Infectious Bronchitis pada Unggas

Infectious Bronchitis pada Unggas

Infectious Bronchitis (IB) adalah penyakit pernafasan akut yang sangat menular dan disebabkan oleh virus pada unggas, terutama ayam. Penyakit ini merupakan salah satu ancaman utama dalam industri perunggasan karena selain menyerang sistem pernapasan juga dapat menyerang saluran reproduksi dan ginjal sehingga menyebabkan kerugian ekonomi yang besar.

A. Penyebab – Penyakit Infectious Bronchitis disebabkan oleh Virus Infectious Bronchitis (IBV) yang termasuk dalam genus Gammacoronavirus dari famili Coronaviridae.

1. Sifat Virus – IBV memiliki keragaman genetik dan fenotipik yang sangat tinggi (banyak serotipe dan strain) dan mudah bermutasi. Hal ini menjadi tantangan besar dalam program vaksinasi karena strain yang beredar di lapangan mungkin berbeda (heterolog) dengan strain yang ada di dalam vaksin.

2. Ketahanan – Virus ini relatif tidak stabil dan mudah dihancurkan oleh panas, sinar matahari langsung, dan desinfektan umum.

B. Penularan (Transmisi) – IBV sangat menular, dengan angka kesakitan (morbidity) mencapai 100% pada kawanan yang tidak divaksinasi.

1. Penularan Langsung:
* Melalui udara (aerosol) dari tetesan lendir pernapasan (batuk dan bersin) ayam yang terinfeksi.
* Kontak langsung antar ayam.

2. enularan Tidak Langsung:
* Melalui pakan dan air minum yang terkontaminasi oleh kotoran (feses) atau sekresi pernapasan.
* Melalui peralatan, pakaian, tempat telur, dan manusia (vektor mekanis) yang terkontaminasi.

3. Ayam Carrier – Ayam yang telah sembuh dari infeksi atau divaksinasi dengan vaksin hidup masih dapat mengeluarkan virus secara intermiten (kadang-kadang) melalui feses hingga 20 minggu.

C. Gejala Klinis (Tanda-Tanda Penyakit)

Gejala bervariasi tergantung pada usia ayam, strain virus (respiratori, nefropatogenik, atau reproduktif), dan status kekebalan.

1. Anak Ayam (Muda) – Gangguan pernapasan akut ngorok, batuk, bersin, dan kesulitan bernapas (megap-megap). Selain itu, ayam akan terlihat depresi, lesu, nafsu makan menurun, mata berair, hidung berlendir, kematian tinggi (mortalitas hingga 60%) karena kegagalan ginjal (nefritis) atau penyumbatan trakea oleh lendir. |

2. Ayam Petelur Dewasa – Penurunan produksi telur secara mendadak dan tajam (dapat mencapai 10-70%), kualitas telur menurun drastis, gejala pernapasan (ngorok) yang ringan dan sementara, kerusakan kualitas telur yang persisten.

Dampak pada kualitas telur – Penurunan kualitas telur adalah ciri khas IB pada ayam petelur:

1. Bentuk Abnormal: Telur menjadi lonjong, kecil, atau tidak beraturan.
2. Cangkang Tipis/Rusak: Cangkang telur tipis, lunak, kasar, keriput, atau bahkan tidak bercangkang.
3. Putih Telur Encer (Watery Albumen): Putih telur yang kental menjadi encer dan sulit dibedakan dari bagian putih telur cair, sehingga tidak layak jual atau tetas.

D. Patologi dan Dampak Sistemik

Strain IBV dapat menyerang beberapa sistem organ:

1. Sistem Pernapasan – Replika virus awal terjadi di trakea, menyebabkan kerusakan epitel dan membuat ayam rentan terhadap infeksi bakteri sekunder (misalnya E. coli), yang memperparah gejala pernapasan.

2. Sistem Ginjal (Nefropatogenik) – Strain tertentu dapat menyebabkan nefritis (radang ginjal). Ginjal membengkak dan pucat, serta terjadi penimbunan asam urat di ureter dan tubulus, yang dapat menyebabkan kematian pada anak ayam karena uremia.

3. Sistem Reproduksi – Jika anak ayam betina terinfeksi pada usia sangat muda (di bawah 2 minggu), virus dapat menyebabkan kerusakan permanen pada oviduk (saluran telur), yang mengakibatkan:
* Pembentukan kista oviduk (cystic oviduct).
* Ayam tidak dapat bertelur secara normal atau munculnya “petelur palsu” (ayam tampak seperti akan bertelur tetapi tidak menghasilkan telur).

E. Diagnosis

Diagnosis pasti memerlukan konfirmasi laboratorium, karena gejalanya mirip dengan penyakit pernapasan lain (seperti ND/tetelo).

1. Pengamatan Klinis: Gejala pernapasan, penurunan produksi telur mendadak, dan kualitas telur yang buruk.

2. Nekropsi: Ditemukan eksudat di trakea, ginjal bengkak dengan urat, dan kerusakan pada saluran reproduksi.

3. Uji Laboratorium:
* RT-PCR (Reverse Transcription-PCR): Untuk mendeteksi dan mengidentifikasi RNA virus di jaringan (trakea, tonsil sekum, atau ginjal). Metode ini juga digunakan untuk typing strain virus.
* Isolasi Virus: Inokulasi sampel ke embrio ayam SPF.
* Serologi: Uji ELISA atau HI (Haemagglutination Inhibition) untuk memantau titer antibodi.

F. Pengobatan dan Pencegahan

Saat ini, belum ada pengobatan antivirus yang spesifik untuk IB. Penanganan bersifat suportif dan fokus pada pencegahan.

