Infectious Bursal Disease pada Unggas

Infectious Bursal Disease pada Unggas

Kali ini kita akan belajar bersama detail mengenai penyakit virus pada unggas selanjutnya, yaitu Infectious Bursal Disease (IBD) yang umum dikenal sebagai Penyakit Gumboro dalam konteks peternakan unggas komersial saat ini.

IBD tetap menjadi salah satu penyakit virus paling penting secara ekonomi dalam peternakan ayam. Update terkini berfokus pada evolusi strain virus, dampak imunosupresi dan strategi vaksinasi modern.

A. Evolusi Strain Virus yang Terus Berlanjut

Ancaman terbesar saat ini bukan lagi hanya strain Klasik, tetapi strain yang lebih ganas dan varian baru:

1. Very Virulent IBDV (vvIBDV): Strain yang sangat virulen ini tersebar luas di Asia (termasuk Indonesia), Eropa, dan Amerika Latin. Strain ini menyebabkan penyakit klinis akut dengan tingkat kematian (mortalitas) yang tinggi, terutama pada ayam berumur 3–6 minggu.

2. Novel Variant IBDV (nVarIBDV): Ini adalah penemuan yang relatif baru, terutama dilaporkan di Asia (seperti Tiongkok, Korea, dan Malaysia). Ciri khas nVarIBDV adalah menyebabkan IBD Atypical atau Subklinis (tanpa gejala yang jelas) tetapi dengan atrofi bursa yang parah. Strain ini dapat menembus perlindungan dari beberapa vaksin komersial yang ada.

3. Antigenic Drift: Virus IBD terus bermutasi pada protein kapsid VP2. Perubahan kecil pada protein VP2 ini memungkinkan virus “melarikan diri” dari kekebalan yang dihasilkan oleh vaksin standar, yang memicu wabah bahkan pada kawanan yang sudah divaksinasi.

B. Fokus Utama: Dampak Imunosupresi (Subklinis)

Dampak ekonomi terbesar IBD saat ini seringkali berasal dari bentuk subklinis (tidak menunjukkan gejala sakit yang jelas), bukan hanya bentuk klinis (mortalitas tinggi):

1. Kerusakan Permanen: IBDV menyerang dan merusak Bursa Fabricius (organ utama pembentuk kekebalan humoral atau sel B) pada anak ayam, terutama yang terinfeksi pada usia sangat muda (di bawah 3 minggu).

2. Gagal Vaksinasi Sekunder: Kerusakan bursa ini menyebabkan imunosupresi (lumpuhnya sistem kekebalan). Akibatnya, ayam tidak dapat merespons secara optimal terhadap vaksinasi lain (misalnya ND, AI, atau IBD booster) dan menjadi lebih rentan terhadap infeksi sekunder (seperti E. coli, CRD, atau Koksidiosis).

3. Penurunan Performa: Imunosupresi subklinis menyebabkan performa ayam memburuk – penurunan berat badan harian, konversi pakan yang buruk (FCR meningkat), dan peningkatan condemnation di rumah potong.

C. Strategi Vaksinasi Modern (Hatchery Vaccination)

Untuk mengatasi tantangan vvIBDV dan varian baru, program pengendalian IBD modern menekankan vaksinasi di hatchery (penetasan):

1. Vaksin Immune-Complex: Jenis vaksin ini adalah virus vaksin hidup yang dilindungi oleh antibodi, mencegah penetralan oleh antibodi maternal (MDA) dari induk. Vaksin akan dilepaskan dan bereplikasi di Bursa Fabricius pada saat yang tepat, menghasilkan kekebalan aktif dan segera “memblokir” bursa agar tidak diserang virus lapangan yang virulen.

2. Vektor vaksin: Penggunaan vaksin vektor (misalnya, virus Marek’s Disease yang direkayasa untuk membawa gen VP2 IBDV) yang diberikan secara in ovo (di dalam telur) atau pada DOC (anak ayam umur sehari). Vaksin ini menawarkan perlindungan jangka panjang tanpa terpengaruh oleh MDA.

