyebabkan penurunan produksi telur yang signifikan dan kualitas telur yang buruk (cangkang tipis atau tanpa cangkang).
3. Hambatan Pertumbuhan: Menghambat pertumbuhan bobot badan pada ayam pedaging.
4. Biaya Pengendalian: Peningkatan biaya untuk vaksinasi dan obat-obatan suportif.
5. Hambatan Perdagangan: Negara-negara dengan kasus ND yang parah sering menghadapi pembatasan ekspor produk unggas.
E. Pengobatan dan Pencegahan – Tidak ada obat spesifik untuk virus, oleh karena itu penanganannya difokuskan pada:
1. Tindakan Suportif: Pemberian multivitamin, mineral, dan suplemen energi (misalnya sorbitol) untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam.
2. Antibiotik: Diberikan untuk mencegah atau mengendalikan infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri (seperti CRD atau Colibacillosis) yang dapat memperparah kondisi ayam.
3. Karantina: Ayam yang menunjukkan gejala harus segera dipisahkan (dikuarantina) untuk memutus rantai penularan.
Pencegahan menjadi kunci Utama Pengendalian penyakit ND ini. Langkah yang paling efektif untuk mengendalikan ND antara lain :
1. Vaksinasi:
* Merupakan metode pencegahan yang paling utama.
* Program vaksinasi harus dilakukan secara ketat dan tepat waktu sesuai dengan jenis ayam dan tingkat risiko di wilayah tersebut (misalnya menggunakan vaksin aktif strain Lentogenik seperti LaSota atau Hitchner B1, diikuti dengan vaksin inaktif atau mesogenik sebagai booster).
2. Biosekuriti Ketat:
* Pengendalian lalu lintas orang, kendaraan, dan peralatan masuk/keluar kandang.
* Penyediaan tempat pencelup kaki/roda kendaraan yang berisi desinfektan.
* Memastikan tidak ada kontak dengan unggas liar atau burung migran.
3. Sanitasi dan Manajemen Kandang:
* Menjaga kebersihan kandang, tempat pakan, dan tempat minum.
* Mempertahankan kualitas litter (sekam) dan sirkulasi udara yang baik untuk meminimalkan stres dan amonia.
4. All-In All-Out (AIAO): Memelihara unggas dalam satu kelompok umur dan mengeluarkan/memanennya secara bersamaan, diikuti dengan masa istirahat kandang dan desinfeksi total.
Demikian gambaran mengenai penyakit ND pada unggas. Semoga bermanfaat…