1. Penanganan (Saat Terinfeksi)

a. Dukungan Suportif:
* Menjaga suhu lingkungan kandang agar tetap optimal.
* Pemberian cairan dan elektrolit untuk mengatasi dehidrasi.
* Mengurangi kandungan protein dalam pakan untuk meringankan kerja ginjal (pada strain nefropatogenik).

b. Pencegahan Infeksi Sekunder: Pemberian antibiotik untuk mengontrol infeksi bakteri oportunistik (misalnya E. coli) yang biasanya menyertai kasus IB.

2. Pencegahan (Kunci Utama)

a. Vaksinasi:
* Menggunakan vaksin hidup (live attenuated) pada anak ayam, diikuti dengan vaksin inaktif (killed/inactivated) sebagai booster pada ayam petelur atau breeder.
* Memilih kombinasi vaksin (prototipe) yang memberikan perlindungan silang yang luas terhadap strain yang beredar di lapangan.

b. Biosekuriti dan Sanitasi Ketat:
* Menerapkan manajemen all in all out.
* Pengendalian lalu lintas orang, kendaraan, dan peralatan.
* Penggunaan desinfektan yang efektif dan reguler untuk membersihkan kandang dan peralatan.
* Mengurangi faktor pemicu stres (misalnya ventilasi yang buruk atau kadar amonia tinggi).

Hal penting tentang virus IB.

Tantangan utama dalam pengendaliannya adalah karena virus penyebabnya, IBV ini terus bermutasi dan menghasilkan strain baru yang diklasifikasikan sebagai IB varian.

IBV adalah virus RNA untai tunggal yang memiliki tingkat mutasi genetik yang sangat tinggi. Perubahan ini paling sering terjadi pada protein Spike 1 (S1) yang berada di permukaan virus. Protein S1 ini berfungsi sebagai penentu serotipe (jenis antigenik) virus dan merupakan target utama bagi sistem kekebalan tubuh ayam. Berdasarkan perbedaan pada protein S1 inilah IBV dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu IB Klasik dan IB Varian.

1. Infectious Bronchitis Klasik (Classic IB)

Strain Klasik adalah jenis virus IBV yang pertama kali diidentifikasi dan menjadi dasar pengembangan vaksin awal. Strain IBV ini yang pertama kali diidentifikasi secara serologis dan digunakan untuk memproduksi vaksin awal.

a. Contoh Strain – Massachusetts (M41 atau Ma5) dan Connecticut. Strain ini masih menjadi salah satu komponen utama dalam program vaksinasi IB di seluruh dunia.

b. Patogenisitas Utama – Cenderung bersifat respiratori (menyerang saluran pernapasan) dan menyebabkan gejala akut pada anak ayam, dapat juga menyebabkan masalah pada produksi dan kualitas telur, namun fokus utamanya adalah gangguan pernapasan.

c. Tingkat Cross-Protection – Vaksin dari strain klasik umumnya hanya memberikan perlindungan kuat terhadap strain yang homolog (serotipe yang sama).

d. Gejala Khas – Batuk, bersin, ngorok, dan mata berair, terutama pada anak ayam.

2. Infectious Bronchitis Varian (Variant IB)

Strain Varian adalah strain IBV yang muncul setelah strain klasik akibat mutasi berkelanjutan. Strain ini menimbulkan masalah karena sering kali tidak terlindungi oleh vaksin klasik. Strain IBV yang telah mengalami perubahan genetik (mutasi) pada protein S1, menghasilkan serotipe yang berbeda dari strain klasik.

a. Contoh Strain – 793B (atau 4/91), QX-like (D388), Arkansas 99, D274, D1466, dan Variant 2 (seperti IS/1494/06).

b. Patogenisitas dan Tropisme – Strain varian sering menunjukkan tropisme jaringan yang lebih luas atau berbeda dari IB klasik :

* Nefropatogenik (Menyerang ginjal secara parah, misalnya QX, Variant 2 dan menyebabkan kematian tinggi akibat kegagalan ginjal (nefritis)).

* Reproduktif: Kerusakan parah dan permanen pada saluran reproduksi (oviduk) anak ayam, menyebabkan ayam dewasa menjadi “petelur palsu” dan menimbulkan gejala seperti *penguin posture* (postur mirip penguin) akibat kista oviduk (misalnya QX, Variant 2).

c. Tingkat *Cross-Protection – Varian yang secara antigenik jauh berbeda dari strain vaksin klasik akan menyebabkan kegagalan vaksinasi (terjadi wabah meskipun ayam sudah divaksinasi).

d. Gejala Khas – Gejala pernapasan mungkin ringan, tetapi disertai oleh gejala nefropati yang parah (ginjal bengkak, urat menumpuk) dan/atau dampak buruk permanen pada produksi telur.

3. Implikasi Vaksinasi

Tantangan Pengendalian IBV membutuhkan program vaksinasi yang mencakup strain yang homolog (serupa) dengan virus yang beredar di peternakan, baik itu klasik ataupun varian. Karena sifat mutasi IBV yang tinggi, strategi pengendalian modern tidak lagi hanya mengandalkan strain klasik, maka peternak harus:

a. Identifikasi Strain: Melakukan identifikasi strain (genotyping) yang beredar di wilayah mereka untuk memastikan jenis IBV yang dihadapi.

b. Vaksinasi Kombinasi: Menggunakan kombinasi vaksin hidup, misalnya vaksin Klasik (Mass) dan vaksin Varian (misalnya 793B/QX), untuk memicu respon kekebalan yang lebih luas (broad protection) terhadap berbagai serotipe IBV yang mungkin ada di lapangan. Strategi ini sering dikenal sebagai program vaksinasi kombinasi atau *Prime-Booster*.

Demikian papaan mengenai penyakit IB. Semoga memberikan gambaran ya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!