3. Vaksin Intermediate Plus: Strain vaksin hidup jenis ini (seperti Intermediate Plus) masih direkomendasikan di daerah endemik vvIBDV karena memiliki invasi yang lebih kuat, terbukti lebih mampu memberikan perlindungan terhadap strain lapangan yang sangat ganas dibandingkan vaksin intermediate biasa.

D. Pencegahan (Biosekuriti)

IBDV adalah virus yang sangat resisten (tahan terhadap banyak desinfektan dan kondisi lingkungan) dan dapat bertahan di kandang hingga berbulan-bulan, termasuk di dalam vektor seperti kumbang kotoran (darkling beetle).

1. Desinfeksi Ketat: Diperlukan pemilihan desinfektan yang tepat dan aplikasinya secara optimal, terutama saat clean out dan sebelum chick-in (ayam masuk), untuk meminimalkan tekanan virus.

2. Kontrol Vektor: Pengendalian populasi kumbang kotoran secara ketat adalah bagian krusial dalam program biosekuriti IBDV.

3. Kekebalan Induk: Program vaksinasi induk (dengan vaksin inaktif/killed) tetap vital untuk memastikan DOC menerima tingkat MDA yang tinggi dan seragam, yang berfungsi sebagai perlindungan dini hingga vaksin aktif DOC bekerja.

Demikian papara mengenai IBD. Semoga memberikan gambaran yang baik untuk kita sebagai peternak lebih berhati-hati dlam menyusun program pemeliharaan yang baik.

Infectious Bursal Disease pada Peternakan Ayam

Infectious Bursal Disease pada Peternakan Ayam

Virus IBD adalah salah satu anggota Birnaviridae, genus Avibirnavirus. IBD juga dikenal dengan nama penyakit Gumboro, karena ditemukan pertama kali di Gumboro, Delaware, AS. IBD menyebabkan imunosupresif melalui infeksi limfosit B di bursa fabricius ayam dan menyebabkan infeksi sekunder dari patogen oportunistik yang memperburuk penyakit. Selain itu, kondisi imunosupresif ini juga bisa mengakibatkan respon kekebalan akibat pemberian vaksin menjadi tidak optimal sehingga meningkatkan resiko terjadinya kasus penyakit. Kerugian ekonomi juga signifikan karena angka morbiditas, mortalitas, efisiensi pakan yang buruk, pertumbuhan yang lebih lambat, bobot unggas yang tidak merata, waktu yang lebih lama untuk dipasarkan dan peningkatan resiko infeksi sekunder yang tinggi.

IBD biasanya terlihat pada unggas berumur 4-6 minggu. Rute infeksi biasanya oral, tetapi bisa melalui konjungtiva atau saluran pernapasan dengan masa inkubasi 2-3 hari dan sangat menular. Virus ini sangat resisten, bertahan lama dalam kandang dan feses. Infeksi subklinis pada anak ayam menyebabkan respons imun yang kurang terhadap penyakit Newcastle Disease, penyakit Marek dan IB. Selain itu kerentanan terhadap Inclusion Body Hepatitis (IBH), dermatitis dan kasus CRD juga biasanya meningkat. Baca juga : Klasifikasi Penyakit Unggas.

Gejala klinis IBD yang umumnya terlihat adalah depresi, nafsu makan turun, gemetar, bergerombol dan diare dengan diikuti asam urat berwarna putih. Jika kita lakukan bedah bangkai, lesi yang bisa diamati adalah edema bursa fabricius yang terkadang diikuti perdarahan perdarahan dan melanjut atrofi, perdarahan otot dada dan paha, dehidrasi dan ginjal membengkak dengan akumulasi asam urat. Jika unggas terkena IBD, penggunaan suplemen multivitamin, air gula dan parasetamol biasanya membantu. Pengobatan antibiotik dapat diindikasikan jika terjadi infeksi bakteri sekunder.

Untuk pencegahan, vaksinasi sudah umum dilakukan dengan keberhasilan tergantung tingkat keganasan virus dan posisioning program vaksin saat awal pemeliharaan. Vaksinasi adalah metode utama untuk mengendalikan penyakit IBD pada ayam pedaging komersial di seluruh dunia. Hambatan utama dalam proses vaksinasi adalah antibodi yang diturunkan dari induk (Maternal Antibodi/MAb). Baca juga : Program vaksin di Peternakan Ayam.

Vaksin IBD konvensional/generasi I adalah vaksin hidup dilemahkan mengandung strain virus klasik/varian dan vaksin mati tersedia secara komersial dan paling umum digunakan di seluruh dunia. Vaksin konvensional ini diklasifikasikan dalam bentuk IBD mild, intermediet (plus) dan hot strain dimana vaksin mild dan intermediet lebih aman daripada strain intermediet plus dan hot karena hanya menyebabkan kerusakan bursa fabricius yang ringan. Namun demikian, strain mild dan intermediet ini mudah dinetralkan oleh MAb yang tinggi. Sedangkan penggunaan strain intermediet plus dan hot mungkin masih bisa menembus level MAb yang tinggi namun juga disertai dengan kerusakan bursa fabricius yang parah. Hal ini beresiko mengingat bursa fabricius adalah organ pertahanan bagi anak ayam, jika ada patogen lain yang menyerang kemungkinan akan terjadi masalah. Dilematis bukan ?

Dengan kemajuan teknologi telah dikembangkan vaksin generasi selanjutnya dengan keunggulan mengatasi MAb. Munculnya strain varian baru IBD juga menjadi alasan lain para ahli mengembangkan strategi vaksinasi baru terhadap IBD ini, agar keberhasilan vaksinasi lebih terjamin. Vaksin Immune-complex merupakan kombinasi strain intermediet plus yang dilemahkan dengan antibodi spesifik terhadap IBD. Bila dibandingkan dengan vaksin generasi I, vaksin ini mempunyai beberapa keuntungan dimana level dan variasi titer MAB IBD anak ayam tidak lagi menjadi tantangan dalam penentuan waktu vaksinasi yang tepat, peternak tidak perlu melakukan pemeriksaan titer MAb IBD sebelum vaksinasi dilaksanakan. Karena vaksin IBD immune complex menggunakan virus vaksin live intermediate plus, replikasi virus vaksin IBD di bursa fabrisius masih meninggalkan resiko kerusakan yang mengarah pada kondisi immunosupresi juga tidak maksimalnya respon imun pada vaksin yang lain.

Vaksin IBD generasi terbaru adalah vektor vaksin IBD dengan menggunakan turkey herpes virus (HVT) sebagai vektor untuk protein virus IBD (VP2 gen). Gen VP2 dari virus IBD adalah gen yang bersifat immunogenik atau gen yang merangsang timbulnya respon imun. Metode ini menciptakan vaksin yang baru yaitu vaksin Marek disease yang telah disisipi oleh gen virus IBD. Keunggulan vektor vaksin ini adalah VP2 tidak akan dikenali MAb karena hanya struktur proteinnya saja yang digunakan sehingga bisa segera bekerja untuk membentuk respon kekebalan tanpa merusak bursa fabricius.

Vaksin imun komplex dan vektor vaksin biasanya diaplikasikan di hatchery sehingga juga meringankan beban peternak di kandang. Jika kita membandingkan kinerja jenis vaksin yang ada dan faktor interferensi MAb maka vektor vaksin adalah pilihan yang paling baik, diikuti vaksin imun komplex dan konvensional (atau kombinasi dengan vaksin kill). Parameter yang bisa diamati adalah angka kematian, konversi pakan/FCR, indeks bursa dan limpa, skor lesi bursa dan hasil uji serologis.

Jadi, anda sudah menggunakan vaksin IBD yang mana?

Referensi :

  1. https://www.sciencedirect.com/topics/immunology-and-microbiology/infectious-bursal-disease-virus
  2. https://www.thepoultrysite.com/disease-guide/infectious-bursal-disease-ibd-gumboro
  3. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22707044/
  4. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6466201/

error: Content is protected !!